Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Sunday, November 11, 2007

Kesehatan Gigi Dan Mulut

Kesehatan Gigi Dan Mulut: Hubungan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kesehatan TubuhKayaknya banyak deh yang belum pernah dengar hubungan antara gigi dan mulut dengan kesehatan tubuh. Padahal segala yang terjadi di mulut kamu bisa juga berpengaruh ke tubuh kamu secara keseluruhan. Begitu pula sebaliknya, kalo ada sesuatu yang terjadi di tubuh kamu tandanya bisa muncul di rongga mulut kamu.Kamu mungkin gak menyangka betapa pentingnya menyikat gigi untuk membersihkan plak-plak yang menempel di gigi kamu. Plak yang menempel pada gigi kamu apabila gak dibersihkan gak hanya bikin gigi kamu berlubang atau istilahnya karies gigi, gusi di sekitar gigi kamu pun bisa kena imbasnya.Plak bisa menyebabkan peradangan pada gusi kamu, bahkan proses peradangan ini bisa meluas ke jaringan periodontal yang lebih dalam dan kondisinya bisa bertambah parah. Penelitian-penelitian telah memperlihatkan hubungan antara peradangan jaringan periodontal atau biasa disebut periodontitis dengan berbagai penyakit mematikan seperti stroke, diabetes, penyakit jantung dan paru-paru. Apabila penyakit-penyakit ini sudah ada, keadaannya bisa bertambah buruk apabila disertai dengan adanya penyakit periodontal.Walaupun masih menjadi kontroversi, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa periodontitis yang dialami oleh wanita hamil juga bisa menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan si bayi lahir prematur alias sebelum waktunya dan dengan berat badan yang kurang. Sehingga para peneliti sangat menganjurkan wanita hamil untuk memelihara kesehatan gusi dengan melakukan perawatan skeling di dokter gigi. Kasihan kan bayinya kalo lahir prematur. Karena biasanya bayi yang lahir prematur memiliki masalah kesehatan akibat beberapa organ tubuhnya yang belum berfungsi baik dan terbentuk dengan sempurna.Hal-hal menyeramkan diatas bisa terjadi karena mulut kamu merupakan organ yang paling kotor di dalam tubuh kamu, sehingga mulut merupakan organ yang termasuk paling rentan dan sering mengalami infeksi dan peradangan. Kenapa disebut paling kotor? Karena mulut kamu merupakan tempat hidup berbagai jenis bakteri mulai dari yang baik sampai bakteri berbahaya. Bahkan di mulut terdapat lebih banyak jenis bakteri dibandingkan usus besar tempat sisa makanan kamu diolah.Bakteri penyebab infeksi dan sel yang berperan dalam proses peradangan dari mulut kamu bisa menyebar ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Mereka inilah yang bisa mempengaruhi kondisi tubuh kamu dan penyakit-penyakit sistemik tertentu seperti yang tadi sudah disebutkan. Berbagai kondisi dan penyakit di tubuh kamu juga bisa terlihat di rongga mulut. Kondisi pertahanan tubuh kamu yang menurun misalnya akibat penyakit seperti HIV/AIDS, penggunaan obat-obatan kemoterapi, ataupun obat yang digunakan setelah transplantasi organ akan menyebabkan rongga mulut kamu mudah terserang infeksi misalnya infeksi oleh virus ataupun jamur.Kelainan pola makan seperti bulimia dan anorexia, serta kelainan seperti GERD (gastroesophageal reflux disease) yang mengakibatkan asam lambung masuk ke rongga mulut bisa mengakibatkan pengikisan pada gigi kamu dan membuat mukosa di rongga mulut jadi kering, kemerahan, dan terasa perih. Selain itu, kondisi penderita bulimia yang kekurangan nutrisi biasanya akan menjadikannya lebih mudah terserang penyakit gusi.Beberapa obat tertentu yang mempunyai efek samping mulut kering atau istilahnya xerostomia juga bisa meningkatkan resiko kerusakan gigi. Obat-obat ini akan menurunkan produksi air ludah atau saliva sehingga kadar asam di dalam mulut meningkat. Dengan jumlah yang sedikit dan konsistensi yang kental, saliva akan kehilangan fungsinya sebagai pembersih alami rongga mulut kamu. Selain itu, orang dengan kondisi mulut kering biasanya mengalami kesulitan untuk mengunyah, menelan, mengecap rasa, dan berbicara.Berikut ini adalah obat-obatan yang bisa mengakibatkan mulut kering:
• Antihistamin
• Decongestant
• Beberapa jenis obat pengurang rasa sakit
• Diuretik
• Penurun tekanan darah
• AntidepresanSelain obat yang mengakibatkan mulut kering, ada juga obat-obatan lain yang memiliki efek samping seperti berikut:
• Perdarahan gusi yang gak normal ketika menyikat gigi atau flossing.
• Jaringan yang meradang ataupun terbentuk kelainan seperti sariawan.
• Mulut terasa perih.
• Jaringan mulut mati rasa.
• Gangguan pengecapan rasa oleh lidah.Konsultasikan dengan dokter atau dokter gigi kamu jika kamu mengalami gejala-gejala kesehatan seperti ini. Jangan lupa juga untuk selalu membaca aturan pakai dan efek samping dari obat-obatan yang kamu gunakan.Pustaka-Kesehatan Gigi Dan MulutSerba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut Oleh Ardyan Gilang Rahmadhan

Hiv/AIDS Merebak, TBC Bangkit Kembali

Hiv/AIDS Merebak, TBC Bangkit Kembali: Penularan Tbc Untuk Penderita AidsAIDS saat ini adalah masalah kesehatan masyarakat dunia yang muncul pertama kalinya (emerging disease) di Amerika sejak awal dekade tahun 1980-an, menyebar ke banyak negara, termasuk Indonesia. Sejak Indonesia melaporkan kasus AIDS secara resmi tahun 1987, sampai akhir April 1997 sudah tercatat 527 kasus HIV/ AIDS (128 AIDS, dan 399 HIV+) yang dilaporkan dari 20 propinsi di Indonesia. Sepanjang situasi dan faktor risiko penyakit ini masih belum mampu diatasi, AIDS akan terus berkembang sebagai masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Selama tahun 1996 saja, sudah tercatat 137 kasus baru (insiden) HIV/AIDS, melampaui jumlah kasus baru HIV/AIDS tahun 1993 (113 kasus) yang dianggap sebagai puncak penularan AIDS secara eksponensial di Indonesia.Di sisi lain, TBC masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat endemis di seluruh wilayah Indonesia. Seperti halnya AIDS, penyakit ini juga menyerang kelompok penduduk usia produktif terutama mereka yang tergolong sosial ekonomi rendah. Keduanya dapat dikelompokkan sebagai “the silent killer of the century” karena membunuh penderita secara perlahan-lahan. Keduanya juga menimbulkan stigma sosial dalam bentuk pengucilan penderita. Untungnya vaksin TBC sudah ditemukan dan penyakitnya dapat diobati sampai sembuh. Tetapi vaksin dan obat untuk AIDS masih ditunggu, entah sampai kapan, dapat diakses oleh masyarakat terutama masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang.Yang menjadi kekhawatiran para pengamat masalah AIDS adalah ledakan kasus TBC (re-emerging disease) di masyarakat bersamaan dengan semakin merebaknya kasus AIDS. Laporan WHO menjelaskan bahwa jika sekelompok individu terinfeksi oleh HIV dan TBC secara bersama-sama, kemungkinannya 25-30 kali penyakit TBCnya akan berkembang lebih aktif dibandingkan kalau mereka hanya terinfeksi oleh TBC saja. AIDS yang melemahkan sistem kekebalan tubuh akan memberikan kesempatan kepada baksil TBC berkembang lebih ganas di tubuh pengidapnya. Ledakan kasus TBC sudah melanda beberapa negara di Afrika sejalan dengan semakin merebaknya epidemi HIV/AIDS di masyarakat negara tersebut. Sepertiga pengidap HIV di negara-negara tersebut juga dilaporkan meninggal akibat penyakit oportunistik TBC.WHO memperkirakan selama dekade tahun 1990-an di dunia akan terjadi ledakan epidemi TBC yang mengakibatkan 30 juta kematian. Sampai dengan tahun 2000 nanti, kasus baru TB di dunia diperkirakan akan meningkat dengan pesat menjadi 7 juta kasus. Bagaimana gambarannya di Indonesia? Dari Survei Kesehatan Rumah tangga (SKRT) 1986 diketahui rata-rata prevalensi TBC 0.42%, dan penyakit ini tercatat sebagai penyebab kematian nomer tiga di Indonesia. SKRT tahun 1992, melaporkan kematian akibat TBC (9.9%) meningkat ke urutan nomer dua. Dari data SKRT ini dapat disimpulkan bahwa masalah TBC di Indonesia bukannya mereda, tetapi malah semakin potensial berkembang dan dikhawatirkan akan menjadi ancaman kelestarian kesehatan masyarakat apalagi dengan semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS.Krisis baru menanti
Ada dua hal mendasar mengapa masalah TBC dikhawatirkan akan berkembang menjadi krisis baru di bidang kesehatan masyarakat. Pertama, masih lemahnya program pemberantasan penyakit TBC dan kedua, semakin berkembangnya HIV/AIDS sejalan dengan perkembangan situasi dan faktor-faktor risiko penularannya di masyarakat. Agar pelayanan kesehatan masyarakat dapat lebih efektif memotong rantai penularan TBC, manajemen program pemberantasan penyakit TBC perlu lebih ditingkatkan, mulai dari penyediaan berbagai fasilitas diagnostik, staf yang terlatih, dan distribusi obat anti TBC yang mencukupi kebutuhan pusat pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan masyarakat juga perlu lebih ditingkatkan terutama untuk menjelaskan gejala TBC, cara pencegahannya, sikap diskriminatif terhadap penderita yang tidak perlu, dan nasehat kepada penderita untuk segera mencari pengobatan di Puskesmas.Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan pengelola program di lapangan masih dijumpai beberapa kendala yang perlu segera diantisipasi oleh Depkes. Misalnya, untuk menegakkan diagnosa TBC di Puskesmas dan surveilan pasif untuk pasien yang datang ke balai pengobatan yang mengeluh batuk lebih dari tiga minggu masih sangat tergantung dari jumlah dan kualitas dahak (sputum) pasien. Diagnose TBC aktif di Puskesmas tidak dapat ditegakkan kalau baksil TBC tidak dapat dijumpai pada pemeriksaan mikroskopik karena kualitas dahak kurang baik dan terjadi “masking effect” (pengelabuan) akibat pemberian obat anti TBC yang kurang efektif. Pengobatan anti TBC sudah disediakan secara gratis oleh PPTI dan sistem pengobatan jangka pendek juga sudah diterapkan sesuai dengan pedoman WHO. Tetapi, suksesnya pengobatan juga akan sangat tergantung dari kepatuhan penderita mengikuti program pengobatan. Hal ini yang masih banyak dikeluhkan oleh petugas kesehatan di Puskesmas.Untuk lebih efektifnya upaya memotong rantai penularan TBC di masyarakat, kualitas surveilan dan pengobatan TBC mutlak diperlukan. Untuk itu, monitoring pelaksanaan surveilan TBC perlu lebih ditingkatkan, termasuk pengobatan TBC dengan obat-obat anti TBC, dengan dosis dan periode waktu yang tepat pula. Persediaan obat anti TBC (gratis) di Puskesmas dijamin oleh Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosa Indonesia (PPTI) untuk penderita yang kurang mampu. Monitoring kualitas dan persediaan obat anti TBC juga perlu dilakukan agar tidak sampai kehabisan stok. PPTI adalah lembaga swadaya yang dana operasionalnya dikumpulkan langsung dari masyarakat melalui bulan bakti PPTI setiap tahun.Mungkinkah pelayanan TBC dan AIDS diintegrasikan?Sebagai bagian dari wilayah dunia yang dekat dengan episentrum penularan AIDS di Asia (Thailand dan India), dan semakin meningkatnya tingkat endemisitas TB di Indonesia, sudah saatnya strategi penanggulangan TB dan AIDS di Indonesia dikaji kembali secara seksama. Yang perlu dibenahi adalah yang menyangkut kebijakan dan kegiatan operasional program pemberantasan Penyakit TBC dan AIDS. Diskriminasi (stigma social) penderita TBC dan AIDS juga perlu diantisipasi secara bersama-sama. Dengan menggunakan asumsi akan terjadinya ledakan kedua masalah kesehatan masyarakat ini secara bersamaan dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada tiga pertanyaan yang perlu dikaji bersama pada saat kita memperingati hari TBC sedunia. “Mungkinkah pelayanan kedua penyakit ini diintergrasikan di Puskesmas? Mampukah Puskesmas, sebagai Ujung tombak pelayanan kesehatan, diberikan tanggung jawab untuk mengemban tugas ini, mengingat kondisi Puskesmas kita seperti sekarang ini? Jika mungkin, kebijakan apa yang masih perlu dikembangkan?Untuk mengantisipasi terjadinya ledakan TBC dan AIDS, kelemahan-kelemahan manajemen pelayanan TBC dan AIDS saat ini di Puskesmas perlu diidentifikasi. Hasil identifikasinya dapat digunakan untuk lebih meningkatkan efektifitas pemberantasan penyakit TBC sehingga pengidap TBC tidak lagi menjadi sumber penularan di masyarakat yang mungkin akan meningkatkan risiko penularan TBC untuk penderita AIDS. Seperti halnya penyakit menular seksual (PMS), penyakit TBC mungkin juga dapat dijadikan pertanda dini (surrogate marker) berkembangnya AIDS di masyarakat.Modal dan mekanisme pengumpulan dana langsung dari masyarakat oleh PPTI sebagai LSM yang diberikan tanggung jawab untuk penanggulangan penyakit TBC di Indonesia, barangkali dapat ditiru polanya oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Daerah (KPAN/KPAD). Jika kebijakan ini dapat dikembangkan, ketergantungan Indonesia akan bantuan dana luar negeri untuk penanggulangan HIV/AIDS akan dapat dikurangi. Masalahnya, bisakah KPAN/KPAD dikelola seperti PPTI? Untuk menjawab tantangan ini, terpulang kembali kepada para pengambil keputusan strategis di negeri ini, khususnya Depkes. Tetapi yang tetap perlu diwaspadai oleh masyarakat setelah HIV/AIDS berkembang adalah kekhawatiran akan semakin aktifnya penularan TBC di kalangan masyarakat kita.Pustaka-Hiv/AIDS Merebak, TBC Bangkit KembaliAIDS di Indonesia: masalah dan kebijakan penanggulangannya Oleh Dr. A. A. Gde Muninjaya. MPH

Osteoporosis

Osteoporosis: Wanita Lebih Cepat Mengalami Osteoporosis Daripada Pria.Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga massa tulang berkurang. Komponen matriks tulang, yaitu mineral dan protein berkurang. Resorpsi terjadi lebih cepat daripada formasi tulang, sehingga tulang menjadi tipis (Pusdiknakes, 1995).Osteoporosis adalah kelainan dengan penurunan massa tulang total. Pada kondisi ini terdapat perubahan pergantian tulang homeostatic normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar daripada kecepatan pembentukan tulang, yang mengakibatkan penurunan massa tulang total (Brunner & Suddarth, 2000). Jadi, osteoporosis adalah kelainan atau gangguan yang terjadi karena penurunan massa tulang total.Kondisi ini menyebabkan terjadinya pelebaran sumsum tulang dan saluran havers.’ Trabekula berkurang dan menjadi tipis. Akibatnya, tulang mudah retak. Tulang yang mudah terkena osteoporosis adalah vertebrata, pelipis, dan tengkorak.Tulang secara progresif menjadi pores, rapuh, dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda vertebra mengakibatkan deforrnitas skelet.Perkembangan osteoporosis sangat kompleks, meliputi faktor-faktor nutrisi, fisik, hormon, dan genetik. Tiga faktor utama yang memengaruhi osteoporosis adalah:- Defisiensi kalsium. Defisiensi kalsium dapat disebabkan oleh asupan kalsium dalam makanan yang tidak adekuat sehingga mempercepat penurunan massa tulang. Menurunnya kalsium ada hubungannya dengan bertambahnya usia karena berkurangnya absorpsi kalsium, tidak adekuatnya asupan vitamin D, atau penggunaan obat-obat tertentu (mis., kortikosteroid dalam waktu yang lama).- Kurangnya latihan fisik teratur. Imobilisasi dapat menyebabkan menurunnya massa tulang. Olahraga atau latihan fisik yang teratur dapat mencegah penurunan massa tulang.- Jenis kelamin. Hormon reproduksi memengaruhi kekuatan tulang. Pada wanita pascamenopause, hormon reproduksi dan timbunan kalsium tulang menurun. Hormon wanitahttp://artikelterbaru.com/kesehatan/ilmu-kedokteran/hormon-estrogen-pada-wanita-20114501.html yang sangat menurun dalam hal ini adalah estrogen. Dengan demikian, wanita lebih cepat mengalami osteoporosis daripada pria. Wanita usia 45 tahun memperlihatkan bukti pada sinar-X adanya osteoporosis, sedangkan pada pria terjadi setelah usia 70 tahun. Selain tiga hal tersebut, gangguan kelenjar endokrin dapat menyebabkan osteoporosis yaitu penyakit Chusing, tirotoksikosis, atau hipersekresi kelenjar adrenal. Faktor lain risiko terjadinya osteoporosis adalah kurang terpajan sinar matahari, banyak mengonsumsi alkohol, nikotin, dan kafein, kurang aktivitas fisik, atau adanya riwayat keluarga dengan osteoporosis.Pustaka-OsteoporosisKlien Gangguan Sistem Muskuloskeletal sAK Oleh Suratun, SKM, Heryati, S.Kp, M.Kes, Santa Manurung, SKM, M.Kep & Dra. Een Raenah, SMIP