Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Monday, November 7, 2011

Laringomalasia

Laringomalasia: Kelainan laring dapat berupa kelainan kongenital, peradangan, tumor lesi jinak serta kelumpuhan pita suara. Kelainan kongenital dapat berupa laringomalasia, stenosis subglotik, selaput di laring, kista kongenital, hemangioma dan fistel laringotrakeaesofagus. Pada bayi dengan kelainan kongenital pada laring dapat menyebabkan gejala sumbatan jalan napas, suara tangis melemah sampai tidak ada sama sekali, serta kadang-kadang terdapat juga disfagia.
Laringomalasia atau laring flaksid kongenital merupakan penyebab tersering dari kelainan laring kongenital, berupa stridor inspiratoar kronik pada anak. 2,3 Menurut beberapa laporan, jumlahnya mencapai lebih dari 75 % dari semua kelainan laring pada infant.
Istilah laringomalasia pertama kali digunakan oleh Jackson pada tahun 1942 untuk menggambarkan keadaan kolaps pada struktur supraglotik selama inspirasi. Laringomalasia merupakan istilah yang menggambarkan kelemahan dari struktur laring supraglotik. 5
Keadaan ini merupakan akibat dari flaksiditas dan inkoordinasi kartilago supraglotik dan mukosa aritenoid, plika ariepiglotik dan epiglotis. Biasanya, pasien dengan keadaan ini menunjukkan gejala pada saat baru dilahirkan, dan setelah beberapa minggu pertama kehidupan secara bertahap berkembang stridor inspiratoar dengan nada tinggi dan kadang kesulitan dalam pemberian makanan.3 Stridor merupakan suatu gejala tetapi bukan tanda spesifik untuk penyakit ini, bagaimanapun terdapat banyak kelainan laring kongenital yang dapat mengakibatkan stridor.
Laringomalasia merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, yang mula-mula terjadi segera setelah kelahiran, dan memberat pada bulan keenam, serta membaik pada umur 12-18 bulan. Terkadang kelainan kongenital ini dapat menjadi cukup berat sehingga membutuhan penanganan bedah. Penyebab pasti laringomalasia masih belum diketahui. Penegakan diagnosis didapatkan melalui pemeriksaan menggunakan endoskopi fleksibel selama respirasi spontan.

EMBRIOLOGI
Laring, faring, trakea dan paru-paru merupakan derivat foregut embrional yang terbentuk sekitar 18 hari setelah konsepsi. Tak lama sesudahnya, terbentuk alur faring median yang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem pernapasan dan benih laring. Sulkus atau alur laringotrakeal menjadi nyata pada sekitar hari ke-21 kehidupan embrio. Perluasan ke arah kaudal merupakan primordial paru. Alur menjadi lebih dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua lobus pada hari ke-27 atau ke-28. bagian yang paling proksimal dari tuba yang membesar ini akan menjadi laring.
Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali menjelang 33 hari, sedangkan kartilago, otot dan sebagian besar pita suara (plika vokalis) terbentuk dalam tiga atau empat minggu berikutnya. Hanya kartilago epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal. Karena perkembangan laring berkaitan erat dengan perkembangan arkus brankialis embrio, maka banyak struktur laring merupakan derivat dari aparatus brankialis. Gangguan perkembangan dapat berakibat berbagai kelainan yang dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laring secara langsung.

2 comments:

  1. dari bayi sampai skrg lendir yg berlebihan blm ada perubahan padahal sudah berobat ke RSUD sampai saat ini anka msih pake selang utk mnm karna susah menelan,,,mohon pejelasan dari dokter terimakasih dok

    ReplyDelete