Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Monday, October 31, 2011

Mencerdaskan Anak melalui Menu Sehat

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang turut memberikan kontribusi pada pembangunan suatu negara. Dari keluargalah lahir individu-individu yang nantinya akan berperan sebagai pelaku pembangunan. Sumber daya manusia yang handal akan menjadi modal utama berkembangnya suatu negara. Dalam hal ini keluarga, khususnya ibu, sangat berperan dalam membentuk sumber daya manusia tersebut.


Seorang ibu sebaiknya memiliki pengetahuan tentang pola pengasuhan bagi anak-anaknya agar dapat membentuk manusia yang berkualitas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan seorang ibu adalah dengan mencukupi kebutuhan lahir dan batin anak-anaknya. Kebutuhan lahir di antaranya kebutuhan gizi yang sesuai dengan tumbuh kembang anak. Sebab, gizi yang baik akan dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pola makan yang baik akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak. Pasalnya, tubuh dan otak membutuhkan zat-zat gizi dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan berkualitas yang dikonsumsi ibu sewaktu hamil dan anak pada awal-awal masa kehidupan turut menentukan tingkat kecerdasan anak, di samping faktor hereditas (keturunan) dan faktor pengasuhan lain.

Pemilihan bahan makanan yang berkualitas dan teknik pengolahan yang bervariasi dapat membentuk prefensi anak terhadap makanan. Kebiasaan makan yang baik yang sudah terbentuk sejak anak-anak akan terbawa hingga dewasa.

Buku Menu Sehat untuk Kecerdasan Balita yang ditulis Dr. Ruslianti, M.Si & Dra. Mutiara Dahlia, M.Kes ini memberikan tuntunan bagi ibu-ibu dalam memilih dan mengolah makanan yang baik agar dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Sehingga, diharapkan dapat mencapai tumbuh kembang fisik dan kecerdasan yang optimal.

Resep-resep pilihan yang terdapat di dalam buku mampu mengundang selera makan anak. Selain itu, dilengkapi juga dengan petunjuk dan penjelasan tentang otak anak serta kaitannya dengan gizi yang dibutuhkan dan pola pengasuhan yang tepat dalam mendukung kecerdasan anak

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

HIPEREMESIS GRAVIDARUM:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat

Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum
4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)

Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007)
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum
2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

C. Manfaat Penulisan
Diharapkan kepada pembaca terutama mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.

D. RUMUSAN MASALAH
Wanita hamil yang mengalami mual


E. METODE PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari – hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999)

Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)

Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004)

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :
1. faktor predisposisi :
a. Primigravida
b. Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa
2. Faktor organik :
a. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
b. Perubahan metabolik akibat hamil
c. resistensi yang menurun dari pihak ibu.
d. Alergi
3. faktor psikologis :
a. Rumah tangga yang retak
b. Hamil yang tidak diinginkan
c. takut terhadap kehamilan dan persalinan
d. takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
e. Kehilangan pekerjaan

C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang
3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan
4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.

D. Gejala dan Tanda
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi :
1. Tingkatan I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri
karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas
2. Tingkatan II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun

c. Liver
1) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Tingkatan III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
1) Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
1) Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

E. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.

E. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Defekasi teratur
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

F. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan :
1. Obat – obatan
a. Sedativa : phenobarbital
b. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
c. Anti histamin : Dramamin, avomin
d. Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
a. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
b. Catat cairan yang keluar masuk.
c. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
d. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
a. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
b. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
c. Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
4. Cairan parenteral
a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari)
b. Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)
c. Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
d. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
5. Menghentikan kehamilan
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.


EPIDEMIOLOGI bencana

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI SETELAH TERJADINYA BENCANA:
I. Pendahuluan. n Pengertian : Bencana suatu malapetaka yang luar biasa, baik yang disebabkan gejala alam maupun hasil perbuatan manusia, dapat merusak tempat tinggal, mengacaukan kehidupan bermasyarakat serta menyebabkan kesakitan dan kematian yang signifikan, dimana melampaui kemampuan kapasitas normal dari populasi yang terkena. Merujuk pada dampak yang besar terhadap kesehatan manusia, Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan dekade 90 – an sebagai dekade internasional untuk pengurangan bencana alam dan telah mengajak peran dunia secara global untuk bersama-sama mengurangi efek dari peristiwa-peristiwa buruk ini. n Klasifikasi bencana : Menurut Penyebab : a. Alam : co. gempa bumi dan erupsi vulkanik, keadaan cuaca yang berat kekeringan (banjir dan angin taufan) b. perbuatan manusia : co. kecelakaan kimia atau perang. Menurut Perkiraan : a. dapat diprediksi sebelumnya : banjir, angin taufan, b. tidak dapat diprediksi : gempa bumi. Menurut Waktu Berlangsungnya : a. singkat saja : angin tornado, gempa bumi b. jangka waktu lama : kekeringan, kecelakaan radiasi. Menurut Frekuensi : a. sering : angin tornado dan taufan, b. Jarang : mencairnya reaktor-reaktor nuklir. Menurut Dampak : a. terhadap jutaan orang : kelaparan, gempa bumi b. relatif kecil orang : runtuhnya jembatan. n Peran ahli epidemiologi : Keseluruhan ciri-ciri bencana ini adalah hal-hal yang dirasakan sangat merugikan bagi mereka yang mengalaminya dan mempengaruhi kemampuan suatu masyarakat dalam meresponnya. Para ahli epidemiologi dapat menyediakan tepat pada waktunya, penaksiran tentang problem-problem kesehatan berkaitan dengan suatu bencana sebagai usaha untuk membantu pemberian tindakan penggolongan yang efektif dan tepat, serta untuk mencegah konsekuensi-konsekuensi yang sama pada bencana yang mungkin terjadi di masa depan. II. Sasaran n Ruang Lingkup : 1. Penilaian segera distribusi dan faktor penentu peristiwa-peristiwa kematian, sakit, dan cedera terkait bencana. 2. Menentukan masalah paling dini dan menyesuaikan dengan tindakan terencana dan tepat. 3. Memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang konsekuensi kesehatan akibat bencana. 4. Melakukan survei dan penyelidikan 5. Memberi saran terhadap problem kesehatan yang mungkin meningkat. 6. Membuat prioritas tindakan yang akan dilakukan n Tujuan : Tujuan utama dari surveilans epidemiologi adalah untuk mencegah dan mengurangi efek yang merugikan dari bencana itu sendiri seiring dengan usaha untuk mengoptimalkan proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan manajemen pertolongan. Tujuan epidemiologi ini secara mudah didefinisikan dalam lingkungan pengawasan meliputi : pengumpulan data, analisis terhadap data, dan respon terhadap data. n Teknik epidemiologi : Belakangan ini tehnik-tehnik epidemiologi telah secara efektif diperkenalkan sebagai komponen dasar pada banyak operasi-operasi pertolongan bencana, yaitu : ¨ mendefenisikan secara cepat problem-problem awal kesehatan dan perkembangannya ¨ mengidentifikasi kelompok-kelompok dalam populasi yang cenderung terkena risiko yang merugikan ¨ mengoptimalkan usaha pertolongan ¨ mengawasi keefektifan usaha pertolongan dan memberikan anjuran tentang pengurangan konsekuensi-konsekuensi buruk terhadap bencana yang akan datang. III. Pertimbangan – pertimbangan khusus terhadap epidemiologi bencana Prinsip dasar dari pengawasan epidemiologi terhadap suatu bencana adalah tidak berbeda dengan pengawasan yang diaplikasi pada bidang-bidang yang lain. Lingkaran pengawasan yang terus menerus berubah : ¨ penilaian sepintas lalu terhadap problem dgn menggunakan tehnik pengumpulan data yang belum sempurna ¨ penilaian jangka pendek meliputi pembuatan data yang sederhana namun terpecaya sumbernya ¨ melakukan pengawasan terus-menerus untuk mengidentifikasi masalah yang berkelanjutan dan memonitor respon dari intervensi yang dipilih. ¨ membandingkan antara korban dengan yang selamat dan mempelajari apa yang bisa dilakukan dalam mencegah korban manusia pada bencana berikutnya. Sukses dari investigasi epidemik bencana dapat dilihat dari bagaimana pengumpulan dan penganalisaan data dapat mengidentifikasi strategi-strategi pencegahan, dan bagaimana strategi- strategi ini dapat secara efektif diterapkan oleh pembuat keputusan dalam memberi pertolongan langsung dan menurunkan kesakitan yang terus-menerus terjadi. Usaha-usaha ini membutuhkan koordinasi yang aktif diantara ahli-ahli epidemiologi yang mengumpulkan data dan mengidentifikasi strategi-strategi terhadap masalah dengan para pembuat keputusan yang mengerti data dan strategi tersebut dan menerapkan dalam kebijakan yang diminta. Bidang metode pengawasan bervariasi tergantung bencana dan ketersediaan waktu serta personil : ¨ Bidang awal penyelidikan mencegah kecelakaan yang berakibat kematian. ¨ Survei ketersediaan perawatan medis, penilaian akan kebutuhan intervensi yang spesifik dan kontrol epidemik ¨ Memonitor dampak dari pertolongan yang dilakukan dan menentukan apakah usaha yang dilakukan memberi dampak terhadap populasi atau apakah suatu strategi baru dibutuhkan atau tidak. ¨ Pengawasan bersifat interaktif yakni sebuah proses bersiklus dimana hasil kesehatan sederhana secara konstant dimonitor dan intervensi secara berkelanjutan diperkirakan kemampuannya. Tujuan dan tindakan pertolongan haruslah dapat menolong populasi untuk memulihkan diri secara cepat, seperti sediakala sebelum bencana terjadi sementara bantuan berupa uang diperlukan sebagai jaminan terhadap efek jangka panjang. Pada fase awal pertolongan kebutuhan dasar seperti : air, makanan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan medis mesti tersedia. Penilaian epidemiologi, prioritasi kebutuhan dan perencanaan yang tepat dapat memberikan efek keuntungan utama bagi masyarakat dalam usaha untuk kembali kekeadaan normal baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sebuah obsevasi ulang terhadap beberapa bencana baru-baru ini menunjukkan bahwa konsekuensi bencana terhadap kesehatan, paling berat menimpa masyarakat yang tinggal dinegara-negara berkembang. Contoh, gempa bumi dengan kekuatan 6-7 skala richter, menimbulkan korban jiwa yang besar di Peru (1970), Nicaragua (1972), Guatemala (1976), Tangshan China (1976) dan Armenia (1978). Bencana dengan kekuatan yang sama menimpa California, menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang minim, selain kerugian properti. Negara-negara industri terlindungi dari bencana sebab kemampuan mereka dalam memperkirakan adanya badai, membuat kode keamanan penanda gempa, bangunan-bangunan yang anti kebakaran, memanfaatkan jaringan komunikasi dalam menyebarluaskan peringatan akan bencana, menyediakan pelayanan medis, dan menyusun rencana persiapan penduduk dan institusi umum bila terjadi bencana. IV. Beberapa masalah epidemiologi dalam surveilans bencana Pertolongan terhadap kelaparan Pada tahun 1957, Sayler dan Gordon dalam salah satu reviuw paling awal tentang peran dan penilaian epidemiologi setelah bencana alam, membandingkan bencana dengan epidemi dan menyarakan bahwa bencana dapat dijelaskan dalam kerangka epidemiologi yang berkaitan dengan waktu, tempat dan orang. Konsep ini telah diaplikasikan sejak tahun 1960 untuk membantu operasi internasional secara besar-besaran dalam mengatasi bencana kelaparan akibat perang saudara di Negeria. Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru dan metode untuk secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan usaha pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi populasi sbg respon atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan. Perkiraaan epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak tersediaan secara optimal dari distribusi makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah. Sejak itulah, pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian dari usaha pertolongan penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk yang mengungsi. b. Kontrol Epidemik ; Kantor Pengaduan Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat dalam aspek lain kondisi pasca bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus tentang penyebaran / mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah kantor pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor berkembangnya issu-issu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat serta kemudian menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya yang mungkin terjadi. Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya untuk penduduk terkena musibah dinegara-negara berkembang tetapi juga terhadap lingkungan kota, negara-negara industri. c. Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera Masalah kesehatan yang berkaitan dengan bencana besar biasanya lebih luas, tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-penyakit wabah yang mungkin terjadi, namun sering diukur berapa jumlah orang yang meninggal, terluka parah atau berapa banyak yang jatuh sakit. Para ahli epidemiologi mesti mengidentifikasi konsekuensi terhadap kesehatan yang paling berat dan bencana yang masih bisa dicegah dengan suatu tindakan aktif, intervensi yang terarah baik, dan penyusunan kerangka prioritas untuk kemudian melaporkannya pada pengambil keputusan. Proritas-prioritas mungkin berbeda pada masing-masing bencana, para epidemiologis dengan cepat namun tepat membuat suatu perencanaan. Contoh ; kebanyakan kematian akibat gempa bumi terjadi sebagai dampak langsung, maka kebanyakan tindakan pencegahan terhadap kematian lebih lanjut adalah berupa perawatan segera mereka yang terluka ataupun segera membebaskan mereka yang terperangkap pada bangunan yang runtuh. Pada saat yang bersamaan, perhatian yang sama harus pula diberikan pada dampak gempa bumi tersebut terhadap kerusakan penampungan makanan dan suplai air, jaringan transportasi dan telekomunikasi serta masalah lain yang berkaitan dengan akses pada layanan kesehatan bagi mereka yang selamat hingga terhindarkan dari kondisi yang buruk. Contoh tahun 1979 ketika sekitar kurang lebih ± 30.000 rakyat Kamboja tiba sebagai pengungsi di Thailand. Menyelamatkan diri mereka dari perang, tiba di Thailand dengan kondisi kelelahan, kekurangan makanan, cedera dan bahkan terkena infeksi malaria berat. Kematian mereka kemudian diketahui dunia ketiga, dilaporkan setiap hari ada kematian. Akhirnya usaha pertolongan internasional secara besar dilakukan, namun tidak ada informasi tersedia sebelumnya yang digunakan dalam menentukan target operasi. Tujuan pengawasan sesegera mungkin adalah untuk mengidentifikasi pencegahan dini terhadap kematian dan untuk memutuskannya sebagai prioritas utama untuk pertolongan. Tujuan kedua pengawasan adalah untuk memonitor kematian dan kesakitan untuk menyakinkan apakah usaha pertolongan yang dilakukan cukup efektif. Dalam keadaan data epidemiologi, banyak media menggambarkan bahwa para pengungsi sudah hidup di kompleks kematian, dan diperparah lagi kondisi ini dengan usaha-usaha pertolongan yang gagal karena tidak mampu mencegah kematian secepatnya. Pengawasan epidemiologi secara cepat menyiapkan data-data mengenai angka kematian, mengidentifikasi malaria sebagai penyebab utama kematian, dan perumahsakitan orang, dan kemudian membuat strategi-strategi yang spesifik untuk perawatan malaria, celebral yang agresif, sebagai penyebab utama kematian. Penurunan secara cepat kematian selama minggu pertama dari usaha pertolongan, berkaitan secara langsung dengan penargetan dengan masalah utama yang tepat. Pengumpulan data-data yang sederhana pada angka harian dan dengan penyebab utama kematian dan pengakuan dari rumah sakit, penggunaan bidang survei dasar yang ditargetkan terhadap permintaan pertolongan spesifik, dan persiapan dari pengawasan mingguan yang singkat. Membuat usaha pertolongan menjadi bersifat responsif (tanggap) terhadap kebutuhan kesehatan yang mendesak dikompleks serta menyediakan informasi yang dapat dipercaya baik untuk organisasi donor maupun untuk pers. Kemudian penggunaan tim epidemiologi untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi prioritas, dan monitoring keefektifan usaha yang dilakukan telah menjadi bagian terintegrasi dari banyak usaha pertolongan dan bantuan internasional. Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan. Pada bencana yang terkait dengan jumlah korban yang cukup banyak dengan cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun penyakit yang parah (kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah kematian dan menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan medis yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat. Survei yang cepat dengan jumlah korban yang falid membutuhkan perhatian khusus berdasarkan perjalanan kondisi penyakit atau cederanya akan memberikan dampak langsung terhadap respon sehingga dapat ditingkatkan lebih baik, sekali lagi mengidentifikasi kebutuhan dan memonitor efek dari intervensi adalah merupakan fungsi epidemiologi yang sangat penting. Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu Setelah bencana banyak lembaga dan donor yang menawarkan bantuan peralatan dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan yang tidak penting, kadarluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerah-daerah terkena bencana, seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa personil terpaksa harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan material yang tidak diperlukan. Vaksin untuk kolera dan demam typus tidak pernah dipakai sesudah bencana, namun selalu saja ditawarkan, hal ini menurut para politisi dan personil lokal berada dalam posisi yang kurang nyaman, namun tepat untuk berkata “tidak“. Bencana juga sering mempercepat desakan yang bersifat altruistik (bersifat tidak mementingkan orang lain) diantar para profesional kesehatan, sebagai contoh : tidak kurang dari 30.000 dokter dan perawat dari Amerika Serikat, Eropa, Amerika Latin dan Asia bekerja secara sukarela terhadap para pengungsi kamboja pada tahun 1979 – 1980. Kebutuhan dibatasi jumlahnya, hanya orang dengan pengalaman dan keterampilan khusus yang diminta dan usaha seleksi terhadap personil yang tepat sering kali amat sulit, bergantung pada tekanan yang dibebani oleh para pembuat keputusan. Para epidemiologis sering dapat melakukan survei untuk menaksir apakah intervensi yang dilakukan donor secara sukarela dan dengan maksud politik tertentu adalah sesuai dengan kebutuhan. Analisis Epidemiologi ; Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana Yang Akan Datang Pada beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin ribut jumlah kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu sendiri. Pada masing-masing pencegahan ini strategi-strategi pencegahan sering direkomendasikan, padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang mendalam. Sekarang ini, para ahli epidemiologi telah memfokuskan pada penilaian strategi apa yang terbaik untuk mencegah kesakitan terkait bencana ini. Suatu pertanyaan timbul menurut suatu model kasus-kontrol ; mengapa beberapa orang meninggal (kasus) sementara tetangga, anggota keluarga ataupun lainnya selamat (kontrol), faktor-faktor risiko dari kemampuan untuk bertahan (selamat) tergantung pada pengetahuan dan perhatian pada peringatan bencana seperti : peringatan terjadi tornado. Pengambil tindakan yang bersifat menghindari dan ketersediaan perawatan medis, hingga pada masalah-masalah struktural seperti bahan bangunan yang dipakai diarea sering terjadi bencana tersebut. Analisis-analisis seperti ini setelah terjadinya gempa bumi dan tornado telah menghasilkan informasi-informasi baru yang telah merubah pola pikir tradisional kita tentang pencegahan kematian terkait bencana, contohnya ; pada tornado Wichita Falls pada 1979, banyak orang meninggal ketika melarikan diri dari tornado menggunakan mobil, berdasarkan saran yang diberikan layanan cuaca waktu itu, sebuah analisis epidemiologi menentukan bahwa orang-orang yang menggunakan kendaraan bermotor ataupun rumah mobil, memiliki 10 – 80 kali lebih besar risiko kematian atau terluka parah dibanding mereka yang berlindung diruang bawah tanah atau tempat perlindungan yang disediakan pada gedung-gedung besar milik umum. Berdasarkan penemuan ini, maka peringatan dan anjuran secara nasional untuk mencegah kematian akibat tornado telah berubah sejak itu. Demikian pula pada kematian akibat gempa bumi yang langsung dikaitkan dengan praktek-praktek konstruksi mengkonfirmasikan perlunya kode bangunan penanda gempa, dan latihan menyelamatkan diri bila tanda gempa awal telah muncul. Bagaimanapun, bahkan dinegara-negara berkembang, metode konstruksi yang simpel yang secara epidemiologi bersifat melindungi diri dari efek merusak gempa bumi telah tersedia. Masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengoreksi peringatan dan anjuran yang konvensional. Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan Konsekuensi bencana jangka panjang tidak cukup diperkirakan. Tidak ada evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana untuk menentukan apakah perubahan dalam epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan ulang dana untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat terhadap bencana. Meskipun demikian, kebanyakan masyarakat yang mengalami bencana, lebih peduli terhadap usaha-usaha persiapan dimasa yang akan datang. V. Kesimpulan Para ahli epidemiologi yang terlibat dalam penafsiran bencana menghadapi sejumlah masalah–masalah spesifik berkaitan dengan lingkungan politik dan perubahan yang cepat dari profil kesehatan, kebutuhan dan kesempatan dalam melakukan suatu intervensi. Data mesti dikumpulkan secara cepat dibawah kondisi amat buruk. Informasi epidemiologi itu kemudian harus diaplikasikan pada proses keputusan agar dalam menentukan suplai pertolongan, peralatan dan personal yang dibutuhkan, bisa lebih efektif. Standarisasi prosedur dalam mengumpulkan data-data bencana perlu dikembangkan karena terkait dengan keputusan operasional dan tindakan yang dilakukan. Metode epidemiologi yang beraneka ragam telah mendemostrasikan pentingnya hal-hal tertentu, sebelum, selama dan sesudah bencana. Sebelum bencana, energi difokuskan dalam menggambarkan risiko-risiko yang dihadapai penduduk, dan perkiraan persiapan darurat sesuai derajat bencana, fleksibilitas dan pengawasan yang telah ada dan pada pelatihan personil. Selama kejadian, perawatan kesehatan perlu bagi populasi yang terkena dan kebutuhan akan layanan darurat perlu diperkirakan sebelumnya secara cepat dengan tujuan untuk mencegah kematian, cedera ataupun sakit. Pada fase sesudah bencana, monitoring berkelanjutan dan pengawasan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi populasi harus dilakukan, demikian pula dengan informasi mengenai keefektifan informasi yang telah dilakukan, biasa diminta. Paska bencana, metode-metode epidemiologi dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan dari masing-masing program intervensi. Kerjasama pengawasan epidemiologi dengan manajemen bencana telah mengurangi secara dramatis, efek bencana ini pada populasi yang terkena.

Tips Memutihkan Gigi Secara Alami

Tips Memutihkan Gigi Secara Alami: Kesehatan Keluarga – Memiliki gigi putih dan sehat merupakan dambaan setiap orang. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kopi merupakan sebagian faktor yang dapat menyebabkan gigi akhirnya berwarna kuning. Masyarakat Indonesia pada umum nya menganggap hal ini merupakan hal yang biasa, kurang nya pengetahuan serta sosialisasi akan pentingnya kesehatan mulut dan gigi menjadi faktor utama kenapa masyarakat enggan untuk memeriksakan gigi secara berkala. Berbeda sekali dengan masyarakat di Eropa yang sangat memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.
Biasakan Sejak Usia DiniOrang tua dalam hal ini diharapkan dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya memelihara kesehatan mulut dan gigi sejak dini.Gigi SehatBerikut Tips Cara Memutihkan Gigi Secara Alami ;1. Pasta Lemon dan garam Buatlah pasta yang terbuat dari beberapa tetes jus lemon yang di campur dengan sedikit garam dapur. Gunakan ketika anda mengosok gigi secara teratur. Pasta lemon ini juga dapat menghilangkan karat pada permukaan gigi.2. Kulit Jeruk Gosoklah gigi dengan menggunakan bagian dalam kulit jeruk. Kulit jeruk ternyata mengandung unsur pemutih yang sangat lembut yang akan membantu menghilangkan noda karat pada gigi. Menggosok gigi dengan kulit jeruk tidak berbahaya pada lapisan email gigi.3. Siwak Alasan umum penggunaan Miswak oleh umat Islam dikaitkan dengan agama. Dimana budaya dan tradisi penggunaan siwak atau miswak telah lama terjadi sejak zaman Rasulullah. Selain disunahkan, terdapat lebih kurang 70 keunggulan Miswak yang dijelaskan dalm Islam dan banyak literatur telah membuktikannya secara ilmiah.4. Daun Salam Memutihkan gigi dengan daun salam, caranya ambil 6 lembar jemur di terik matahari, lalu remas hingga menjadi bubuk. Kemudian tambahkan kulit jeruk bubuk. Cara menggunakannya cukup gosokan campuran daun salam dengan kulit jeruk tersebut setiap hari. Lakukan secara rutin selama 2 minggu dan lihat hasilnya.5. Sari Apel dan Cuka Putih Sari buah apel dan cuka putih juga sangat efektif menghilangkan noda karat pada gigi, karena keduanya mengandung unsur pemutih yang membantu menghilangkan noda dengan cepat. Namun kedua bahan ini sifatnya sangat keras, sehingga penggunaan secara terus menerus akan menimbulkan kerusakan permanen pada lapisan email gigi.6. Arang Kayu Arang kayu juga sangat ampuh untuk membersihkan noda kuning pada gigi, namun bahan ini berbahaya karena dapat merusak email secara permanen dan menimbulkan rasa sakit pada gigi. Oleh karena itu, Anda sebaiknya tidak mencobanya.

Sunday, October 30, 2011

Influenza

Avian InfluenzaPENDAHULUAN
Flu Burung (Avian Influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya mengenai burung dan mamalia. Penyebab flu burung adalah virus Influenza tipe A yang menyebar antar-unggas. Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh Virus Influenza dengan kode genetik H5N1. Virus Influenza termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus Influenza juga dapat berubah-ubah bentuk dan dapat menyebabkan endemi dan pandemi. 1
Subtipe H5N1 yang mula-mula dikenal pada tahun 1997 tersebar di kalangan burung-burung di seluruh dunia pada masa kini. Semenjak 2003 flu burung telah menular di negara-negara Asia dan Eropa yang menyebabkan angka kematian yang tinggi pada ayam, itik, dan burung liar. Virus ini juga menyerang babi, kuda, dan binatang laut menyusui seperti ikan paus dan anjing laut. Terakhir terungkap virus H5N1 ini telah diidentifikasi pada harimau, kucing dan macan tutul, sebelumnya binatang ini tidak dianggap sebagai binatang yang dapat dicemari virus flu burung. Babi juga dapat tertular dan sebagai perantara penularan ke manusia. Belakangan terungkap virus bukan hanya menempel di kulit, tetapi dibiakkan dan bermutasi di peredaran darah binatang babi.1,2
Virus H5N1 juga dapat mengenai manusia dalam keadaan tertentu. Departemen Kesehatan Indonesia telah mengidentifikasi adanya infeksi flu burung pada seseorang penderita di Tangerang. Penemuan ini telah dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorium resmi WHO di Hongkong. Hal ini merupakan penemuan penderita Flu Burung pada manusia yang pertama kali di Indonesia. Setahun sebelumnya, tepatnya tanggal 25 Januari 2004 Departemen Pertanian telah mengumumkan secara resmi, terjadi pertama kali kasus avian influenza menyerang unggas di Indonesia. 1,2
Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan demikian Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam, dan Kamboja yang terkena flu burung pada manusiaHingga 5 Agustus 2005 WHO melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Kasus terbanyak dari Vietnam, disusul Thailand, Kamboja, dan terakhir dari IndonesiaSebagian besar kasus konfirmasi WHO di atas, sebelumnya mempunyai riwayat kontak yang jelas dengan unggas atau produk unggas. Mengenai penularan dari manusia ke manusia masih mungkin didasarkan adanya laporan 3 kasus konfirmasi avian influenza pada satu keluarga Thailand. Hanya 1 kasus yang mempunyai riwayat kontak dengan unggas yaitu mengubur ayam mati. Hingga Agustus 2005 sudah jutaan ternak mati akibat avian influenza. Sudah terjadi ribuan kontak antar petugas peternak dengan unggas yang terkena wabah. Ternyata kasus avian influenza pada manusia yang terkonfirmasi hanya sedikit di atas seratus
Secara Internasional, Pada 17 Oktober 2007 telah dilaporkan 331 kasus yang tersebar di seluruh dunia, dengan jumlah 203 kematian. Paling banyak kasus terjadi di Asia Tenggara, beberapa kasus telah dilaporkan di Eropa Timur dan Afrika Utara. Telah diperhitungkan yang tidak dilaporkan, sebagian di China, tetapi tindakan yang dibutuhkan adalah perkembangan kasus tersangka, tes, dan laporan kasus dari avian influenza. Jumlah kematian yang tidak biasa dari avian influenza (>60%) mengkhawatirkan dan cukup akurat. Pada banyak instansi, aturan yang melakukan tes pada yang terekspos antara manusia dan burung. Ras menampakkan sebagai faktor yang cukup penting yang karena letak geografi membuat perbedaan pada HPAI antara burung dan tingkatan infeksi dari burung ke manusia yang cukup signifikan. Avian influenza memperlihatkan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Avian influenza memiliki peninggian kasus orang dengan umur 10-39 tahun. Tidak seperti influenza yang menahun, yang biasanya mengenai pada individu yang sangat muda atau yang sangat tua, dewasa muda memiliki proporsi yang cukup besar pada kasus avian influenza.
Sekelompok orang terakhir yang terinfeksi oleh virus avian influenza, sebagian adalah virus tipe H5N1 di Asia, mempunyai keterlibatan tentang serangan pandemik yang baru. Pada tahun 1997, virus avian influenza H5N1 yang sangat patogen hasil dari penggabungan kembali beberapa virus avian menyebabkan peningkatan jumlah kematian pada unggas domestik dan penyakit yang cukup parah dengan jumlah kematian 6 diantara 18 kasus penderita di Hongkong. Peningkatan terjadi karena penyebaran dari unggas terinfeksi yang ada pada pasar unggas dan telah dikemas oleh pemotong ayam. Virus ini tidak terlalu baik pada penyebaran orang ke orang
Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain
Selama tahun 1997 di Hong Kong virus Avian Influenza A (H5N1) telah menginfeksi 18 orang yang dirawat di rumah sakit dan 6 di antaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung.
Pada Juli 2005 dilaporkan kasus flu burung akibat virus H5N1 yang menyebabkan kematian 3 orang dalam satu keluarga di Tangerang – Banten. Awal tahun 2006 ini dilaporkan 3 kasus flu burung baru di Indonesia dan semuanya meninggal.
Menurut catatan WHO sampai awal Februari 2006 total penderita flu burung seluruh dunia berjumlah 161 dan 86 di antaranya meninggal dunia.


IV. ETIOLOGI
Penyebab flu burung pada bangsa unggas itu adalah virus influenza tipe A. Virus Influenza A berasal dari keluarga orthomyxoviridae adalah virus RNA berenvelop dengan dua glikoprotein permukaan : hemaglutinin dan neurominidase. Sebagai virus berenvelop pemanasan akan merusak daya infektivitasnya; penularan terjadi melalui saluran pernafasan bukan melalui makanan. Ukuran diameter virions adalah 80 hingga 120 nm yang berbentuk filament. Susunan virus terdiri dari 8 segmen berbeda dari “negative-stranded RNA”. Virus influenza A dibagi dalam subtipe-subtipe berdasarkan perbedaan serologik dan genetik glikoprotein permukaan dan gene yang mengkodenya. Ada 15 subtipe hemaglutinin (H1-H15) dan 9 subtipe neurominidase (N1-N9) telah diidentifikasi. Virus Influenza A dengan hemaglutinin subtipe H1, H2, H3, dan neurominidase subtipe N1 dan N2 telah menyebabkan epidemi dan pandemi sejak tahun 1900. Subtipe H5 dan H7 virus flu burung adalah yang menyebabkan wabah dengan tingkat kematian tinggi (patogenik). Hanya ada satu jalur dari virus flu burung yang tingkat kemampuan mematikannya tinggi atau high-pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1 yang dapat menginfeksi manusia (zoonosis). 2,7
Dari penelitian menunjukkan, unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 derajat Celcius dan lebih dari 30 hari pada nol derajat Celcius. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajat Celcius selama 30 menit. Bahan disinfektan formalin dan Iodine dapat membunuh virus yang menakutkan ini.2
Virus influenza B adalah jenis virus yang hanya menyerang manusia, sedangkan virus influenza C, jarang ditemukan walaupun dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan binatang. Jenis virus influenza B dan C jarang sekali atau tidak menyebabkan wabah pandemis. Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva, cairan hidung, dan kotoran. Avian virus avian influenza dapat ditularkan ke manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernafasan. Flu burung dapat menyebar dengan cepat di antara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah yang lain. Penyakit ini dapat juga menyerang manusia,lewat udara yang tercemar virus itu. Belum ada bukti terjadinya penularan dari manusia ke manusia. Juga belum terbukti adanya penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Orang yang mempunyai risiko besar untuk terserang flu burung ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas. Sebagian besar kasus manusia telah ditelusuri pada kontak langsung dengan ayam yang sakit. 2,8

V. ANATOMI
1. RONGGA DADA
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya di dalam rongga dada dan toraks. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis Pembuluh darah paru-paru dan bronkial, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada paru-paru kiri dan dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris. Paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus. 9
Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Paru-paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi 9. Suatu lapisan tipis yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis, dikenal sebagai pleura, melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru (pleura viseralis). Di antara pleura parietalis dan viseralis terdapat suatu lapisan tipis cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan paru-paru, yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek akan saling melekat jika ada air. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan, atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan paru-paru tertekan atau kolaps.9

2. SALURAN PERNAPASAN
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Air untuk kelembaban diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai ke udara inspirasi berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah.9
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segi tiga yang bermuara ke dalam trakea dan dinamakan glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernapasan bagian atas dan bawah.9
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Permukaan posterior trakea agak pipih (karena cincin tulang rawan di situ tidak sempurna), dan letaknya tepat di depan esofagus. Tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya, bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Bentuk anatomik yang khusus ini mempunyai implikasi yang penting.9
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecilyang tidak mengandung alveoli (kantung udara). Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.9
Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari (1) bronkiolus respiratorius, yang terkadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli pada dindingnya; (2) duktus alveolaris, seluruhnya dibatasi oleh alveolus, dan (3) sakus alveolaris terminalis, merupakan struktur akhir paru-paru. Asinus atau kadang-kadang disebut lobulus primer memiliki garis tengah kira-kira 0,5 sampai 1,0 cm. Terdapat sekitar 23 kali percabangan mulai dari trakea sampai sakus alveolaris terminalis.9

VI. PATOFISIOLOGI
Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara (droplet infection) di mana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus avian influenza manusia (Human influenza viruses) dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari di mana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Virus AI dapat berikatan dengan membran sel mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran pernapasan dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung neurominidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.3
Penyebaran dari virus extrapulmoner telah didokumentasikan secara umum pada manusia, tetapi penyebaran sistemik adalah penampakan biasa dari highly pathogenic avian viruses pada unggas dan beberapa binatang pengerat atau binatang mamalia lain. Serum dan penghasilan antibodi mengarah ke HA dan NA yang muncul sekitar 10 hari setelah terinfeksi. Proteksi untuk menghindari terinfeksi kembali oleh jenis strain yang sama dapat terjadi tergantung infeksi secara alamiah dan dihubungkan dengan serum serta tingkat antibody neutralizing hidung, yang prinsipnya secara langsung mencegah HA. Perbedaan pada gen PA, NP, M1, NS1, dan PB2 mengarah ke hubungan dengan jenis influenza pada manusia, termasuk infeksi manusia pada avian influenza. Aturan fungsional dari tanda-tanda genetik belum dapat dipecahkan tetapi berkaitan dengan keterlibatan peningkatan kemampuan replikasi dan supresi dari imunitas tubuh.4,5

VII. DIAGNOSIS
VII. a. Gambaran Klinis
Tampilan klinis manusia yang terinfeksi flu burung menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa. Diawali dengan demam, mialgia, sakit tenggorokan, batuk, dan sesak napas. Dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis. Bila tidak segera ditolong, korban bisa meninggal karena berbagai komplikasi. Komplikasi yang mengancam jiwa adalah mengakibatkan gagal napas dan beberapa kelainan tubuh yang berat lainnya.2
Flu burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh anak-anak belum begitu kuat. Masa inkubasi penyakit, dimana saat mulai terpapar virus hingga mulai timbul gejala sekitar 3 hari dengan rentang 2 hingga 5 hari. Sebagian besar penderita mengalami produksi dahak yang meningkat, 30% diantaranya dahaknya bercampur darah. Diare dialami oleh 70% penderita. Semua penderita menunjukkan limfopenia dan sebagian besar penderita mengalami trombositopenia. Menurut beberapa ahli flu burung lebih berbahaya dari SARS. Karena kemampuan virus yang mampu membangkitkan hampir keseluruhan respons bunuh diri dalam sistem imunitas tubuh manusia.2
Dalam penegakan diagnosis, terdapat beberapa kriteria diagnosis yang digunakan sesuai dengan temuan klinis yang didapatkan pada penderita pada tahapan dan waktu tertentu.2
a. Kasus observasi :
? Panas > 38oC dan > 1 gejala berikut 2 :
- Batuk
- Radang tenggorokan
- Sesak napas yang pemeriksaan klinis dan laboratoriumnya sedang berlangsung
b. Kasus possible (kasus tersangka) 2 :
? Demam > 38oC dan > 1 gejala berikut :
- Batuk
- Nyeri tenggorokan
- Sesak napas
? Dan salah satu di bawah ini 2 :
- Hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A tanpa mengetahui subtype-nya,
- Kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan penderita yang confirmed,
- Kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan unggas yang mati karena sakit,
- Bekerja di laboratorium 1 minggu sebelum timbul gejala yang memproses sampel dari orang atau binatang yang disangka terinfeksi Highly Pathogenic Avian Influenza.
- Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus influenza A (H5) seperti tes antibodi spesifik pada 1 spesimen serum
d. Kasus Confirmed (Kasus Pasti) 2 :
? Hasil biakan virus positif Influenza A (H5N1) atau,

? Hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5 atau,
? Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar >4 kali
? Hasil dengan IFA positif untuk antigen H5.
e. Kelompok Risiko Tinggi
? Kelompok yang perlu diwaspadai dan berisiko tinggi terinfeksi flu burung adalah 3:
- Pekerja peternakan/pemrosesan unggas (termasuk dokter hewan/Ir. Perternakan)
- Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien/unggas terjangkit
- Pengunjung perternakan/pemrosesan unggas (1 minggu terakhir)
- Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya dalam 7 hari terakhir.
? Pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir.
f. Kriteria Rawat 3 :
? Suspek flu burung dengan gejala klinis berat yaitu : 1) sesak napas dengan frekuensi napas ? 30 kali/menit, 2) Nadi ? 100 kali/menit. ada gangguan kesadaran, 3) kondisi umum lemah
? Suspek dengan leukopeni
? Suspek dengan gambaran radiologi pneumoni
? Kasus probable dan confirm
Kematian dan komplikasi biasanya disebabkan oleh kegagalan pernapasan. Komplikasi yang didapatkan pada penderita influenza A H5N1 adalah sindroma Reye(1 penderita), gangguan fungsi hepar pada pemeriksaan biokimia darah (6 penderita), pansitopenia (2 penderita), gagal ginjal (3 penderita), hemoragi pulmonal (1 penderita), kegagalan pernafasan akut (6 penderita), dan syok septik (1 penderita). Tidak dijumpai adanya infeksi sekunder oleh bakteri patogen (Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, atau Staphylococcus aureus) diketahui dari biakan sekresi saluran nafas, cairan pleura, dan darah. Dari 12 kasus ini, 5 penderita meninggal dengan gangguan multiorgan kendati sudah diberikan perawatan intensif. Komplikasi berat tampaknya dijumpai pada penderita dengan usia lebih tua, sudah lama bergejala sebelum dirawat di rumah sakit, dengan pneumonia, leukopenia, dan limfopenia. 7,8

VII. b. Gambaran Radiologi
VII. b. 1 Foto Toraks
Pada pemeriksaan foto toraks PA dan lateral. Dapat ditemukan gambaran infiltrat di paru yang menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Paling banyak ditemukan konsolidasi multifokal; efusi dan limfadenopati dapat selalu dilihat, begitu pula dengan perubahan cystic. Penampakan penyakit pada radiologi lebih awal memberikan prediksi yang bagus dari mortalitas, termasuk penemuan konsisten dengan acute respiratory distress syndrom (ARDS), seperti difus, ground glass appearance bilateral. 3,4
Gambaran foto X-ray dada memperlihatkan banyak konsolidasi pada paru, dan pada banyak bagian paru yang lain, pada 9 pasien yang meninggal karena terinfeksi dengan Asian flu burung, pada studi yang dipresentasikan di pertemuan RSNA 2005. Penemuan-penemuan ini dibandingkan dengan penemuan foto X-ray dada pada lima pasien yang bertahan setelah terkena penyakit ini. Diantara yang meninggal, skor konsolidasi paru meningkat 10 dengan sedikitnya 4 area yang terlibat di paru pada masing-masing pasien. 10
Dari studi, investigator dari Universitas Oxford, U.K., percaya bahwa konsolidasi pulmonar yang cukup buruk pada foto X-ray adalah prediktor yang baik dari survival dan salah satu pasiennya yang mendapat keuntungan paling banyak dari perhatian dan perawatan suportif dan pengobatan antiviral dengan oseltamivir atau zanamivir. Pada radiografi dada dapat menunjukkan satu atau banyak infiltrat. 10,12
Pada studi foto X-ray yang dipelajari sebelumnya oleh radiologist independen dari Vietnam dan U.K. Radiologis ini memisahkan paru pada masing-masing radiografi menjadi 3 zona, masing-masing adalah ketiga panjang bagian craniocaudal dari paru. Mereka kemudian memisahkan masing-masing zona paru pada 3 segmen dan memberi tingkatan skor konsolidasi dari 0 – 18. Skor 0 diberikan pada jaringan paru yang menunjukkan tidak ada tanda konsolidasi. Skor 18 diberikan pada saat keadaan abnormal terjadi bilateral dan difus. Paling banyak yang ditemukan pada pasien dengan tes flu burung yang positif adalah konsolidasi multifocal. 10
Gambaran pneumonia progresif meningkat dengan tingkat mortalitas tinggi telah diobservasi khususnya pada laporan kasus yang terlambat. Kebanyakan radiologi yang abnormal adalah infiltrasi pneumonik yang banyak dengan segmental dan distribusi multifokal, paling banyak terlokalisasi di bagian bawah dari paru-paru. Tidak ada efusi pleura dan limfadenopati hiler pernah dilaporkan. 14

VII. b. 2 Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasound paru ini berguna untuk mendeteksi dan mengukur efusi pleura dan konsolidasi di paru. Konsolidasi paru pada ultrasound tampak seperti struktur jaringan hiperechoic dan dengan wedge-shaped. Beberapa studi telah mendemonstrasikan bahwa ultrasound paru memiliki tampilan yang tinggi untuk mendiagnosis konsolidasi elveolar dan berguna untuk menuntun biopsi paru perkutaneus. 15
VII. b. 3 Pemeriksaan CT-Scan
Gambaran menyebar atau bercak pada ground-glass ditambah dengan konsolidasi adalah gambaran umum pada CT-scan. Nodul sentrilobuler kecil menunjukkan perdarahan alveolar mungkin terlibat. Jarang terjadi efusi pleura. Pada sebuah studi, gambaran CT-scan menunjukkan konsolidasi ruang udara atau ground-glass dengan distribusi lobuler. 16








Gambar 5. Gambaran pneumonia akibat virus pada seorang pria yang berusia 21 tahun. Potongan tipis (1-mm collimation). CT-Scan berada pada level arcus aorta. a) dan suprahepatic vena cava inferior. Nodul acinar ditunjukkan dengan ujung panah; b) menunjukkan multifocal peribronchovascular atau konsolidasi subpleural dan gambaran ground glass pada kedua paru. Beberapa lesi memiliki distribusi lobular (anak panah). 16

VII. c. Gambaran Histopatologi
Paru-paru secara tipikal menunjukkan kerusakan alveolar yang difuse. Pada kasus ini dengan waktu penyakit yang pendek (< 10 sampai 12 hari), menunjukkan fase inflamasi eksudatif dari kerusakan alveolar difus (edema, eksudat fibrosa, pembentukan membran hyalin) adalah predominan. Pada kasus dengan pemanjangan waktu penyakit, merubah konsistensi dengan fase proliferatif fibrosa (mengatur kerusakan alveolar yang difus) dan tingkat fibrosis akhir (fibrosis interstitial) telah diperlihatkan.17


VII. d. Pemeriksaan Laboratorium 3
Untuk uji konfirmasi dilakukan ;
- Kultur dan identifikasi virus H5N1.
- Uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
- Uji serologi, yang meliputi:
1). Immunofluorescence (IFA) test: ditemukan antigen positif dengan menggunakan antibodi monoklonal influenza H5N1
2). Uji netralisasi: didapatkan kenaikan titer antibodi spesifik influenza A/H5N1 sebanyak 4 kali dalam serum
3) Uji penapisan:
a). Rapid test untuk mendeteksi influenza A
b). HI Test dengan darah kuda untuk mendeteksi H5N1
c). Enzyme Immunoassay (ELISA) untuk mendeteksi H5N1.
Selain itu dilakukan pemeriksaan :
- Hematologi : Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, total limfosit. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni atau limfositosis relatif, dan trombositopeni.
- Kimia : Albumin/globulin, SGOT/SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisa Gas darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT/SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan kreatinin kinase, analisa gas darah dapat normal atau abnormal.

VIII. DIAGNOSIS BANDING
VIII.a. Severe Acute Respiratory Syndrome
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus Corona dengan sekumpulan gejala klinis yang berat. SARS secara klinis lebih banyak melibatkan saluran napas bagian bawah, dibandingkan dengan saluran napas bagian atas. Pada saluran napas bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena daripada trakea ataupun bronkus. 3
Penampakan yang paling banyak sebagai ground glass opacification yang dapat muncul unilateral atau bilateral. Konsolidasi yang didapatkan dengan air bronchograms sign ditemukan pada beberapa pasien tetapi konsolidasi lobaris tidak ditemukan. Tidak ditemukan pula efusi pleura atau pembesaran hilar. 18

VIII.b. Tuberkulosis Paru
Pada tuberkulosis primer hal-hal berikut dapat terlihat pada sinar-X dada yaitu daerah konsolidasi pneumonik perifer (fokus Ghon) dengan pembesaran kelenjar hilusmediastinum (kompleks primer). Keadaan ini biasanya dapat sembuh dengan gambaran kalsifikasi. Daerah konsolidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris, atau lebih luas hingga seluruh lapangan paru. Sedangkan pada tuberkulosis postprimer atau tuberkulosis reaktif yaitu konsolidasi bercak, terutama pada lobus atas atau segmen apikal pada lobus bawah, sering disertai kavitasi. Efusi pleura, empiema, atau penebalan pleura. Pada Tuberkulosis milier : nodul-nodul diskret berukuran 1-2 mm yang dapat terdistribusi di seluruh lapangan paru akibat penyebaran hematogen. Limfadenopati mediastinum atau hilus bukan merupakan gambaran tuberkulosis, kecuali pada pasien AIDS. 19
Selama berlangsung proses penyembuhan, gambaran yang dapat dikenali adalah fibrosis dan pengecilan volume paru; fokus kalsifikasi; tuberkuloma; granuloma terlokalisasi yang sering mengalami kalsifikasi; kalsifikasi pleura. 19



VIII.c. Pneumonia Bakterial
Pneumonia bakterial disebabkan oleh infeksi patogen pada paru-paru dan dapat timbul sebagai proses penyakit primer atau proses akhir penyakit dari seseorang yang telah lemah. Pneumonia lebih jauh lagi dikategorikan sebagai community-acquired pneumonia (CAP) atau hospitalized atau institutional-acquired pneumonia (HAP atau IAP). 21
Air Bronchograms dapat dievaluasi saat terinfeksi S. Pneumoniae. Konsolidasi terbuka dan air bronchograms sign saling berhubungan dengan insidens tinggi dari bakteriemia. Legionella memiliki predileksi di lapangan bawah paru, sedangkan Klebsiella memiliki tendensi untuk muncul pada lapangan atas paru. 21

IX. PENGOBATAN
Prinsip penatalaksanaan avian Influenza adalah : istirahat, peningkatan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotik, perawatan respirasi, anti inflamasi, immunomodulator.3
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat 3:

Penghambat M2 :

a. Amantadin (symadine)
b. Rimantidin (flu-madine), dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari
2. Penghambatan neuramidase (WHO) :
a. Zanamivir (relenza)
b. Oseltamivir (tami-flu), dengan dosis 2 x 75 mg selama 1 minggu
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut 3:
? Pada kasus suspek flu burung diberikan Qseltamivir 2 x 75 mg 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi.
? Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari, antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS, Respiratory Care di ICU sesuai indikasi.
Menurut sumber lain, menyebutkan bahwa penderita flu burung perlu rawat inap di bangsal isolasi atau ICU tergantung beratnya kasus. 6
Perawatan bangsal Isolasi
Bangsal isolasi ini khusus ditata untuk penyakit menular kasus berat seperti flu burung. Terdapat pintu masuk khusus, ruang ganti pakaian, ruang perawatan serta pintu keluar yang berbeda dengan pintu masuk. Tersedia pakaian khusus, masker, kaca mata pelindung, sarung tangan dan pelindung kaki. Petugas perawat telah melakukan standard universal precaution.6
Semua penderita yang telah memenuhi kriteria flu burung dan telah diseleksi di triage IGD untuk dirawat paling sedikit 1 minggu, karena ditakutkan ada transmisi lewat udara.6

Tindakan di bangsal isolasi


Oksigenasi, pertahankan saturasi O2 > 90%
Hidrasi, pemberian cairan parenteral (infus)
Terapi simptomatis untuk gejala flu seperti analgetika/antipiretika, dekongestan dan antitusif
Amantadine/ Rimantadine (obat penghambat haemaglutinin) diberikan awal infeksi 5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis. Namun ini tidak dianjurkan lagi karena resistensi virus H5N1 yang cepat terjadi terhadap obat ini.
Oseltamivir/ Zanamivir (obat penghambat neurominidase) 75 mg 2 kali sehari. Pemberian selama 5 hari.


Perawatan di Ruang Rawat Intensif (ICU)

Indikasi untuk dikirim ke ICU bila didapatkan tanda 6 :

Frekuensi napas > 30x/menit
Sesak napas yang berat
Rasio PaO2 < 250
Foto Thoraks terjadi penambahan infiltrat > 50%
Sistolik < 90 mmHg, diastolik < 60 mmHg
Membutuhkan ventilator mekanik (gagal napas)
Membutuhkan vasopressor (dopamin/dobutamin) > 4 jam
Syok septik
Fungsi ginjal memburuk (kreatinin > 4 mg/dl)

Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu). 3

X. PROGNOSIS
Penyakit ini mempunyai spektrum klinis yang sangat bervariasi mulai dari asimptomatik, flu ringan hingga berat, pneumonia dan banyak yang berakhir dengan ARDS. Perjalanan klinis avian influenza umumnya berlangsung sangat progresif dan fatal, sehingga sebelum sempat terpikir tentang avian influenza, pasien sudah meninggal. Mortalitas penyakit ini hingga laporan terakhir sekitar 50 %. 3


DAFTAR PUSTAKA
1. Hudyono,Johannes. Kamarudzaman, Kamaliah. Cara Penularan, Gejala, dan Perawatan Flu Burung. Jakarta:Majalah Kedokteran Meditek volume 14 no 38. 2006; 9-12

2. Judarwanto, Widodo. Penatalaksanaan Flu Burung Pada Manusia. Jakarta:Dexa Medica Jurnal Kedokteran dan Farmasi no 4 volume 18. 2005; 171-173

3. Nainggolan L, Chen, Kie. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Avian Influenza dan SARS). 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007; 1719-1726.

4. Bennet, N. John, Avian Influenza. [online]. 2008. [cited 2009 september 9]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/238049.

5. Weller, Peter F.Guerrant, Richard L. Walker, David H. Tropical Infectious Diseases Principles, Pathogens, & Practice 2nd Ed. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone. 2006; 639-642

6. Bombang H.,Bob W. Flu Burung (Avian Influenza). [online]. 2005. [cited 9 september 2009]. Availble from: http://med.unhas.ac.id/Datajurnal/tahun2005vol26/vol26No.30k.

7. Sapoetra, Agus. Infeksi Virus Influenza A H5N1. Jakarta: Ebers Papyrus Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara volume 10 no 2. 2004; 117-121

8. Radji, Maksum. Avian Influenza A (H5N1): Patogenesis, Pencegahan dan Penyebaran Pada Manusia. Jakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian volume III no 2. 2006; 55-65

9. Wilson LM. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit) 4th ed Buku 2. Jakarta: EGC. 1995; 646-650

10. Sandrick, Karen. X-rays can predict survival after exposure to avian flu chest exams prove important in identifying patients who will benefit from early, aggressive intervention. [online]. 2006. [cited 2009 september 9]. Available from: http://www.diagnosticimaging.com.

11. Oner A.F.,Bay A.,Asrlan S.,Akdeniz H. Et al. Avian Influenza A (H5N1) Infection in Eastern Turkey in 2006. [online]. 2006. [cited 2009 september 9].Available from : http://www.the new england journal of medicine.com

12. Lopez, FA. Slaven, EM. Stone, SC. Infectious Diseases Emergency Department Diagnosis And Management 1st ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. 2007; 404-405

13. Ungchusak K, Auewarakul P, Dowell SF, et al, Probable Person To Person Transmission Of Avian Influenza A (H5N1). [Online]. 2005 jan 27. [cited 2009 september 9]. Available from : http://www.content.nejm.org.

14. Hastanesi, Arastima. Radiological and Clinical Course of Pneumonia in Patients with Avian Influenza H5N1. [online]. 2007. [cited 2009 September 9]. Available from : http://ejr.com/volume61issue2.

15. Bouhemad,B.,Mao Zhang.,Qiu Lu.,Jean. Clinical Review : Bedside lung ultrasound in critical care practice. [online]. 2007. [cited 2009 September 9]. Available from: http://ccforum.com/content/11/1/205.

16. Kim, AE.Lee, KS.L, Steven. Viral Pneumonia in Adults:Radiologic and Pathologic Findings. [online]. 2002. [cited 2009 September 9]. Available from: http://radiographics.rsnajnls.org/cgi/content/full/22/suppl_1/S137.

17. Korteweg C.,Jiang Gu. Pathology,Moleculer Biology,and Phatogenesis of Avian Influenza A (H5N1) Infection in Humans. [online]. 2007, December 18. [cited 2009 September 9].Available from : http://www.ajp.amjpathol.org/cgi.

18. Cheung C.W., Yiu M.W.C., Leong L.L.Y., Chan F.L. Clinical and radiological features of SARS in Hongkong. [online]. 2005. [cited 2009 September 9].Available from: http://www.diagnosticimaging.com

19. Patel, Pradip R. Lecture Notes Radiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2007; 38-39

20. Smithius R.,Otto.,Cornelia. HRCT part II: Key findings in Interstitial Lung Diseases. [online]. 2007. [cited 2009 September 9]. Availble from: http://www.radiologyassistant.nl.

21. Stephen, James M. Pneumonia Bacterial. [online]. 2008. [cited 2009 September 9]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/807707.

Diagnosis Komplikasi OMSK

Diagnosis Komplikasi OMSK: Pengenalan yang baik tehadap perkembangan suatu penyakit telinga merupakan prasyarat untuk mengetahui timbulnya komplikasi. Bila dengan pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala klinis dengan tidak berhentinya otorhea dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan maka harus diwaspadai terjanya komplikasi. Pada stadium akut, naiknya suhu tubuh, nyeri kepala atau adanya tanda toksisitas seperti malaise, perasaan mengantuk (drowsiness), somnolen atau gelisah yang menetap dapat merupakan tanda bahaya. Timbulnya nyeri kepala didaerah parietal atau oksipital dan adanya keluhan mual, muntah yang proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selama terapi diberikan merupakan tanda komplikasi intrakranial.

Pada OMSK, tanda-tanda penyebaran penyakit dapat terjadi setelah sekret berhenti keluar. Hal ini menandakan adanya sekret purulen yang terbendung.

Pemeriksaan neurologimemberikan informasi yang dibutuhkan untuk diagnosis supuratif labirinitis, fascial paralisis, dan complikasi intracranial. Sebagai tambahan dalam memeriksa fungsi saraf cranial, pemeriksa harus mengetahui kesadaran pasien, mengetahui respon meningeal sign dan mengevaluasi adanya deficit pada serebellum atau serebrum.

Pemeriksaan radiologik dapat membantu memperlihatkan kemungkinan kerusakan dinding mastoid, tetapi untuk yang lebih akurat diperlukan pemeriksaan CT scan. Erosi tulang merupakan tanda nyata komplikasi dan memerlukan tindakan operasi segera. CT scan berfaedah untuk menentukan letak anatomi lesi. Walaupun mahal, pemeriksaan ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sehingga terapi dapat diberikan lebih cepat dan efektif.Untuk melihat lesi di otak, misalnya abses otak, hidrosefalus dan lain-lain dapat dilakukan pemeriksaan CT scan otak tanpa dan dengan kontras.

Magnetic resonace imaing (MRI) jauh lebih sensitif dibandingkan dengan CT scan dalam mendiagnosa infeksi atau abses pada parenkim otak, abses epidural, thrombosis sinus lateralis, atau empiema subdural.

Saturday, October 29, 2011

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil: Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil antara lain:

Umur.
Berat badan.
Suhu lingkungan.
Aktivitas.
Status kesehatan.
Pengetahuan zat gizi dalam makanan.
Status ekonomi.

Umur
Lebih muda umur ibu hamil, maka energi yangg dibutuhkan lebih banyak.
Berat Badan
Berat badan lebih ataupun kurang dari berat badan rata-rata untuk umur tertentu, merupakan faktor menentukan jumlah zat makanan yang harus dicukupi selama hamil.


Suhu Lingkungan
Suhu tubuh dipertahankan pada 36,5-37 derajat Celcius yang digunakan untuk metabolisme optimum. Lebih besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan berarti lebih besar pula masukan energi yang diperlukan.
Aktivitas
Semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka semakin banyak energi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Status Kesehatan
Pada saat kondisi tidak sehat maka asupan energi tetap harus diperhatikan.
Pengetahuan Zat Gizi dalam Makanan
Perencanaan dan penyusunan makanan kaum ibu atau wanita dewasa mempunyai peranan yang penting. Faktor yang mempengaruhi perencanaan dan penyusunan makanan yang sehat dan seimbang antara lain:

Kemampuan keluarga dalam membeli makanan.
Pengetahuan tentang zat gizi.

Dengan demikian, tubuh ibu akan menjadi lebih efisien dalam menyerap zat gizi dari makanan sehari-hari.
Kebiasaan dan Pandangan Wanita Terhadap Makanan
Pada umumnya, kaum ibu atau wanita lebih memperhatikan keluarga daripada saat ibu tersebut hamil. Ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamilannya, minimal empat kali selama kehamilannya.
Status Ekonomi
Status ekonomi maupun sosial mempengaruhi terhadap pemilihan makanan.

Tips merawat kulit mulus

Tips merawat kulit mulus: Kulit sehat ala model - Tidak ada salahnya merawat kulit tubuh semaksimal mungkin. Karenanya akan menjadikan tubuh semakin segar dan fresh. Berikut kita akan mengikuti tips cantik dan segar ala model.Semua Wanita selalu ingin tampil cantik dan menawan, tentunya dengan kulit yang mulus dan sehat pula. Tidak akan dikatakan cantik bila kulit pun tidak cantik. Sebenarnya yang harus dilakukan adalah hal-hal yang biasa dilakukan kebanyakan orang, namun memaksimalkan nya saja dengan cara yang sedikit lebih efektif. Berikut kita akan membahas tips tampil mulus ala model ini.Tips merawat kulit tubuh Jaga kebersihan. mandi minimal 2 kali sehari, agar kotoran, minyak dan sel kulit yang bisa membuat kusam dapat pergi.Menggunakan body lotion. Sangat penting apalagi sehabis mandi, guna melembabkan kulit, apalagi bila sering berada dalam ruang ber-Ac. Karena kulit akan menjadi kering bila tidak digunakan body lotion ini. Dan untuk melindungi dari terik matahari, selalu gunakan sun block yang mengandung spf 15 yang dapat melindungi dari sinar ultra violet.Berlulur. Ini juga membantu untuk mengikis sel kulit mati dan dapat menghaluskan kulit. Bisa dilakukan seminggu sekali.Konsumsi buah dan sayur. Selain perawatan dari luar seperti di atas, ternyata mengkonsumsi buah dan sayur yang kaya serat sangat efektif untuk kesehatan kulit. Serta banyak mengkonsumsi air putih.Bersihkan muka, bila jerawat melanda. Selalu bersihkan muka secara teratur dan gunakan obat oles jerawat bila jerawat bermunculan.Nah,dengan tips sehat ala model ini, tidak hanya model ternyata kita juga bisa melakukan dengan mudah di rumah.

Cara Pakai Kondom Wanita

Cara Pakai Kondom Wanita: Kondom wanita kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan, berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita. Kondom wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit menular seksual. Kondom wanita memiliki dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang lain ke arah luar terbuka.
Cara kerja kondom wanita sama dengan cara kondom lelaki, yaitu mencegah sperma masuk ke dalam alat reproduksi wanita. Manfaat, keterbatasan maupun efek samping yang ditimbulkan kondom wanita, hampir sama dengan kondom lelaki. Tingkat efektifitas kondom wanita akan tinggi, apabila cara menggunakannya benar.
Adapun cara pemakaian kondom wanita, adalah sebagai berikut:

Tahap1

Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.

Tahap 2

Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita. Kondom wanita punya ring yang lebar (outer ring) untuk bagian luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk bagian dalam.

Tahap 3

Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring, dan dengan jari lain pada sisi yang berseberangan, kemudian tekan sehingga sisi ring yang berseberangan akan bersentuhan dan bentuk inner ring menjadi lonjong.

Tahap 4

Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi, jongkok maupun berbaring.

Tahap5

Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati. Sewaktu kondom masuk ke dalam vagina, gunakan jari telujuk untuk menekan inner ring lebih jauh ke dalam vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar, dan outer ring (ring yang besar) tetap berada di luar.

Tahap 6
Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian dalam kondom. Bantu penis masuk ke dalam kondom.

pengoBatan HIV-AIDS

pengoBatan HIV-AIDS: Pengobatan HIV -AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis ,PsikolQogis dan

Aspek Sosial.

Aspek Medis meliputi :

1. Pengobatan Suportif.

2. Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik.

3. Pengobatan Antiretroviral.

Suportif

Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak terjadi hal hal yang

berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi kekurangan nutrisi yang dapat menyebab

kan perburukan keadaan penderita dengan cepat.

Penyajian makanan hendaknya bervariatif sehingga penderita dapat tetap berselera makan

Bila nafsu makan penderita sangat menurun dapat dipertimbangkan pemakaian obat

Anabolik Steroid.

Proses Penyedian makanan sangat perlu diperhatikan.

agar pada saat proses tidak terjadi penularan yang fatal tan

pa kita sadari.

Seperti misalnya pemakaian alat-alat memasak, pisau untuk memotong daging tidak boleh digunakan untuk mengupas buah, hal ini di maksudkan untuk mencegah ter

jadinya penularan Toksoplasma.

begitu juga sebaliknya untuk mencegah penularan jamur.

Pencegahan infeksi oportunistik

Meliputi penyakit infeksi Oportunistik yang sering terdapat pada penderita infeksi HIV

dan AIDS.

1. Tuberkulosis

Sejak epidemi AIDS maka kasus TBC meningkat kembali.

Dosis INH 300 mg setiap hari dengan vit B6 50 mg paling tidak untuk masa

satu tahun.

2. Toksoplasmosis

Sangat perlu diperhatikan makanan yang kurang masak terutama daging yang

kurang matang.

Obat : TMP-SMX 1 dosis/hari.

3. CMV

Virus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan kebutaan,

Ensefalitis, Pnemonitis pada paru, infeksi saluran cernak yang dapat menyebab

kan luka pada usus.

Obat : Gansiklovir kapsul 1 gram tiga kali sehari.

4. Jamur

jamur yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah jamur Kandida.

Obat : Nistatin 500.000 u per hari

Flukonazol 100 mg per hari.

MIKROBIOLOGI



1.1 Latar BelakangDi kalangan masyarakat awam, bakteri selalu identik dengan sumber penyakit. Banyak yang mengira bahwa bakteri adalah kuman yang merusak makanan, mengakibatkan keracunan, atau membuat kita sakit. Akan tetapi, bakteri yang berbahaya tersebut hanyalah satu sisi dari kehidupan bakteri. Banyak dari mereka yang tidak berbahaya,dan beberapa manfaatnya memegang peranan penting dalam pengembangan bioteknologi pangan yaitu fermentasi.Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alcohol. Mikrobia dalam industri fermentasi merupakan faktor utama, sehingga harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu: murni, unggul, stabil, bukan patogen.( J.Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XIX No. 2 Th. 2008)Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerivisiae. Pada umumnya, pembuatan tape di kalangan masyarakat dilakukan dengan cara sederhana yakni, menabur ragi secukupnya pada singkong yang telah direbus, kemudian menutup rapat dengan daun pisang dan disimpan selama dua sampai tiga hari. Terkadang tape bisa tidak matang jika tidak ditutup dengan rapat dan rasanyapun lebih asam. Untuk itu penulis ingin mengetahui, mengapa bias terjadi hal seperti itu pada fermentasi tape.
1.2 Rumusan Masalah Di dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis merumuskan beberapa masalah antara lain sebagai berikut:1. Apakah tape dan bagaimanakah prosedur pembuatan tape?2. Apakah fermentasi itu dan bagaimanakah proses fermentasi pada tape?3. Mengapa pada saat proses pembuatan tape, wadah harus ditutup rapat?
1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penulis menulis makalah adalah:1. Untuk mengetahui pengertian tape dan bagaimanakah prosedur pembuatan tape.2. Untuk mengetahui pengertian fermentasi dan bagaimana proses fermentasi pada tape.3. Untuk mengetahui mengapa pada saat proses pembuatan tape, wadah harus ditutup rapat
1.4 Metode PenulisanMetode penulisan dalam penyusunan karya tulis ini adalah menggunakan studi pustaka yang mengambil sumber literature dari internet sebagai bahan pustaka.BAB IIPEMBAHASAN

2.1 TapeTape adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong dan ketan. Tape mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit mengandung alkohol. Selama fermentasi, tape mengalami perubahanperubahan biokimia akibat aktivitas mikroorganisme. (Astawan, 2004). Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerivisiae yang memiliki kemampuan dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alcohol dan karbondioksida. Selain itu terlibat pula mikrorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera yang turut membantu dalam mengubah pati menjadi gula sederhana (glukosa).Tabel 2.1. Komposisi gizi tape (dalam 100 gram bahan). Zat gizi Tape singkong Tape ketan putih Tape ketan hitam Energi (k kal)Protein (g)Lemak (g)Karbohidrat (g)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Besi (mg)Vitamin B1 (mg)Air (g) 1730,50,142,5303000,0756,1 1723,00,537,56350,50,0458,9
1663,81,034,48,0106,01,60,0250,2
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1992)2.2 Prosedur Pembuatan TapeA. Alat-alat:· pisau pengupas· panci untuk mengukus plus tutupnya· kompor· tampah bamboo· cobek / cowek dan munthunya untuk menepungkan ragi tape· daun pisang secukupnya· bakul dari bambu.B. Bahan:Singkong 5 kgRagi 5 butirC. Cara pembuatan:Singkong dipotong-potong ukuran sedang, kupas dan cuci bersih.Kukus dalam panci sebentar sampai agak empuk, jangan sampai mekar. Angkat, tempatkan pada keranjang bambu yang dilapisi daun pisangdan biarkan agak dingin.Haluskan/hancurkan ragi tape (biasanya ragi tape berbentuk bola putih sebesar baso, atau lebih kecil lagi, dan dijual dalam plastik kecil berisi 3-4 bola ragi).Taburkan secara merata ke seluruh permukaan singkong. Tutup dengan daun pisang (atau pembungkus plastik yang dilubangi di beberapa tempat, tutup denganserbet).Simpan di tempat hangat pada suhu 28 – 30 °C selama 2 – 3 hari sampai singkong menjadi empuk.
2.3 FermentasiFermentasi adalah perombakan anaerob karbohidrat yang menghasilkan pembentukan produk fermentasi yang stabil. fermentasi adalah suatu oksidasi karbohidrat anaerob dan aerob sebagian dan merupakan suatu kegiatan penguraian bahanbahan karbohidrat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, antara lain adalah sebagai berikut :a. pHMikroba tertentu dapat tumbuh pada kisaran pH yang sesuai untuk pertumbuhannya. Khamir dapat hidup pada pH rendah yaitu antara 1-2.b. SuhuSuhu yang digunakan dalam fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam proses fermentasi. Suhu optimal pada proses fermentasi yaitu 35° C dan 40° C.c. OksigenDerajat an aerobiosis adalah merupakan faktor utama dalam pengendalian fermentasi. Bila tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi sel-sel khamir dipacu. Bila produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu penyediaan O2 yang sangat terbatas. Produk akhir dari suatu fermentasi sebagian dapat dikendalikan dengan tegangan O2 substrat apabila faktor-faktor lainnya optimum.d. SubstratMikroba memerlukan substrat yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhannya.Menurut Buckle (1988), fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan pangan itu sendiri. Proses fermentasi tidak hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi juga menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi .Menurut Anshori (1989), proses fermentasi alkohol hanya dapat terjadi apabila terdapat sel-sel khamir. Fermentasi adalah aktivitas metabolisme mikroorganisme aerobik dan substrat organikyang cukup tinggi. Fermentasi gula oleh ragi misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan alkohol dan karbondioksida pada tape.Fermentasi Alkohol Reaksinya :1. Gula (C6H12O6) ————> asam piruvat (glikolisis)2. Dekarbeksilasi asam piruvat.Asampiruvat ————————————————————> asetaldehid + CO2.
piruvat dekarboksilase (CH3CHO)3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alcohol (etanol).2CH3CHO + 2 NADH2 —————————————> 2 C2HsOH +2NAD.
alkohol dehidrogenase enzimRingkasan reaksi : C6H12O6———> 2C2H5OH +2CO2 +2NADH2 +(Energi yang dilepaskan: 118 kJ/mol)
2.4 Tahapan Fermentasi TapeProses fermentasi selama pembuatan tape meliputi empat tahap penguraian, antara lain :a. Molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana, proses ini disebut hidrolisis enzimatis.b. Gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.c. Alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus dan Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol.d. Sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang memberi cita rasa pada tape.Ragi untuk tape merupakan populasi campuran genus dimana terdapat spesies-spesies genus Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula. Genus tersebut hidup bersama secara sinergetik. Aspergillus dapat menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya (Dwijoseputro, 1990).Tabel 2.2 perbandingan waktu dan hasil fermentasi tape
Fermentasi tape yang ditutup dengan rapat Fermentasi tape yang tidak ditutup** Waktu fermentasi (sampai tape empuk) 36 jam 70 jam Bau harum Asam Rasa Asam manis Asam Tampilan Padat empuk Berair empuk Sumber: berdasar data percobaan (pengalaman)**tidak ditutup dalam waktu 24 jam, kemudian dilakukan penutupan.Khamir sejak dulu berperan dalam fermentasi yang bersifat alkohol, dimana produk utama dari metabolisme adalah etanol. Pada tumbuhan dan banyak fungi pada kondisi anaerob terjadi penimbunan alkohol (etanol). Produsen utama alkohol adalah ragi dari strain Saccharomyces cerevisiae yang merupakan organisme yang bernafas secara aerob. Dalam lingkungan terisolasi dari udara, organisme ini meragikan karbohidrat menjadi etanol dan karbondioksida. Peragian glukosa oleh ragi merupakan peristiwa anaerob, Dengan mengalirkan udara maka peragian dapat dihambat sempurna dan memasukkan banyak udara.Hasil fermentasi dipengaruhi oleh dua factor:1. Mikrobaa. MurniDalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan tetap murni dalam proses maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril. b. UnggulPada kondisi fermentasi yang diberikan, mikrobia harus mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang besar. Sifat unggul yang ada harus dapat dipertahankan, berkaitan dengan kondisi proses yang diharapkan. c. StabilPada kondisi yang diberikan, mikrobia harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak mengalami perubahan karena mutasi atau lingkungan.d. Bukan PatogenMikrobia yang digunakan adalah bukan patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali untuk produksi bahan kimia tertentu. Jika digunakan mikrobia patogen harus dijaga, agar tidak menimbulkan akibat samping pada lingkungan.Tabel 2.2. Peranan Mikroba dalam ragi tape Jenis Mikroba Fungsi Kapang Amilolitik- Mucor- Rhizopus- AmilomycetesKhamir Amilolitik- EndomycopsisKhamir Nonamilolitik- Saccharomyces- Hansenula- Endomycopsis- CandidaBakteri Asam laktat- PediococcusBakteri Amilolitik- Bacillus
Penghasil sakarida dan cairanPenghasil sakarida dan cairanPenghasil sedikit sakarida dan cairan
Penghasil sakarida dan bau yang lemah
Penghasil alkoholPenghasil aroma yang menyegarkanPenghasil bau yang khasPenghasil bau yang khas
Penghasil asam laktat
Penghasil sakarida
Sumber : Saono (1982)Keunggulan tapaiFermentasi tapai dapat meningkatkan kandungan Vitamin B1 (tiamina) hingga tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Karena mengandung berbagai macam bakteri “baik” yang aman dikonsumsi, tapai dapat digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Cairan tapai dan tapai ketan diketahui mengandung bakteri asam laktat sebanyak ± satu juta per mililiter atau gramnya. Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek menyehatkan tubuh, terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah bakteri dalam tubuh dan mengurangi jumlah bakteri jahat. Kelebihan lain dari tapai adalah kemampuannya tapai mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh. Aflaktosin merupakan zat toksik atau racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama Aspergillus flavus. Toksik ini banyak kita jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap. Konsumsi tapai dalam batas normal diharapkan dapat mereduksi aflatoksin tersebut. Di beberapa negara tropis yang mengkonsumsi singkong sebagai karbohidrat utama, penduduknya rentan menderita anemia. Hal ini dikarenakan singkong mengandung sianida yang bersifat toksik dalam tubuh manusia. Konsumsi tapai dapat mencegah terjadinya anemia karena mikroorganisme dalam fermentasinya mampu menghasilkan vitamin B12BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan1. Tape adalah makanan tradisional Indonesia, dihasilkan dari proses fermentasi oleh jamur Saccharomyces cerivisiae yang mengubah karbohidrat menjadi karbondioksida dan alcohol, dari bahan pangan seperti singkong.2. Cara pembuatan tape dilakukan secara sederhana yakni: singkong dikupas dan dicuci bersih, dikukus sampai agak empuk, ditempatkan pada wadah, ditaburi secara merata dengan ragi, ditutup dengan daun pisang, disimpan di tempat pada suhu 28-30 ° C selama 2 – 3 hari sampai empuk.a. Bila tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi sel-sel khamir dipacu. Bila produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu penyediaan O2 yang sangat terbatas. b. Pada fermentasi tape yang ditutup rapat, hasilnya tape matang tepat waktu dan harum, manis karena produsen utama alkohol adalah Saccharomyces cerevisiae bernafas secara aerob. Dalam lingkungan terisolasi dari udara, organisme ini meragikan karbohidrat menjadi etanol dan karbondioksida.c. Pada fermentasi tape yang tidak ditutup, hasilnya tape matang lebih lama, timbul bintik-bintik, tekstur dan rasanya juga tidak baik, hal ini dikarenakan bila tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi sel-sel khamir yang dipacu sehingga tidak terjadi proses fermentasi. Selain itu pada keadaan terbuka, bakteri acetobacter bisa mengkontaminasi sehingga rasa tape menjadi asam.
3.2 Saran1. Jika Anda ingin berhasi dalam membuat tape, berikan ragi dengan jumlah yang sesuai dengan bahan yang digunakan.2. Lakukan fermentasi di tempat yang hangat dan bebas oksigen dengan cara menutup rapat dengan daun pisang, agar proses fermentasi berlangsung maksimal dan tape bisa matang dalam waktu 1-2 hari dan menghasilkan citarasa yang baik.DAFTAR PUSTAKA

Desrosier, N.W. 1987. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : UI Press.Fessenden, Ralp, dan Joan, S, Fessenden. 1991. Kimia Organik Jilid II. Alih Bahasa : Aloysius Hadiyana Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta : Kanisius.Made, Astawan. 2004. Tetap Sehat Dengan Produk Makanan Olahan. Surakarta : Tiga Serangkai.Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jasad V. Jakarta : Erlangga.Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.



Pengobatan Sakit Perut/ Masuk Angin

Pengobatan Sakit Perut/ Masuk Angin: Semua orang pasti pernah mengalami sakit perut, bukan hanya orang dewasa namun anak remaja bahkan anak kecil dapat mengalami hal yang sama.

Sakit perut dapat terjadi di bagian perut sebelah kiri/kanan atas maupun bawah, sakit perut bagian bawah saja atau bagian atas saja, sakit perut bagian tengah ataupun sakit perut akibat menstuarsi.

Sakit perut adalah sakit yang dirasakan pada perut. Perut adalah suatu area anatomis yang dibatasi diatas oleh batas bagian bawah dari tulang-tulang rusuk dan diafragma, dibawah oleh tulang pelvik (pubic ramus), dan disetiap samping oleh panggul-panggul. Meskipun sakit perut dapat datang dari jaringan-jaringan dinding perut yang mengelilingi rongga perut (seperti kulit dan otot-otot dinding perut), istilah sakit perut umumnya digunakan untuk menggambarkan sakit yang berasal dari organ-organ didalam rongga perut. Organ-organ dari perut termasuk lambung, usus kecil, usus besar (colon), hati, kantong empedu, dan pankreas.

Secara Umum, Sakit perut yang dikenal oleh masyarakat luas pada dasarnya disebabkan oleh angin/masuk angin. Masuk angin dapat disebabkan oleh banyak hal seperti terlambat makan, cuaca yang terlalu dingin (sering berada di ruangan ac), makan terlalu banyak, tidak memakai baju ketika udara dingin atau mandi terlalu lama.

Penyebab Sakit Perut yang juga paling sering dialami seseorang adalah kesalahan dalam makanan atau salah makan, makan yang terlalu pedas, makan yang makanan yang kurang bersih, makan di sembarang tempat atau biasanya dikenal orang adalah keracunan makanan sehingga membuat perut perih dan sakit.

Namun, Sesungguhnya banyak penyebab seseorang mengalami sakit perut dan yang paling utama adalah adanya gangguan pada organ lambung, sakit perut juga bisa disebakan oleh gangguan pada organ hati maupun usus.

Nah, jangan pernah mencoba untuk meremehkan sakit perut apalagi sakit perut yang menahun, karena angin di dalam perut dapat menjalar ke berbagai organ, seperti organ hati, usus, ginjal (pinggang), reproduksi bahkan jantung. Pernahkan anda mendengar bahwa sakit perut dapat mengakibatkan kematian yang mendadak? Itulah yang dialami akibat angin di dalam perut naik ke dalam jantung sehingga pompa/aliran darah di dalam jantung tidak dapat berfungsi dan berhenti. Itulah yang dinamakan dengan Angin duduk.
Segeralah menghubungi pakar kesehatan untuk mendapatkan informasi maupun pengobatan jika anda mengalami sakit perut menahun (kronis) maupun sakit perut akut (secara mendadak sakit perut yang tidak tertahankan), karena mungkin kita tidak mengetahui darimana penyebab sakit perut tersebut dan sakit perut tersebut datang secara tiba-tiba.

Biasanya para pakar kesehatan dapat menyarankan anda untuk memeriksa darah atau rontgen di bagian perut anda untuk mengetahui apakah penyebab dari ganguan perut anda.

Jika menurut hasil rontgen tidak terdapat masalah apapun di perut anda namun perut anda tetap sakit dan anda telah berobat kemana-mana dan tidak sembuh.

Maka kami dapat menyarankan anda untuk menghubungi kami di " Accurate" Health Center.
karena pengobatan kami mampu mengobati sakit perut yang akut dan kronis dapat waktu singkat. hanya dengan dua- tiga kali terapi perut akan terasa nyaman atau sembuh.

"Accurate" Health Center dapat menyembuhkan :
- Sakit perut disertai sakit kepala akibat salah makan dan lainnya.
- Sakit perut yang menjalar sampai pinggang akibat masuk angin.
- Sakit perut akibat perut turun
- Sakit perut akibat menstuarsi
- Sakit perut akibat sembelit
- Sakit perut akibat diare
- Sampai sakit perut yang tidak diketahui penyebabnya dan hasil rongten di perut tidak bermasalah.

"Accurate" Health Center mengunakan pengobatan Akupunktur, Pijat Pengobatan Perut, Pijat Pengobatan Kaki, Fisioterapi untuk mengeluarkan angin di dalam perut. Anda akan disembuhkan oleh ahli akupunkturis dan beberapa ahli pengobatan pijat yang telah pengalaman dan mampu menyembuhkan Sakit perut yang akut (baru) atau yang telah lama (kronis) dalam hanya beberapa kali terapi. Pengobatan kami adalah pengobatan tradisional, tanpa efek samping, tanpa kerokan dan perut akan terasa lega.