Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Tuesday, February 21, 2012

Faktor resiko yang dapat menyebabkan atresia esofagus


Faktor resiko yang dapat menyebabkan atresia esofagus adalah:
a). Faktor Obat, salah satu obat yang diketahui dapat menyababkan kelainan kongenital adalah thali domine
b). Radiasi, radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janinyang dapat mengakibatkan mutasi gen
c). Gizi ibu sewaktu hamil ( Fitri warnet, 2008)
Selama embriogenesis proses elongasi dan pemisahan trakhea dapat terganggu jika pemisahan septum trakheaesofageal tidak lengkap maka fistula trakhea esofagus akan terbentuk, jika elongasi melebihi proloferasi sel sebelumnya yaitu sel bagian depan dan belakang jaringan maka trakhea akan membentuk atresia esofagus (Fuwazh, 2008)



Konsep Dasar Pengetahuan


a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan penginderaan berupa melihat, mendengar, mencium, merasa dan meraba terhadap suatu objek tertentu sehingga orang tersebut menjadi tahu (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang di ketahui atau di sadari oleh oleh seseorang (kamus bahasa indonesia,1999).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Prilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama. (Rogers, 1974). (Notoatmodjo,2003) menyebutkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru akan terjadi suatu proses dalam diri orang tersebut yaitu :
1) Awarenees (kesadaran) : yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2) Interest (tertarik) : yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (mempertimbangkan) : yakni baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap seseorang sudah lebih baik.
4) Trial (mencoba) : yakni orang telah mencoba perilaku baru.
5) Adoption (mengadaptasi) : yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
b. Tingkatan Pengetahuan
Notoatmodjo (2003) mengatakan dalam bukunya, pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif dapat dibagi dalam enam tingkatan, yaitu :
1) Tahu
Pada tingkat ini seseorang mampu mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk hal-hal yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.
2) Memahami
Pada tingkat ini seseorang mampu menjelaskan tentang objek yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan dengan benar.
3) Aplikasi
Pada tingkat ini seseorang mampu menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4) Analisa
Pada tingkat ini seseorang mampu menjabarkan materi suatu objek kedalam komponen-komponen yang saling berkaitan dalam suatu struktur organisasi.
5) Sintesis
Pada tingkat ini seseorang mampu menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.


6) Evaluasi
Pada tingkat ini seseorang mampu melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
c. Karakteristik individu yang kurang pengetahuan antara lain:
1) Mengungkapkan informasi yang tidak adequat
Informasi tidak di sampaikan lengkap sehingga maksudnya jadi biasa.
2) Adanya salah pengertian atau salah persepsi. Karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup biasanya terjadi makna yang di sampaikan menjadi salah.
3) Menanyakan kembali informasi yang telah di berikan, kemampuan menerima informasi lambat sehingga pertanyaan di ulang – ulang.
4) Tidak terampil dalam mendemonstrasikan sesuatu karena pengetahuan yang di terima tidak cukup biasanya kurang, mampu dalam mempergunakan sesuatu.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
1) Intelegensi
Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif, intelegensi mengandung unsur pengetahuan atau rasio, yang banyak di gunakan dalam suatu tindakan atau prilaku makin beintelegasi perilaku tersebut.
2) Emosi
Emosi atau perasaan yang timbul di sertai pekerjaan inttlect dapat memperkuat dorongan pengetahuan individu. Contohnya seperti individu mampu memahami atau tidak memahami suatu pekerjaan.
3) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang di harapkan dari objek tertentu. Kepercayaan datang dari apa yang telah di ketahui kemudian akan terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik suatu objek.
4) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi adalah suatu yang dijalani, dirasakan dan ditanggung. Pengalaman pribadi dapat membentuk pengetahuan seseorang, pengalaman pribadi yang di generalisasikan akan membentuk streotif dan penghayatan seseorang.
5) Belajar
Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan setiap kegiatan belajar diharapkan akan ada perubahan pada diri individu, seperti tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti (Sunaryo, 2004).
6) Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

Keuntungan memakai alat kontrasepsi jangka panjang


Alat kontrasepsi sebaiknya mengetahui keuntungan dan kerugian yang mungkin akan terjadi. Dengan demikian, efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi ini dapat diminimallisirkan. Menurut Prawirohardjo (2005) pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR/IUD, Implant, MOW dan MOP memiliki banyak keuntungan, yakni:
a. Memiliki efektivitas yang tinggi, dari 1000 kehamilan hanya ditemukan 6 akibat dari kegagalan pemakaian metode KB jangka panjang.
b. Sangat efektif karena tingkat kegagalan dalam penggunaannya sangat kecil.
c. Tidak akan mengganggu dalam melakukan hubungan seksual.
d. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI karena tidak bersifat hormonal.
e. Lebih aman karena keluhan/efek samping dalam pemakaian kontrasepsi jangka panjang ini lebih sedikit.


Kerugian dalam pemakaian kontrasepsi jangka panjang


a. Akseptor harus memiliki izin dan persetujuan dari suami atau istri tanpa ada paksaan dari orang lain
b. Dalam pemakaian kontrasepsi jangka panjang ini memerlukan waktu yang banyak saat pemasangannya
c. Setelah melakukan pemasangan alat kontrasepsi KB jangka panjang seperti AKDR/IUD, implant, MOW/MOP terkadang bisa meninggalkan bekas luka.
3. Persyaratan pemakain kontrasepsi jangka panjang
Adapun persyaratan yang harus diperhatikan oleh pasangan usia subur untuk pemakaian kontrasepsi jangka panjang ini untuk meminimalkan efek samping, yaitu klien menginginkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang, klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, dan klien belum siap untuk hamil.


Sumber : buku kebidanan

Definisi/Pengertian Kehamilan Kembar


Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dua janin (kembar), 3 triplet dan seterusnya. Kehamilan ini dapat meningkatkan risiko persalinan prematur. Dilaporkan dari 121 juta persalinan didapatkan sebagai berikut: kembar l: 85, triplet I : 7,6 (Sastrawinata, 1984).

Kehamilan kembar seringkali menimbulkan komplikasi kehamilan seperti hidramnion, eklampsia, preeklampsia, anemia sehingga menyebabkan over distensi uterus (Reeder, 1996). Sebanyak 10% pasien dengan partus prematur ialah kehamilan kembar dan secara umum kehamilan kembar mempunyai panjang usia gestasi lebih pendek (Wiknjosastro, 1994).





Aktifitas seksual dalam kehamilan


Sejak zaman dahulu hingga paruh pertama abad ini coitus pada kehamilan, terutama pada trimester terakhir dilarang dalam berbagai komunitas sosial. Risiko yang ditakutkan termasuk infeksi dan persalinan prematur. Penelitian mengenai hal ini selama 40 tahun terakhir tenyata membuahkan hasil-hasil yang saling bertentangan. Beberapa peneliti berpendapat bahwa coitus pada masa kehamilan bisa menyebabkan KPD, persalinan prematur dan chorioamnionitis. Sementara peneliiti lain tidak menemukan hubungan antara coitus selama kehamilan dengan komplikasi yang terjadi (Klebanoff, 1993).
Penelitian untuk mengetahui efek coitus pada kehamilan lanjut, pertama kali dilakukan oleh Pugh dan Fernandez (1953) dengan subyek 200 wanita hamil, dan mereka menyimpulkan bahwa coitus tidak menyebabkan suatu komplikasi apapun terhadap kehamilan. Dengan demikian tidak dianjurkan untuk menghindari coitus pada saat hamil bahwa coitus selama kehamilan tidak meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur, KPD, perdarahan ataupun infeksi (Rynerson BC, 1993).
Peneliti lain mempertimbangkan adanya faktor cairan seminal dan stimulasi pada mammae sebagai salah satu yang menginduksi persalinan prematur. Sebagaimana diketahui cairan seminal kaya dengan prostaglandin dan enzim yang potensial menyebabkan inisiasi persalinan. Sementara stimulasi pada mammae akan menyebabkan diproduksinya oksitosin sehingga juga akan merangsang terjadinya kontraksi uterus. (Klebanoff, 1993).
Belum terbuktinya coitus sebagai faktor risiko terjadinya persalinan prematur menyebkan rekomendasi yang berbeda-beda pula. Sebagian praktisioner kebidanan menyatakan tidak ada alasan untuk membatasi kegiatan seksual selama kehamilan (Thrope, 1992). Sementara sebagian yang lain menyarankan pembatasan hubungan seksual pada 4 minggu terakhir kehamilan dan kapan saja bila terdapat indikasi ancaman abortus atau persalinan prematur (Cunningham, 1997). Menurut penelitian Palakathodi dkk (2000) di Denmark frekuensi koitus yang sering tanpa pemakaian kondom berpengaruh terhadap kolonisasi Streptokokus Grup B. Pada ibu hamil dengan frekuensi koitus yang sering (≥7x/4 minggu) tanpa kondom didapatkan prevalensi beberapa mikroorganisma vagina yang lebih tinggi, termasuk kolonisasi Streptokokus Grup B dibandingkan dengan ibu hamil yang jarang melakukan koitus (frekuensi < 3x/4 minggu) (Irianti, 2002).

Psikologi perkembangan remaja menurut Sarwono


Menurut Sarwono dalam bukunya psikologi perkembangan remaja dapat digolongkan menjadi:
1) Masa Pra Pubertas (usia 12-13 tahun)
Peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas cirinya:
a) Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
b) Anak mulai bersikap kritis
2) Masa Pubertas (usia 14-16 tahun)
Merupakan masa awal, cirinya:
a) Mulai cemar dan bingung tentang perubahan
fisiknya
b) Memperhatikan penampilan
c) Sikapnya tidak menentu/ plin plan
d) Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
3) Masa Akhir Pubertas (usia 17-18 tahun)
Peralihan dari masa pubertas ke masa adolensen, cirinya:
a) Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
b) Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
4) Periode Remaja Adolesen (usia 19-21 tahun)
Merupakan masa akhir remaja, beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
a) Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
b) Mulai menyadari akan realitas
c) Sikapnya mulai jelas tentang hidup
d) Mulai nampak dan minatnya

Kegunaan Informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja


Informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja akan berguna untuk:

a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja maupun orang
dewasa mengenai pentingnya kesehatan remaja (KRR)
b. Mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa pubertas yang cukup berat
c. Melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan reproduksi
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/ AIDS serta
kehamilan tak diharapkan
d. Membuka akses pada informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi
remaja melalui sekolah maupun luar sekolah

DEFINISI, JENIS dan PENYEBAB INFERTILITAS


Definisi :
tidak hamil setelah 1 tahun menikah,
tanpa menggunakan KB, serta hub
seksual teratur

Macam :
1. Infertilitas Primer
2. Infertiuitas sekunder

Penyebab Infertilitas
Kelainan semen (Male factor Infertility)
Ggn ovulasi (faktor ovulasi)
Tuba : injury, adesi, tersumbat, endometriosis ( faktor tuba)
Abnormalitas interaksi mukus serviks dg sperma (faktor serviks)
Lain-lain : kln uterus, ggn imunologis, infeksi

FAKTOR PRIA
Sel Reprod Pria tdd :
testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesikula seminalis, duktus ejakulatorius, klj bulbouretra, uretra
Pd ejakulasi : sperma dikeluarkan dr vas deferens bersama dg cairan dari prostat vesikula seminalis dan klj bulbouretra
Faktor Ovulasi
Pd umumnya mdh didiagnosis dan pengelolaannya mudah
Siklus normal wanita : 25-35 hr
Wanita dg siklus haid teratur umumnya fertil
E/ : abnormalitas hipotalamus/hipofisis, peny. Tiroid, ggn adrenal, hiperandrogen

Faktor Tuba
Faktor Tuba/peritoneal :
- Kerusakan tuba
- Sumbatan tuba
- Adhesi tuba

Pemeriksaan Infertilitas
Male factor :
1. Analisa sperma :
Nilai normal :
- Volume : 2-6 ml
- Konsentrasi : > 20 jt/ml
- Motilitas : > 50%
- Morfologi : > 30%

2. Sperm Penetration Assay
Faktor Ovulasi :
1. Temperatur suhu basal
2. Kadar progesteron serum midluteal
3. Monitoring LH
4. Biopsi endometrium
5. USG

Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Lansia


Berikut ini adalah hal yang harus diperhatikan oleh lansia berkaitan dengan perilaku yang baik |(adaptif|) dan tidak baik (mal adaptif|)
a. Perilaku yang kurang baik
1) Kurang berserah diri
2) Pemarah, merasa tidak puas, murung dan putus asa
3) Sering menyendiri
4) Kurang melakukan aktivitas fisik/olahraga/kurang gerak
5) Makan tidak teratur dam kurang minum
6) Kebiasaan merokok dan minum minuman keras
7) Minum obat penenang dan obat penghilang rasa sakit tanpa aturan
8) Melakukan kegiatan yang melebihi kemampuan
9) Menganggap kehidupan seks tidak diperlukan lagi
10) Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur

b. Perilaku yang baik
1) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
2) Menerima keadaan, sabar, optimis serta meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai serta banyak minum
3) Berhenti merokok dan meminum minuman keras
4) Minumlah obat sesuai anjuran dokter/petugas kesehatan
5) Mengembangkan hobi sesuai kemampuan
6) Tetap bergairah dan memelihara kehidupan seks
7) Meriksakan kesehatan secara teratur
c. Manfaat
1) Lebih takwa dan tenang
2) Tetap ceria dan banyak mengisi waktu luang
3) Keberadaanya tetap diakui oleh keluarga dan masyarakat
4) Kesegaran dan kebugaran tubuh tetap terpelihara
5) Terhindar dari kegemukan dan kekurusan serta penyakit berbahaya
6) Mencegah keracunan obat dan efek samping lainnya
7) Mengurangi stress dan kecemasan
8) Hubungan harmonis tetap terpelihara
9) Gangguan kesehatan dapat diketahui dan diatasi sedini mungkin

Karakteristik Lansia


a. Jenis kelamin adalah ciri biologis, dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan.
b. Umur adalah ulang tahun terakhir, dikelompokkan dalam usia 60 – 74 tahun (kelompok usia lanjut tua) dan kelompok usia 75 – 90 tahun (kelompok usia lanjut sangat tua).
c. Pendidikan adalah ijazah terakhir yang diterima, dikelompokkan dalam sekolah dan tidak sekolah.
d. Kesehatan fisik adalah keadaan fisik lansia, dikelompokkan dalam memiliki penyakit dan tidak memiliki penyakit.

Perilaku depresi


Perilaku depresi dapat dibagi menjadi :
a. Perilaku depresi ringan adalah bila nilai yang dilihat dari tanda dan gejala perilaku untuk total aspek berjumlah 25% - 49%
b. Perilaku depresi sedang adalah bila nilai yang dilihat dari tanda dan gejala perilaku untuk total aspek berjumlah 50% - 99%
c. Perilaku depresi berat adalah bila nilai yang dilihat dari tanda dan gejala perilaku untuk total aspek berjumlah 100%

Abses intra abdomen


a. Pengertian abses intra abdomen
Abses merupakan kumpulan pus (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing, misalnya serpihan, luka peluru atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain. Abses intra abdomen yaitu sekumpulan pus yang terdapat di rongga peritoneal yang disebabkan oleh peradangan, abses abdomen (abses perut) itu sendiri dapat terbentuk di bawah diafragma, di pertengahan perut, di rongga panggul atau dibelakang rongga perut. Abses juga bisa terbentuk di dalam atau di sekitar organ perut, misalnya ginjal, limpa, pankreas atau hati, atau di dalam kelenjar prostat (http : // medicastore.net/index, diakses 27 April 2010).
b. Etiologi
Suatu infeksi bakteri staphylococcus aureus, dapat menyebabkan abses melalui beberapa cara yaitu :
1) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
2) Bakteri menyebar dari suatu infekski di bagian tubuh lain secara limfatogen atau hematogen
3) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia atau tidak menimbulkan gangguan, terkadang dapat menyebabkan terbentuknya abses
4) Adanya cedera dapat menjadi penyebab terjadinya abses
5) Adanya infeksi atau perforasi usus
6) Infeksi organ perut lain

Selain itu peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3) Terdapat gangguan sistem kekebalan misalnya daya tahan tubuh yang menurun
c. Patofisiologi
Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme atau benda asing membunuh sel-sel lokal yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin tersebut memicu sebuah respon inflamasi (peradangan), yang menarik kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut dan meningkatkan aliran darah setempat.
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah nanah menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses enkapsulasi tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam nanah.Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
d. Gejala
Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau saraf, karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan maka manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, gejalanya bisa berupa :
1) Nyeri
2) Nyeri tekan
3) Teraba hangat
4) Pembengkakan
5) Kemerahan
6) Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih dahulu tumbuh menjadi lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi ke seluruh tubuh.
e. Penatalaksanaan
Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridemen, dan kuretase untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Salah satu pembedahannya yaitu dengan laparatomi eksplorasi. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, utamanya apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgesik dan mungkin juga antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya di indikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Drainase abses paru dapat dilakukan dengan memposisikan penderita sedemikian hingga memungkinkan isi abses keluar melalui saluran pernapasan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.
Adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam abses, selain bahwa antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang rendah. Namun demikian, walaupun sebagian besar buku ajar kedokteran menyarankan untuk dilakukan insisi pembedahan, sebagian dokter hanya menangani abses secara konservatif dengan menggunakan antibiotik.
f. Diagnosa
Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT scan atau MRI.
g. Komplikasi
1) Infeksi sekunder ; merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus.
2) Ruptur atau penjalaran langsung ; rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses. Perforasi paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga intraperitoneum, selanjutnya pericardium dan organ-organ lain.
3) Komplikasi vaskuler ; ruptur kedalam v. porta, saluran empedu atau traktus gastrointestinal jarang terjadi
4) Parasitemia, amoebiasis serebral ; E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di organ lain misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal intrakranial.

Letak sungsang presentasi kaki


a. Pengertian letak sungsang presentasi kaki
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang , yakni : presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki. Pada presentasi kaki bagian paling rendah ialah satu atau dua kaki. (Sarwono 2005 : 606-613).
b. Etiologi presentasi kaki adalah :
(1) Letak janin proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus
(2) Jumlah air ketuban relative banyak
(3) Multiparitas
(4) Prematuritas
(5) Kehamilan ganda
(6) Hidramnion
(7) Hidrosefalus
(8) Anensefalus
(9) Plasenta previa
(10) Panggul sempit
(11) Kelaina uterus
(12) Kelainan bentuk uterus. (Sarwono 2005.: 606-613).
c. Diagnosis
Anamnesis : kehamilan terasa penuh di bagian atas dan gerakan tersa lebih banyak dibagian bawah.
Pemeriksaan luar : di bagian bawah uterus tidak teraba kepala, balotemen negative, teraba kepala di fundus uteri, denyut jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilicus.
Pemeriksaan dalam: setelah ketuban pecah teraba sacrum. Bila teraba bagian kecil bedakan apakah kaki atau tangan.
(Sarwono 2005 : 606-613).
d. Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi dibandingkan dengan letak kepala, menurut Eastman sebesar 12-14%. (Sarwono 2005 : 606-613).

Konsep Dasar Diabetes Melitus


a. Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.


b. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus sebagai berikut :
1). Tipe I : Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM)
2). Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3). Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4). Diabetes Mellitus gestasional (GDM)
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa tipe yaitu :
1). Diabetes Mellitus Tipe Insulin
Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang mana klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
2). Diabetes Mellitus tipe II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), terbagi dua yaitu :
a). Non obesitas
b). Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.


3). Diabetes Mellitus Tipe Lain
(1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, Diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
(2) Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperglikemia antara lain:
(3) Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
(4) Diabetes Gestasional (Diabetes Kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
Tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
c. Etiologi
1). Diabetes Tipe I
a). Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
b). Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans.


c). Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2). Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a). Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b). Obesitas
c). Riwayat keluarga
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu
a). Faktor Genetik
Riwayat keluarga dengan Diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b). Faktor non genetik
(1) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
(2) Nutrisi
(a) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
(b) Malnutrisi protein
(c) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
(3) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
d. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Manifestasi klinis:
a). Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b). Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

c). Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d). Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e). Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak
e. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
f. Pemeriksaan Penunjang
1). Glukosa darah sewaktu
(1) Plasma vena
(2) Darah kapiler
2). Kadar glukosa darah puasa
(1) Plasma vena
(2) Darah kapiler
3). Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
g. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1) Diet
2) Latihan
3) Pemantauan
4) Terapi (jika diperlukan)
5) Pendidikan
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J1: jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J2: jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J3: jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).


Konsep Dasar Laparatomi Eksplorasi


a. Pengertian Laparatomi Eksplorasi
Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen, bedah laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan. (http://medicastore.laparatomi.co.id, di akses 27 april 2010).
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi yaitu: Herniotorni, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepateroktomi, splenorafi/splenotomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan fistulotomi atau fistulektomi. Tindakan bedah kandungan yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi adalah berbagai jenis operasi uterus, operasi pada tuba fallopi dan operasi ovarium (Prawirohardjo), yaitu: histerektomi baik itu histerektomi total, histerektomi sub total, histerektomi radikal, eksenterasi pelvic dan salingo-coforektomi bilateral. Selain tindakan bedah dengan teknik sayatan laparatomi pada bedah digestif dan kandungan, teknik ini juga sering dilakukan pada pembedahan organ lain, menurut Spencer (1994) antara lain ginjal dan kandung kemih. Ada 4 (empat) cara, yaitu :
1) Midline incision
2) Paramedian, yaitu : panjang (12,5 cm) ± sedikit ke tepi dari garis tengah
3) Transverse upper abdomen incision, yaitu : sisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy
4) Transverse lower abdomen incision, yaitu : 4 cm di atas anterior spinal iliaka, ± insisi melintang di bagian bawah misalnya : pada operasi appendictomy.
b. Indikasi Laparatomi
1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / Ruptur hepar
2) Peritonitis
3) Perdarahan saluran pencernaan (Internal Blooding)
4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar
5) Masa pada abdomen (Sjamsuhidajat R, Jong WD, 1997).
c. Komplikasi
1) Ventilasi paru tidak adekuat
2) Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung
3) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
d. Post Laparatomi
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
e. Tujuan Perawatan Post Laparatomi
1) Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
2) Mempercepat penyembuhan
3) Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi
4) Mempertahankan konsep diri pasien
5) Mempersiapkan pasien pulang
f. Komplikasi Post Laparatomi
1) Tromboplebitis
Tromboplebitis post opersi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien sebelum mencoba ambulatif.
2). Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, organisme ;gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang pali penting adalah perawatan luka dengan mempertahankan aseptik dan antiseptik.
3). Dehisensi Luka atau Eviserasi
Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.
4). Proses Penyembuhan Luka
a). Fase pertama (Inflamasi)
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak/rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
b). Fase kedua (Proliferatif)
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
c). Fase ketiga (Maturasi)
Sekitar 2 sampai 10 minggu kolagen terus menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
d). Fase keempat (fase terakhir)
Pada fase penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
g. Intervensi untuk Meningkatkan Penyembuhan
1). Meningkatkan intake makanan tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP)
2). Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid
3). Pencegahan infeksi
h. Pengembalian Fungsi Fisik
Pengembalian fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi dengan latihan nafas dan batuk efektif, latihan mobilisasi dini. Latiahn-latihan fisik diantaranya latihan nafas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakan otot-otot bokong. Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur, semuanya dilakukan hari ke 2 post opersi.

Konsep Dasar Abses intra abdomen


1. Konsep Dasar Abses
a. Pengertian abses intra abdomen
Abses merupakan kumpulan pus (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing, misalnya serpihan, luka peluru atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain. Abses intra abdomen yaitu sekumpulan pus yang terdapat di rongga peritoneal yang disebabkan oleh peradangan, abses abdomen (abses perut) itu sendiri dapat terbentuk di bawah diafragma, di pertengahan perut, di rongga panggul atau dibelakang rongga perut. Abses juga bisa terbentuk di dalam atau di sekitar organ perut, misalnya ginjal, limpa, pankreas atau hati, atau di dalam kelenjar prostat (http : // medicastore.net/index, diakses 27 April 2010).
b. Etiologi
Suatu infeksi bakteri staphylococcus aureus, dapat menyebabkan abses melalui beberapa cara yaitu :
1) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
2) Bakteri menyebar dari suatu infekski di bagian tubuh lain secara limfatogen atau hematogen
3) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia atau tidak menimbulkan gangguan, terkadang dapat menyebabkan terbentuknya abses
4) Adanya cedera dapat menjadi penyebab terjadinya abses
5) Adanya infeksi atau perforasi usus
6) Infeksi organ perut lain

Selain itu peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3) Terdapat gangguan sistem kekebalan misalnya daya tahan tubuh yang menurun
c. Patofisiologi
Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme atau benda asing membunuh sel-sel lokal yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin tersebut memicu sebuah respon inflamasi (peradangan), yang menarik kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut dan meningkatkan aliran darah setempat.
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah nanah menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses enkapsulasi tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam nanah.Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
d. Gejala
Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau saraf, karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan maka manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, gejalanya bisa berupa :
1) Nyeri
2) Nyeri tekan
3) Teraba hangat
4) Pembengkakan
5) Kemerahan
6) Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih dahulu tumbuh menjadi lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi ke seluruh tubuh.
e. Penatalaksanaan
Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridemen, dan kuretase untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Salah satu pembedahannya yaitu dengan laparatomi eksplorasi. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, utamanya apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgesik dan mungkin juga antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya di indikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Drainase abses paru dapat dilakukan dengan memposisikan penderita sedemikian hingga memungkinkan isi abses keluar melalui saluran pernapasan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.
Adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam abses, selain bahwa antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang rendah. Namun demikian, walaupun sebagian besar buku ajar kedokteran menyarankan untuk dilakukan insisi pembedahan, sebagian dokter hanya menangani abses secara konservatif dengan menggunakan antibiotik.
f. Diagnosa
Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT scan atau MRI.
g. Komplikasi
1) Infeksi sekunder ; merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus.
2) Ruptur atau penjalaran langsung ; rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses. Perforasi paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga intraperitoneum, selanjutnya pericardium dan organ-organ lain.
3) Komplikasi vaskuler ; ruptur kedalam v. porta, saluran empedu atau traktus gastrointestinal jarang terjadi
4) Parasitemia, amoebiasis serebral ; E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di organ lain misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal intrakranial.


Sumber: Buku Kuliah

Macam – macam Osteomyelitis


Menurut kejadiannya Osteomyelitis ada 2 yaitu :
a. Osteomyelitis Primer Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung
melalui luka.
b. Osteomyelitis Sekunder Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria furunkel).

Osteomyelitis dibagi menjadi
1. Osteomyelitis Akut :
Berasal dari sumber yang dibawa oleh darah biasanya terjadi pada anak-anak dibawah ( 2 tahun ) dan menyerang tulang panjang yang tumbuh dengan cepat. Infeksi ini disebarkan lewat darah dari tempat lain disebabkan oleh : Stappilococus Aureus. Infeksi dimulai pada metafisis ( bagian tulang di sebelah lempeng tulang rawan epifisis ). Penyebarannya disepanjang cavum medularis dengan melalui korteks untuk menimbulkan suatu abses superiousteum dan bahkan arthritis pada sendi di sebelahnya.
a. Gambaran Klinis :
1. Nyeri tekan akut pada daerah tulang yang sakit.
2. Pembengkakan dan kemerahan.
3. Nyeri bila bagian yang sakit dihilangkan.
4. Pirexia ( panas ).
b. Tindakan :
1) Pemberian antibiotic yang segera. Biasanya gabungan dua macam
antibiotic, sering akan menimbulkan penyakit ini.
2) Jika tindakan yang terlambat akan mengakibatkan pus sehingga diperlukan drainage dengan insisi dan jika perlu dibuat lubang dengan pengeboran pada tulang untuk memungkinkan pengaliran keluar pus.


c. Komplikasi :
1) Dapat terjadi septic arthritis yang menjalar ke sendi di dekatnya.Jika
metafisis yang terinfeksi berada dalam simpai sendi contoh : Caput Os.
Femoralis dan Os. Humery.
2) Pembentukan sequestrum ( kematian suatu bagaian tlang ) bagian tulang
yang mati harus diangkat dengan pembedahan sebelum kesembuhan
terjadi karena bagian tersebut akan menjadi benda asing.

2. Osteomyelitis Kronis :
Berasal dari jaringan lunak dengan jarak dekat. Pada osteomyelitis kronis, mikroorganisme menyerang tulang melalui darah. Meluasnya jaringan lunak yang terinfeksi di dekatnya masuk secara langsung. Selain itu bisa juga disebabkan oleh hasil akhir suatu osteomyelitis akut yang tidak terobati secara memadai, infeksi derajat rendah yang disebabkan oleh bakteri dengan virulensi rendah, infeksi bakteri tertentu misalnya : TBC, Escerchia Coli, Pseudomonas, Clebsiela, Salmonella.

a. Gambaran Klinis :
1) Keluhan nyeri tulang yang kumat-kumatan selama jangka waktu
panjang.
2) Pemeriksaan sinar-X memperlihatkan adanya kavitas.

b. Tindakan :
1) Drainage abses dan pengangkatan sequestrum.
2) Pemberian antibiotic jangka panjang.

Fase “Rubin Maternal Phases”


1) Taking in (periode ketergantungan)
Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan dimana ibu berfokus pada diri sendiri, bersikap pasif dan ketergantungan secara emosional ibu berusaha untuk mengintegrasikan pengalaman persalinan dalam kehidupannya.
2) Taking hold (fase trasnsisi antara ketergantungan dan kemandirian)
Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah persalinan dalam fase ini secara bertahap tenaga ibu pulih kembali, ibu merasa lebih nyaman, fokus perhatian mulai beralih pada bayi, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka pada pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri.

3) Letting go (fase mampu sendiri)
Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mampu menerima kenyataan.

Tanda dan gejala serta Komplikasi Appendisitis

Nyeri terutama di daerah yang meradang, mual dan muntah, abdomen yang kaku, distensi abdomen, tanda-tanda umum peradangan misalnya demam, peningkaan hitungan sel darah putih, dan takikardi. (patofisiologi corwin)

d. Komplikasi appendisitis
1) Peritonitis
a) Definisi peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi lokal atau umum pada peritoneum membrane yang melapisi rongga abdomen dan menutupi rongga dalam. (Pedoman praktik keperawatan. Sandra M. Neltino, tahun 2002, hal:674).
b) Etiologi Peritonitis
Peritonitis biasanya terjadi akibat masuknya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen kedalam ruang peritoneum melalui perporasi usus atau rupture suatu organ. (Patofisiologi Corwin : 528)
c) Tanda dan gejala
(1) Nyeri
(2) Mual dan muntah
(3) Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perindahan cairanke dalam peritoneum
(4) Demem, lekosit meningkat
d) Penatalaksanaan
(1) Penggantian cairan isotonis
(2) Pemberian obat analgetik, antibiotic, antiemetic
(3) therapy O2
(4) Lavasi peritoneum dengan antibiotic
(5) Tindakan bedah laparatomi
Laparatomi adalah pembedahan perut sampai pembedahan selaput perut.
Indikasi laparatomi :
(a) Trauma abdomen tumpul atau tajam
(b) Peritonitis
(c) Pendarahan saluran pencernaan
(d) Sumbatan pada usus halus dn usus besar
(e) Masa pada abdomen
Komplikasi laparatomi :
(a) Ventilasi paru tidak adekuat
(b) Gangguan kardivaskuler : Hipertensi, Aritmia jantung
(c) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(d) Ganguan rasa nyaman

Fungsi lambung

Fungsi lambung adalah :
a) Menerima makanan dan bekerja sebagai penampung dalam jangka waktu pendek.
b) Semua makanan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklorida. Dan dengan cara ini disiapkan untuk dicernakan oleh usus
c) Protein diubah menjadi peptone
d) Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan
e) Pencernaan lemak dimulai didalam lambung
f) Khime, yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duedonum

Klasifikasi Gagal ginjal kronik


Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka Gagal ginjal kronik dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
a. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 50 % – 75 %). Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum merasasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik.

b. Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada tahap ini lebih dari 50 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.

c. Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal sekitar 10-20%). Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan tugas sehari hari sebagaimana mestinya.. Pada Stadium ini, sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10-20 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.

d. Stadium IV
Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), yang terjadi apabila GFR menurun menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.

Fungsi ginjal


Fungsi ginjal terdiri dari :
(1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun.
(2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
(3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
(4) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
(5) Mengeluarkan sisa-sisa metabolism hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
(6) Pemebentukan Vitamin D penting dalam proses reabsorpsi kaliasum dan fosfat di usus halus.
(7) Pembentukan Eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah sebagai respon adanya hipoksia jaringan.

Komplikasi Fraktur


a. Komplikasi Awal
1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
3) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

4) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
b) Komplikasi Dalam Waktu Lama

1) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.
2) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

3) Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
(Black, J.M, et al, 1993)
Fiksasi internal atau Open Reduction Internal Fiksasi (ORIF)
Fragmen tulang dapat diikat dengan sekrup, pen atau paku pengikat, plat logam yang diikat dengan sekrup, paku intra meduler yang panjang (dengan atau tanpa sekrup pengunci).

APAKAH MANFAAT NUTRISI BAGI TUBUH???


++Kalori dan karbohidrat sangat dibutuhkan untuk memberikan energi pada tubuh kita, misalnya nasi dab jagung

++Protein sangat penting untuk struktur sel darah merah, agar antibodi bekerja dengan baik, untuk regulasi enzim dan hormon pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh misalnya daging, susu, keju, telur

++Vitamin dan mineral dan air bermanfaat untuk metabolisme tubuh, pertumbuhan sel baru, kulit sehat, rambut dan jaringan juga mata misalnya sayuran hijau.

++Kalsium, fosfor dan Vitamin D bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi, mendorong penyerapan dan penggunaan kalsium serta fosfat untuk kesehatan tulang dan gigi.misalnya susu dan brokoli

++Vitamin E melindungi sel darah merah dan mencegah kerusakan vitamin A dan C. misalnya kedelai an jagung

++Vitamin K biasanya digunakan untuk penggumpalan darah yang normal dan sintesis protein pada plasma, tulang dan ginjalmisalnya bayam,kangkung, salada.

++Vitamin C (ascorbic acid) vitamin antioksidan yangdiperlukan untuk pembentukan colagen yang dapat mempertahankan keutuhan sel dan untuk kesehatan gigi, gusi, aliran darah, meningkatkan penyerapan zat besi dan resistansi terhadap pengurangan infeksi, misalanya jeruk

++Vitamin B6, asma folat dan vit B12 bermanfaat dalam pembentukan anti sel/ perlu untuk pertumbuhan sel, DNA/RNA,agar sistem pencernaan bekerja dengan baik; penting untuk pembentukan sel darah merah, normal dari jaringan saraf, dibutuhkan untuk membangung dinding protein dalam tubuh, sel darah merah. Contohnya kacang polong dan buah-buahan

++Thiamin (B1), niasin, riboflavin diperlukan untuk metabolismekarbohidrat dan sistem jaringan agar bekerja sesuai fungsinya, energi metabolisme, sistem pencernaan dan sistem saraf yang sehat, misalnya hati dan ikan salmon

Pembentukan urine


Pembentukan urine terbagi menjadi tiga tahap yaitu :
1. Filtrasi glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relative bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. aliran darah ginjal ( RBF = Renal Blood Flow ) adalah sekitar 25% dari curah jantungatau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenakan laju filtrasi glomerulus ( GFR = Glomerular Filtration Rate ) . Gerakan masuk ke kapsul bowman’s, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrate dalam kapsula bowman’s serta tekanan osmotic koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan koloid diatas namun juga oleh permeanbilitas dinding kapiler.

2. Reabsorpsi
Zat-zat yang difiltrasi ginjal dibagi dalam tiga bagian : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah ke dua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi.
3. Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transport aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh ( misalnya penisilin ). Substansi secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hydrogen.
Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga terlibat dalam sekresi hydrogen dan ion-ion kalium tubular,. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bias hydrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular “ perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hydrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya.Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini ( hydrogen dan kalium ).
Pengetahuan tentang pertukara kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi sevara therapeutik.

Definisi & Konsep Penyakit Osteosarcoma


a. Definisi
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan di tulang. Ini adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma paling sering terjadi di remaja dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar menyerang remaja pria yg sering mengkonsumsi obat penambah tinggi badan. anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki potensi yang lebih besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul di sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada anak-anak dan remaja yang muncul akan tampak sama. (Price-Wilson, S, L. 2002)
Setelah osteosarkoma telah pertama ditemukan, tes lain dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kanker sel telah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Hal ini disebut pementasan. Saat ini, tidak ada sistem untuk pementasan osteosarkoma. Tetapi, kebanyakan pasien dikelompokkan tergantung pada apakah kanker hanya ditemukan di satu bagian tubuh (diterjemahkan penyakit) atau apakah kanker telah menyebar dari satu bagian tubuh lain (metastatic penyakit) sehingga akan berpengaruh terhadap rawatan penyakit. Berikut ini adalah kelompok yang digunakan untuk osteosarkoma:
b. Etiologi
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan teka-teki yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah terlihat dalam terjadinya keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang dewasa yang lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma epidemik dilaporkan pada pelukis lempeng jam radium disebabkan oleh penumpukan radioaktif didalam tulang, Thorotrast-dulu menggunakan bahan kontras radiografik yang mengandung radioaktif thorium dioxide erat hubungannya dengan timbulnya osteosarkoma seperti pada neoplasma hati.
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma pada masa kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak seorangpun pernah menemukannya. Mungkin kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan osteosarkoma pada kelompok pasien ini. Terjadi dysplasia tulang, termasuk penyakit Paget, dysplasia fibrosa, enchondromatosis, dan turun temurun beberapa exostoses dan retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi genetik dari RB (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi terutama pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline), dan Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan cacat tulang , dysplasia rambut dan kulit, hypogonadism, dan katarak).
c. Klasifikasi Osteosarcoma
1) Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
2) Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3) Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
d. Tanda Dan Gejala Osteosarcoma
Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala osteosarkoma adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling sering terjadi di lagi tulang dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin buruk selama bergerak atau di malam hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga beberapa minggu setelah mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus. Dalam beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki, karena kanker telah melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk istirahat. Pada kasus ini, resiko osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan bahwa remaja yang tinggi daripada rata-rata memiliki risiko tambahan untuk mengembangkan penyakit. Anak-anak yang telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker juga berada di risiko tinggi untuk osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor jahat yang yang berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2 tahun) dan Li-Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke radiasi lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima perawatan radiasi untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk osteosarkoma.

Tahap- tahap pembentukan urine


Tahap- tahap pembentukan urine :
1) Filtrasi Glomerular
Fungsi primer ginjal dicapai oleh nefron yang terdiri dari glomerulus, tubulus dan duktus koligentes. Filtrasi glomerulus dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik, tekanan osmotik koloid yang bersifat pasif. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan fisik diatas, namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler, sehingga sel-sel darah dan molekul-molekul besar seperti protein secara efektif tertahan oleh pori-pori membran filtrasi. Sedangkan air dan kristaloid (solut dan molekul-molekul yang lebih kecil) dapat tersaring dengan mudah.
Zat-zat yang difiltrasi oleh ginjal dibagi dalam tiga kelas, yakni : elektrolit, non elektrolit dan air. Beberapa jenis elektrolit yang paling penting adalah Na+, K+, Ca2+, Mg2+, bikarbonat (HCO-3), klorida (Cl), dan posfat (HPO42-). Sedangkan non elektrolit yang penting antara lain glukosa, asam amino dan metabolit yang merupakan produk akhir dari proses metabolisme protein, urea, asam urat dan kreatinin.

2) Reabsorpsi dan Sekresi
Setelah filtrasi langkah kedua dalam pembentukan kemih adalah reabsorpsi. Proses reabsorpsi dan sekresi ini berlangsung baik melalui mekanisme transpor aktif maupun pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi seluruhnya disepanjang tubulus proksimal dengan mekanisme transpor aktif. Kalium dan asam urat hampir seluruhnya direabsorpi secara aktif dan keduanya disekresi kedalam distal. Karena filtrasi berlanjut melalui ansa henle, maka natrium dan ion penyerta direabsorpsi. Dalam tubulus distalis, penyesuaian terjadi dalam pH dan osmolalitas serta ada mekanisme pasif bagi reabsorpsi kalsium, posfat, sulfat inorganik dan protein ginjal.
Beberapa hormon berfungsi mengatur proses reabsorpsi dan sekresi solute dan air. Reabsorpsi air tergantung dari adanya hormon anti diuretik (ADH). Aldosteron mempengaruhi reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Peningkatan aldosteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan peningkatan sekresi K+, begitupun sebaliknya. Hormon paratiroid (PTH) mengatur reabsorpsi Ca2+ dan HPO42- disepanjang tubulus. Peingkatan PTH menyebabkan peningkatan Ca2+ dan ekskresi HPO42-, penurunan PTH mempunyai pengaruh sebaliknya.
Ginjal memainkan peranan penting dalam regulasi asam basa, terutama dalam ekskresi ion hidrogen dan produksi bikarbonat. Setelah duktus koligen mengosongkan isinya kedalam kaliks, maka urine berjalan melalui pelvis renalis dan uerter kedalam vesika urinaria.

Defini, Fungsi ,Tujuan dan Tugas Puskesmas

1. Definisi Puskesmas :
Menurut Depkes 1991,Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
2. Fungsi Puskesmas:
Fungsi puskesmas itu sendiri meliputi
a. Fungsi Pokok
1) Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat pemberdayaan
2) masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan
3) Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
b. Peran Puskesmas

Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri
c. Cara-cara yang ditempuh
1) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif.
3) Memberikan bantuan teknis
4) Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
5) Kerjasama lintas sektor

d. Program Pokok Puskesmas
1) KIA
2) KB
3) Usaha Kesehatan Gizi
4) Kesehatan Lingkungan
5) Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
6) Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan
7) Penyuluhan kesehatan masyarakat
8) Kesehatan sekolah
9) Kesehatan olah raga
10) Perawatan Kesehatan
11) Masyarakat
12) Kesehatan kerja
13) Kesehatan Gigi dan Mulut
14) Kesehatan jiwa
15) Kesehatan mata
16) Laboratorium sederhana
17) Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK
18) Pembinaan pemgobatan tradisional
19) Kesehatan remaja
20) Dana sehat
e. Satuan Penunjang
1) Puskesmas Pembantu
Pengertian puskesmas pembantu yaitu Unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung lingkup wilayah yang lebih kecil
2) Puskesmas Keliling
Pengertian puskesmas Keliling yaitu Unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasiserta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.dengan funsi dan tugas yaitu Memberi pelayanan kesehatan daerah terpencil ,Melakukan penyelidikan KLB,Transport rujukan pasien, Penyuluhan kesehatan dengan audiovisual.
3) Bidan desa

Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab kepada kepala puskesmas.Wilayah kerjanyadengan jumlah penduduk 3.000 orang. Adapun Tugas utama bidan desa yaitu :
a) Membina PSM
b) Memberikan pelayanan
c) Menerima rujukan dari masyarakat

3. Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesiam Sehat 2010.

4. Tugas Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten / kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunankesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmasw melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas.
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Berdasarkan pertimbangan diatas maka pada tahun 1994 dibangunlah Puskesmas Wangisagara yang beralamat di Jln Raya Wangisagara dengan nomor kode Puskesmas yaitu 2904. Status puskesmas Wangisagara saat ini yaitu TTP. Adapun status puskesmas dalam program TB Paru yaitu PRM. PRM ini dibentuk dengan harapan bisa menciptakan sebuah kecamatan yang sehat untuk menuju Indonesia Sehat 2010.

Filosopi Pembedahan


Pembedahan merupakan bagian dari tahap pengobatan, relatif singkat, sangat penting dan menakutkan.
Dalam melakukan pembedahan harus memiliki visi dan misi demi kepentingan pasen yang dilakukan dengan cara aman.
Visi pembedahan;
a. Menjadi yang terbaik
b. Bermutu
c. Mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi
Misi pembedahan;
a. Menyembuhkan
b. Mengurangi penderitaan
c. Memperbaiki kualitas hidup
Agar pembedahan berlangsung baik dan aman bagi pasen serta personil kamar bedahsangat diperlukan;
a. Nilai-nilai luhur tata kerja kamar bedah
b. Etika profesi
c. Dan rambu-rambu
Pembedahan harus dilakukan sebaik mungkin, pelayanan bermutu merupakan unsur yang sangat diperlukan. Unsur tersebut yaitu;
a. Effectiness
Pelayanan terbaik “The best possible care”
b. Efficiency
Biaya yang wajar “Cost effectivnes”
c. Acceptability
Kepuasan pasen “Patien Satispaction”
Untuk pelayanan yang bermutu diperlukan :
a. Kompetensi tim bedah
b. Kerja sama tim
c. Manajemen kamar bedah
d. Bangunan dan peralatan yang mendukung
e. Komitmen kuat manajemen rumah sakit untuk terselenggaranya pelayanan prima


SISTEM RUJUKAN


a. Definisi
Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.
b. Jenis rujukan
Secara konsepsional meliputi:
1). Rujukan Medik:
a) Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain
b) Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
c) Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
C. Rujukan Kesehatan:
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
a) Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular
b) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
c) Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal
d) Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya bencana alam
e) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi masyarakat umum
f) Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan sebagainya.
c. Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan
1). Umum:
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan beerhasil guna
2). Khusus:
a) Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna
b). Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.
. Jalur Rujukan berlangsung sebagai berikut:
1). Intern antar petugas Puskesmas
2). Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas
3). Antara masyarakat dengan Puskesmas
4). Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain
5). Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan lainnya
D. Upaya kesehatan Rujukan
1. Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan:
a. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan dari Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dari masyarakat
b. Mengadakan ”Pusat Rujukan Antara” dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat pada lokasi yang strategis
c. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan dengan perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan kesehatan
d. Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio komunikasi
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi sistem rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan
f. Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan

Puskesmas Perawatan


Pengertian:
Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara
a. Kriteria:
- Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari RS
- Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari Puskesmas sekitarnya
- Puskesmas dipimpin oleh dokter atau tenaga kesehatan lain yang berwenang dan telah mempunyai tenaga yang memadai
- Jumlah kunjungan Puskesmas minimal 100 orang perhari rata-rata
- Penduduk wilayah kerja Puskesmas dan penduduk wilayah puskesmas sekitarnya minimal rata-rata 20.000/Puskesmas
- Pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang memadai.
b. Fungsi:
Merupakan ”Pusat Rujukan Antara” melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dibawa ke RS.
c. Kegiatan:
1. Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat
antara lain:
- kecelakaan lalu lintas
- persalinan dengan penyulit
- penyakit lain yang mendadak dan gawat
2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata hari perawatan 3 hari atau maksimal 7 hari
3. Melakukan pertolongan sementara untuk mepersiapkan pengiriman penderita lebih lanjut ke RS
4. Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan dengan resiko tinggi dan persalinan dengan penyulit
5. Melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita untuk KB
d. Ketenagaan:
1. Dokter kedua di Puskesmas yang telah mendapatkan latihan Klinis di RS 6 bulan dalam bidang bedah, obstetri-gynekologi, pediatri dan interne
2. Seorang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah, kebidanan, pediatri dan penyakit dalam.
3. Tiga orang perawat kesehatan/perawat/bidan yang diberi tugas secara bergilir
4. Satu orang pekarya kesehatan SMA +
e. Sarana:
Untuk melaksanakan kegiatannya Puskesmas dengan tempat perawatan memiliki luas bangunan, ruangan-ruangan pelayanan serta peralatan yang lebih lengkap daripada Puskesmas, antara lain: Ruang rawat inap, Ruang operasi, Ruang persalinan, Kamar Perawat Jaga, Ruang Post operasi, Kamar Linen dan Kamar Cuci.
Pearalatan Medis berupa: Peralatan operasi terbatas, Peralatan Obstetri patologis, Peralatan Resusitasi, Peralatan Vasektomi dan Tubektomi, 10 tempat tidur lengkap dengan peralatan perawatan.
Alat-alat komunikasi berupa: Telpon dan radio komunikasi jarak dekat dan 1 buah ambulance.

Tehnik Relaksasi Nafas Dalam


A. Pengertian
Teknik Relaksasi Nafas Dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas

B. Manfaat Tehnik Relaksasi Nafas Dalam
1. ketentraman hati
2. berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
3. tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah;
4. detak jantung lebih rendah;
5. mengurangi tekanan darah;
6. ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit;
7. tidur lelap;
8. kesehatan mental menjadi lebih baik;
9. daya ingat lebih baik;
10. meningkatkan daya berpikir logis;
11. meningkatkan kreativitas;
12. meningkatkan keyakinan;
13. meningkatkan daya kemauan;
14. intuisi;
15. meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain

C. Tujuan
1. mengurangi stress
2. menurunkan rasa nyeri dan
3. menurunkan kecemasan.

D. Persiapan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
1. Pastikan anda dalam keadaan tenang dan santai (rileks).
2. Pilih waktu dan tempat yang sesuai. (duduk di kursi jika anda di kerjaan atau di rumah).
3. Anda boleh melakukan teknik relaksasi ini sambil membaca doa, berzikir atau sholawat.

E. Langkah – langkah tehnik relaksasi nafas dalam
1. Ciptakan lingkungan yang tenan
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rilek
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat

Bahaya Jajanan Anak



Jajan di jajanan jalanan sepertinya sudah menjadi trend anak sejak dulu. Walaupun sudah diberi bekal dari rumah, si Kecil kadang membeli jajanan jalanan terbawa dan tersugesti dari teman-teman. Untuk hal yang satu ini ada baiknya orangtua memberi perhatian extra budaya jajan tak sehat tersebut.


Tiada bekal apalagi akan menjadi alasan utama anak yang merasa kelaparan di sekolah. Pola hidup orangtua akan mempengaruhi kebiasaan si Kecil. Contoh: Orangtua yang tidak menyiapkan bekal karena terburu-terburu serta ketergesaan lagin di pagi hari. Orangtua harus lebih arif dan bijaksana dalam mengelola makanan anak sehingga jajan di luar rumah dapat dikesampingkan. Bila hendak jajan, setidaknya pilihlah penganan yang layak harga, ada jaminan higienisnya, bahkan lebih baik lagi menyiapkannya di rumah.

Pengaruh Caffein Pada BUMIL


Pengaruh kafein pada kehamilan tengah diteliti oleh beberapa ilmuwan. Kekhawatiran terhadap perkembangan janin mendorong para wanita hamil berkeinginan kuat untuk mengurangi konsumsi kopi untuk menjaga kehidupan baru yang tumbuh dalam dirinya. Seperti kita tahu, beberapa jenis makanan dan minuman akan menjadi pantangan bagi wanita yang sedang hamil. Salah satu yang tergolong menjadi pantangan adalah kafein yang terkandung dalam kopi, soda, dan mungkin sedikit pada cokelat.

Hasil dari beberpa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kafein yang terlalu banyak dapat menyebabkan persalinan prematur atau bayi yang lahir memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan bayi normal. Meskipun demikian, banyak wanita dewasa yang menganggap. Diujikan beberapa perlakuan dengan pembeda jumlah kafein yang dikonsumsi. Hasil yang dapat diumumkan adalah bahwa konsumsi kafein dibawah 300 mg per hari tidak membahayakan kandungan. Namun yang mengkonsumsi kafein di atas 300 miligram per hari memiliki resiko keguguran sedikit lebih tinggi.

Stop Pemberian AIR Putih

askep Dibalik kebiasaan memberikan air putih ternyata tersimpan bahaya yang dapat mengancam si buah hati, utamanya bayi di bawah usia 6 bulan.

ASI, Sudah Cukup!

Air putih bermanfaat bagi kesehatan anak-anak dan orang dewasa memang benar, tapi TIDAK untuk bayi.

“Pemberian air putih tidak disarankan, khususnya pada bayi usia < 6 bulan, karena kegunaannya tidak ada,” buka dr. Yulia Lukita Dewanti, M. Ked. Ped, SpA dari RS Sari Asih Serang.

Pada bayi usia tersebut, pemberian ASI eksklusif tanpa pemberian cairan lain sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi bayi sesuai dengan perkembangannya.

Secara alamiah, komposisi ASI –mengandung 88 persen air- yang diproduksi akan mencukupi kebutuhan cairan bayi.

Begitu pun dengan bayi yang minum susu formula, lebih dari 80 persen komposisi susu formula adalah air. Mengingat tingginya kadar air dalam ASI maupun susu formula, bayi kurang 6 bulan tak perlu diberikan tambahan cairan lain apapun secara langsung –termasuk air putih, teh manis, atau jus buah.

Artinya, bayi tidak akan kekurangan cairan sejauh bayi mendapatkan ASI atau susu formula cukup setiap harinya. Bayi akan selalu ‘meminta’ ASI/susu formula bila ia merasa haus (on demand).

3 Alasan Air Putih Dilarang

Lantas, mengapa air putih tak baik diberikan pada bayi?