Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Monday, November 7, 2011

Lingkar Perut dan Risiko Diabetes

Lingkar Perut dan Risiko Diabetes: Lingkar perut besar mesti diwaspadai. Kondisi itu merupakan peringatan adanya risiko diabetes melitus alias gangguan fungsi insulin terhadap metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Ketua Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia Aris Wibudi mengatakan, lingkar perut yang besar merupakan peringatan adanya peningkatan risiko diabetes melitus atau yang didefinisikan sebagai kumpulan gejala terkait metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat gangguan fungsi insulin.

Seperti halnya pada Penyebab Gejala dan Pengobatan Diabetes "Perempuan dengan lingkar perut lebih dari 88 sentimeter dan laki-laki dengan lingkar perut lebih dari 90 sentimeter harus hati-hati karena sudah berisiko tinggi terkena diabetes melitus," kata Aris Wibudi dalam lokakarya media tentang diabetes melitus di Jakarta. Aris menjelaskan, kumpulan lemak pada perut pada orang yang mengalami obesitas sentral menyebabkan resistensi insulin yakni kondisi ketika kemampuan hormon insulin untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi pemanfaatan glukosa di dalam otot skelet dan jaringan adiposa menurun.

"Ini membuat pankreas terus-menerus memproduksi insulin sehingga kemudian mengakibatkan cedera insulin, tubuh tidak mampu mengeluarkan insulin sesuai kebutuhan," kata dokter yang sehari-hari bekerja di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto itu. Kondisi yang demikian, ia menjelaskan, membuat produksi gula pada hati tidak terkendali sehingga kadar gula dalam darah naik. Bila tak dikendalikan hal itu bisa berkembang menjadi diabetes melitus yang oleh masyarakat awam disebut kencing manis.

Penyakit diabetes yang disebabkan oleh resistensi tubuh terhadap efek insulin--hormon yang diproduksi oleh sel beta pankreas-- disebut diabetes melitus tipe dua. Keadaan ini akan mengakibatkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali dan menimbulkan komplikasi pada sejumlah organ seperti jantung, otak, tungkai bawah, mata, ginjal dan jaringan syaraf. Menurut Aris, penyakit ini biasanya ditandai dengan banyak kencing (polyuria), banyak minum (polydipsia), banyak makan (polyphagia) dan cepat lelah.

"Kalau tanda-tanda ini sudah muncul berarti paling tidak kita sudah telat enam tahun. Seharusnya ini bisa dicegah dengan mengenali dan menyadari faktor risikonya sejak dini," katanya.

Ada pula diabetes melitus tipe dua. Yakni, penyakit diabetes yang disebabkan oleh resistensi tubuh terhadap efek insulin, hormon yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Diabetes melitus tipe dua, lanjut Aris, akan mengakibatkan kadar gula dalam darah naik tidak terkendali. Bisa juga menimbulkan komplikasi organ jantung, otak, tungkai bawah, mata, ginjal, dan jaringan syaraf.

Menurut Aris, penyakit ini biasanya ditandai dengan banyak kencing (polyuria), banyak minum (polydipsia), banyak makan (polyphagia) dan cepat lelah. "Kalau tanda-tanda ini sudah muncul berarti paling tidak kita sudah telat enam tahun. Seharusnya ini bisa dicegah dengan mengenali dan menyadari faktor risikonya sejak dini," beber Aris

Ia menyarankan orang-orang dengan risiko terkena diabetes melitus, yakni mereka yang antara lain punya keturunan diabetes melitus, kegemukan, lingkar perutnya besar dan pola makannya tidak baik, untuk memeriksa kadar gula darahnya secara berkala.

Mari kita budayakan healthy lifestyle, agar Anda selalu Sehat. Sukses juga buwat Anda.

Rokok Tewaskan 1 Orang Setiap 6 detik

Rokok Tewaskan 1 Orang Setiap 6 detik: Menurut Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO), konsumsi tembakau merupakan salah satu bahaya terbesar kesehatan masyarakat dunia. Lebih dari 5 juta orang dibunuh setiap tahun, rata-rata 1 manusia setiap 6 detik, Contoh nyata juga terdapat pada Bahaya "Jejak" Asap Rokok Tembakau ini dapat menyebabkan penurunan kondisi kesehatan seseorang serta 1 dalam setiap 10 kematian orang dewasa diakibatkan oleh tembakau. Sehat-mu mengutip dari WHO yang menginformasikan bahwa sampai dengan 50% dari pengguna produk tembakau yaitu rokok saat ini akhirnya akan mati karena penyakit terkait dengan konsumsi tembakau.

Lebih dari empat bagian dari 1 milyar perokok reguler di planet ini bertempat tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Santer berita yang menghebohkan juga bahwa Rokoknya Meledak pada beberapa bulan yang lalu hal ini juga dapat terjadi pada negara-negara di mana beban penyakit tembakau dan kematian adalah faktor resiko yang paling parah dampaknya.

Selain Bahaya Wanita Perokok WHO mengatakan bahwa pengguna tembakau mati dini serta berdampak buruk pula pada:mereka para pengguna tembakau akan menurunkan pendapatan keluarga.
Meningkatkan biaya perawatan kesehatan.
Menghambat pembangunan ekonomi.
Di beberapa bagian dunia, anak-anak di ujung bawah skala sosial ekonomi yang umumnya bekerja di pertanian tembakau menyediakan pendapatan keluarga akan tetapi dapat membuat mereka rentan terhadap green tobacco sickness. green tobacco sickness disebabkan oleh penyerapan nikotin melalui kulit dari penanganan daun tembakau basah serta ingat juga bahwa pada artikel sebelumnya Rokok Mengandung Darah Babi dan juga memberikan tips cara sederha untuk berhenti merokok dapat Anda simak pada healthy lifestyle tersebut.

Menurut riset Cancer Research UK and the American Cancer Society: * Smoking causes: Cancer - seperti kanker paru-paru, laring (kotak suara), rongga mulut (mulut, lidah dan bibir), faring (tenggorokan), kerongkongan, perut, pankreas, leher rahim, ginjal, kandung kemih dan leukemia myeloid akut. merokok selama minimal 30% dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Hal ini bertanggung jawab untuk hampir 9 dari 10 kematian kanker paru-paru di Amerika Serikat.
Heart and cardiovascular diseases/Penyakit jantung dan kardiovaskular
Chronic lung diseases/Penyakit paru-paru kronis
* Smoking kills at least 120,000 people in the UK annually

* Merokok adalah penyebab tunggal kematian dini di dunia* bahaya perokok pasif yang dapat menyebabkan beberapa ratus kematian setiap tahunnya di Inggris. perokok pasif sangat berbahaya untuk bayi dan anak-anak yang orang tuanya merokok di rumah. perokok pasif (dan juga perokok aktif) juga dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, berat lahir rendah, lahir mati, gangguan pada telinga, asma dan masalah pernapasan lainnya.* Merokok dapat meningkatkan risiko seorang wanita infertilitas.* Merokok juga telah berhubungan dengan resiko lebih besar pada penyakit gusi, katarak, penipisan tulang, patah tulang pinggul dan tukak lambung.* Erectile dysfunction/Disfungsi ereksi - beberapa penelitian telah menghubungkan merokok bisa menyebabkan impotensi seksual laki-laki (masalah mendapatkan dan / atau mempertahankan ereksi)


FDA Menyetujui Alat Diagnostik HIV

FDA Menyetujui Alat Diagnostik HIV: Setiap sembilan setengah menit, seseorang di Amerika Serikat terinfeksi HIV, dan satu dari setiap lima orang ini tidak tahu akan hal itu. Untuk membantu menghentikan penyebaran penyakit ini, US Food and Drug Administration ( FDA ) hari ini menyetujui sebuah alat diagnostik yang inovatif, yang akan memungkinkan pasien untuk didiagnosis lebih awal dari sebelumnya.

Abbott ArsitekturT HIV Ag / Ab Combo assay adalah alat diagnostik pertama yang disetujui di Amerika Serikat yang secara bersamaan dapat mendeteksi baik antigen HIV dan antibodi. Antigen HIV adalah protein yang diproduksi oleh virus segera setelah terinfeksi, sedangkan antibodi pada hari berikutnya dikembangkan sebagai tubuh bekerja untuk melawan infeksi. Seperti halnya akan Lingkar Perut dan Risiko Diabetes riset telah menunjukkan bahwa pengujian baru Abbott dapat mendeteksi HIV lebih awal dari tes antibodi sebelumnya, dan yang terpenting dalam mengendalikan penyebaran virus, dikarenakan dapat terditeksi secara dini serta kesehatan orang yang terinfeksi juga dapat terkontrol untuk konseling.

" Karena orang yang paling menular kepada orang lain tak lama setelah terinfeksi, mendeteksi HIV lebih dini dan menyelamatkan hidup, " kata Peter Leone, MD, direktur medis, North Carolina HIV/STD Prevention and Control Branch, University of North Carolina, Chapel Hil. " Sejumlah besar infeksi HIV baru yang dikirim oleh seseorang dengan terinfeksi akut terdeteksi, jadi mengidentifikasi lebih banyak orang sebelumnya menawarkan peluang yang signifikan untuk konseling, yang dapat mengurangi perilaku berisiko tinggi dan juga melakukan pengobatan antiretroviral bagi infeksi tahap awal, jika perlu. "

Riset yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit/Centers for Disease Control and Prevention( CDC ) menunjukkan bahwa tes antibodi hanya saat ini kehilangan hingga 10 persen dari infeksi HIV di beberapa populasi berisiko tinggi karena mereka tidak mendeteksi antigen. Namun, uji baru Abbott mendeteksi HIV p24 antigen, atau kehadiran langsung dari HIV, yang memungkinkan untuk diagnosis terinfeksi lebih dini sebelum antibodi muncul.

" Abbott ini telah lama menjadi pelopor dalam tes HIV dari tes pertama di dunia untuk mendeteksi antibodi HIV pada tahun 1985 untuk immunoassay generasi kedua dan ketiga dan tes molekul dan sekarang pengembangan antigen pertama di negara ini dan tes antibodi kombinasi, " kata Brian Blaser, wakil presiden senior, Diagnostik, Abbott. " Abbott berkomitmen untuk memerangi HIV dan tes untuk membantu pasien mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan secepat mungkin. "

Tes baru akan berjalan pada Abbott's ARCHITECT family of diagnostic testing instruments. Hal ini sudah disetujui untuk digunakan di luar Amerika Serikat. Di Eropa, HIV antigen - antibodi kombinasi pengujian rutin dalam pengaturan kesehatan masyarakat dan pedoman tes HIV di United Kingdom dokter sekarang langsung menggunakan kombinasi tes HIV sebagai tes lini pertama.

Semoga medical information ini dapat bermanfaat untuk Anda dan juga agar kedepannya pengendalian akan HIV - AIDS akan selalu semakin membaik, dan juga lebih baik mencegah daripada mengobati bukan!

Source Abbott

Sakaw Karena Putaw Atasi dengan Metadon

Sakaw Karena Putaw Atasi dengan Metadon: Metadon merupakan opiat sintetis yang segolongan dengan heroin, kodein, dan morfin. Opiat ini pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1945 sebagai obat penghilang rasa sakit. Selanjutnya, sekitar tahun 1960an, Pada medical information kali ini akan mencoba mengulas tentang sakaw karena putaw atasi dengan metadon, untuk pertama kalinya metadon digunakan untuk program perawatan pada pecandu narkoba di New York.

Seperti halnya pada Panas Dalam Sebab dan Gejalanya seorang pecandu tidak bisa begitu saja berhenti memakai narkotika karena akan menyebabkan sakaw atau gejala putus obat. Untuk mengatasinya, ada terapi khusus bernama Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM).

Terapi yang di luar negeri juga dikenal sebagi Methadone Maintenance Threatment (MMT) ini bermanfaat bagi pasien ketergantungan obat yang secara psikologis sama sekali tidak bisa lepas dari narkotika. Tujuannya adalah membuat pasien tersebut terhindar dari sakaw, sehingga bisa tetap produktif.

Dalam PTRM, terapi metadon diberikan sebagai pengganti narkotika. Senyawa tersebut memang merupakan tiruan narkotika, dengan sifat yang hampir serupa hanya saja efeknya tidak sampai menyebabkan teler.

Dalam medical information sebelumnya mengenai Aspirin Meningkatkan Risiko Crohn's disease Metadon sebagai opiat pengganti yang hanya bisa didapatkan pada klinik terapi metadon, penggunaannya mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan penggunaan opiat ilegal. Metadon mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan pecandu terhadap opiat lain yang rute pemberiannya berisiko, misalnya melalui suntikan. Telah lama diketahui, penggunaan jarum suntik di kalangan pengguna narkoba intravena menjadi penyebab utama penularan HIV dan penyakit lain seperti hepatitis. Keuntungan lain adalah mengurangi tindakan kriminal yang dilakukan pecandu narkoba. Pengguna narkoba biasanya menggunakan berbagai macam cara agar bisa mendapatkan narkoba.

"Sakaw bukan semata-mata soal perilaku, dorongan itu sulit dihindari karena otak mengalami gangguan secara organik. Bisa dibilang semacam penyakit otak," ungkap Dr. Rahmi Handayani, Sp.K.J., koordinator PTRM RS Fatmawati.

Dibandingkan memakai narkotika ilegal, pasien mendapat beberapa keuntungan dari PTRM. Terutama sekali karena harganya lebih murah, sehingga lebih terjangkau untuk dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.

Penggunaannya juga tidak perlu terlalu sering, cukup sekali dalam sehari karena memiliki waktu paruh cukup panjang. Narkotika seperti morfin dan heroin memiliki waktu paruh pendek, sehingga harus dikonsumsi 2-3 kali sehari.

Selain itu metadon diberikan dalam bentuk cair sehingga bisa diminum, sehingga bebas risiko penularan HIV/AIDS dan hepatitis. Sedangkan pada pemakaian narkotika ilegal, 70 persen dilakukan dengan jarum suntik.

Meskipun demikian tidak semua pecandu bisa menjadi pasien PTRM, sebab ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya, pasien tersebut sudah pernah menjalani rehabilitasi maupun detoksifikasi namun tidak berhasil lepas dari ketergantungan.

Prosesnya juga tidak mudah, karena pasien harus datang setiap hari untuk mendapatkan metadon. Setelah diencerkan dengan sirup, metadon harus diminum di tempat itu juga dengan pengawasan petugas.

Seperti pada medical information sebelumnya pada sehat-mu mengenai Kelumpuhan Dan Cangkang Kerang "Pernah ada yang pura-pura minum, tetapi saat petugas lengah ternyata metadon masuk ke kantongnya," ungkap Dr. Rahmi.

Pengawasan ketat dilakukan karena metadon dan juga narkotika lainnya sangat rawan oleh penyalahgunaan. Distribusi dan penggunaannya juga harus dilaporkan ke pemerintah.

Di Indonesia, PTRM merupakan program Kementerian Kesehatansehingga ada subsidi untuk pembiayaannya. Pemerintah menganggarkannya dari APBN serta bebrapa bantuan dari lembaga internasional.

Oleh karenanya, tak heran jika terapi ini terbilang cukup murah. Untuk sekali minum, pasien hanya membayar Rp 15.000 di rumah sakit atau Rp 5.000 di Puskesmas.

Lebih baik mencegah daripada mengobati bukan? mari kita tingkatkan healthy lifestyle dan perkaya akan medical information untuk menopang kehidupan yang lebih baik.

Hubungan antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Kemandirian Belajar pada Siswa Sekolah Menengah Atas

The quality of education is decreasing in Indonesia. According to Hasbullah (2005), the low quality of education in Indonesia is caused by two factors, internal and external. One of the internal factor is the lack of self direction in learning. Self direction in learning is a process where individual takes an initiative in planning, administering, and evaluating the learning system. One of the characteristics in a student that affects the self direction in learning is motivation. Parental social support play an active role in increasing motivation in a student. The purpose of this correlational research was to discover the relationship between parental social support and self direction in learning on highschool students.
The population of this research was the students of SMA Negeri 1 Medan, and a sample of 195 students was recruited from the 10th grade, the 11th grade, and the 12th grade. The researcher used a set of two Likert scales, including Self Directed Learning Scale, which was designed according to the components of self direction in learning by Candy (1991), and Parental Social Support Scale, which was designed based on the dimensions of social support by Sarafino (1998). The Parental Social Support Scale consists of 50 items, and the reliability of the scale is (rxx)=0.950. The Self Directed Learning Scale consists of 50 items, and the reliability of the scale is (rxx)=0.917.
To analyze the result, the researcher used Pearson Product Moment Coefficient Correlation. Outcome of data analysis shows there is significant correlation between parental social support and self direction in learning. The results showed a positive correlation between parental social support and self direction in learning on highschool students (r = 0.477, ρ (0,05)). It indicated that the higher the parental social support is given, the higher the self direction in learning is shown, and vice versa.
Abstract (other language): Menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru lagi. Menurut Hasbullah (2005) penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internalnya adalah kurangnya kemandirian belajar pada siswa. Kemandirian belajar merupakan proses dimana individu mengambil inisiatif dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sistem pembelajarannya. Salah satu karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kemandirian belajar pada diri siswa adalah motivasi pada diri siswa. Dalam meningkatkan motivasi berprestasi bagi diri siswa, peran atau dukungan sosial dari orangtua adalah hal yang sangat diperlukan.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas.
Populasi di dalam penelitian ini adalah siswa/i pada SMA Negeri 1 Medan dan sampel penelitian ini adalah 195 siswa di SMA Negeri 1 Medan. Penelitian ini menggunakan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu Skala Kemandirian Belajar dan Skala Dukungan Sosial Orangtua yang disusun seJustify Fullndiri oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan dimensi-dimensi dukungan Sosial Orangtua (Sarafino, 1998) dan komponen kemandirian belajar (Candy, 1991). Skala Dukungan Sosial Orangtua nilai reliabilitas (rxx)=0.950 dan terdiri dari 50 aitem, sedangkan Skala Kemandirian Belajar nilai reliabilitas (rxx)=0.917 dan terdiri dari 50 aitem.
Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil analisa menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dan kemandirian belajar. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar pada siswa sekolah menengah atas dengan nilai r – 0.477, ρ (0,05). Artinya semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka akan semakin tinggi kemandirian belajar pada siswa dan sebaliknya semakin rendah dukungan sosial orangtua maka akan semakin rendah kemandirian belajar pada siswa.

Perubahan Jumlah Total Limfosit Sebagai Alternatif Pemeriksaan CD4 Pada Pasien HIV AIDS Yang Diberikan Antiretroviral

Perubahan Jumlah Total Limfosit Sebagai Alternatif Pemeriksaan CD4 Pada Pasien HIV AIDS Yang Diberikan Antiretroviral: Authors: Br Barus, Mutiara
Advisors: Hariman, Herman; Kembaren, Tambar; Arma, Abdul Jalil Amri
Abstract: One method of monitoring the immune system in cases with HIV AIDS is by using CD4 measurement. However, this assay is not always available in many countries such as in Indonesia. There were reports to suggest, that total lymphocyte Count (TLC) correlates quite well with CD4, and therefore this study is designed to investigate whether TLC can be used as an alternative method to replace CD4 for patients with HIV AIDS especially in centres where CD4 assay is not available. 28 patients with HIV AIDS were recruited in this study and 3 cc of blood sample was taken from the median vein and put into EDTA for assays of TLC and CD4 . Sample was taken from HIV AIDS patients who never received antiretroviral (ARV) prior this study, and another sample was taken 3 months after receiving ARV. The results showed that Means ± S.D of they CD4 are 56,71 ± 73,17 and 196,21 ± 140,08 cell/ mm3 before and after ARV treatment respectively. The means ± S.D of total lymphocyte count (TLC) are 870,64 ± 432,80 and 1465,53 ± 447,40 cell/mm3 before and after treatment with ARV (p< 0,01). The statistical correlation showed that the coefficient correlation between CD4 and TLC is r = 0,55 ; p < 0,01. This shows that TLC can be used as an alternative method other than CD4 in monitoring the immune status of HIV patients treated with ARV.
Abstract (other language): Salah satu cara monitor status sistem immun pada penderita HIV AIDS adalah dengan pengukuran CD4. Tetapi pemeriksaan ini tidak dapat di lakukan di banyak sentra pengobatan di Indonesia. Ada beberapa laporan bahwa pengukuran total lymphocyte count (TLC) mempunyai hubungan yang baik dengan CD4, oleh karena itu penelitian ini di tujukan untuk mempelajari apakah TLC dapat menjadi alternatif CD4 pada pemeriksaan pasien pasien HIV AIDS terutama untuk daerah daerah pusat pengobatan yang belum mempunyai sarana CD4. Dua puluh delapan pasien penderita HIV AIDS direkrut dalam penelitian ini, sampel darah EDTA di ambil dari vena mediana cubiti sebanyak 3 ml untuk pemeriksaan TLC dan CD4. Sampel darah diambil dari pasien positif penderita HIV AIDS yang belum pernah mendapat antiretroviral (ARV), kemudian sampel berikutnya di ambil setelah 3 bulan mendapat ARV dan di lakukan pemeriksaan ulang CD4 dan TLC. Hasil menunjukkan bahwa Mean ± S.D dari CD4 sebelum dan sesudah ARV adalah 56,71 ± 73,17 dan 196,21 ± 140,08 sel/mm3 (p < 0,001) dan TLC sebelum dan sesudah ARV adalah 870,64 ± 432,00 dan 1465,53 ± 447,40 sel/mm3 (p < 0,001). Korelasi statistik antara CD4 dan TLC menunjukkan r = 0,55; p < 0,01 dan hal ini menunjukkan adanya korelasi sedang antara CD4 dan TLC. Sebagai kesimpulan adalah bahwa TLC dapat di gunakan sebagai pemeriksaan alternatif dari CD4 pada pasien HIV AIDS yang mendapat ARV.

Identifikasi Tepi Citra Menggunakan Algoritma Sobel Edge Detection

Identifikasi Tepi Citra Menggunakan Algoritma Sobel Edge Detection: Authors: Barus, Oktavianus
Advisors: Suyanto; Sitorus, Syahriol
Abstract: Edge detection method will detect all the edges or lines that form a picture or image
object and will clarify the return on these parts. The purpose of this detection is how
to object in the image can be recognized and simplified forms of the previous form.
Sobel edge detection method is a development of the basic methods of edge detection.
Designing a procedure to implement measures Sobel edge detection method will
produce a different image display with reliefs showing the effect or effects therein
Sobel. Relief effect is like a rough stone-carved look, the lines that form a rough
depiction of the object therein. Relief effect is formed from light and dark shadows.
Both of these shadows are the result of the beam on the image of a particular
direction. The data used is a sample image of the female reproductive organs in the
form of image files ending in. Bmp (bitmap).
In doing edge detection using Sobel operator produces a rich smooth image edges. But
still has shortcomings in the detection of edges in the image, where the detection is
still there is a missing edge in the image, making it difficult to distinguish the part of
the image. The advantages of this sobel method is the ability to reduce noise before
performing the calculation of edge detection so that the edges are generated much
more. From the results of the testing program by using the 5 sample images of the
female reproductive organ cancers are different, obtained the percentage contribution
of 20%, against the sharpness of the edge image of the female reproductive organ
cancers
Abstract (other language): Metode edge detection akan mendeteksi semua edge atau garis-garis yang membentuk
obyek gambar atau image dan akan memperjelas kembali pada bagian-bagian tersebut.
Tujuan pendeteksian ini adalah bagaimana agar obyek di dalam image dapat dikenali
dan disederhanakan bentuknya dari bentuk sebelumnya. Metode Sobel edge detection
merupakan pengembangan dari metode dasar edge detection. Perancangan sebuah
prosedur dengan menerapkan langkah-langkah metode Sobel edge detection akan
menghasilkan sebuah tampilan image yang berbeda dengan menampilkan efek relief
atau efek Sobel didalamnya. Efek relief adalah seperti sebuah tampilan batu kasar
yang diukir, yaitu garis-garis kasar yang membentuk sebuah penggambaran obyek
didalamnya. Efek relief terbentuk dari bayangan terang dan gelap. Kedua bayangan ini
terjadi akibat adanya sorotan sinar mengenai image dari arah tertentu. Data yang
digunakan adalah sampel citra organ reproduksi wanita berupa file citra berekstensi
.bmp (bitmap).
Dalam melakukan pendeteksian tepi dengan menggunakan operator Sobel
mengahsilkan tepi citra yang halus. Namun masih memiliki kekurangan dalam
pendeteksian tepi pada image, dimana dalam pendeteksian masih terdapat edge yang
terputus pada citra, sehingga sulit untuk membedakan bagian dari citra tersebut.
Kelebihan dari metode sobel ini adalah kemampuan untuk mengurangi noise sebelum
melakukan perhitungan deteksi tepi sehingga tepi-tepi yang dihasilkan lebih banyak..
Dari hasil pengujian program dengan menggunakan 5 sampel citra kanker organ
reproduksi wanita yang berbeda-beda, didapat persentase kontribusi sebesar 20 %,
terhadap ketajaman citra tepi kanker organ reproduksi wanita.

Tuberkulosis (Pengertian dan Penjelasan)

Tuberkulosis (Pengertian dan Penjelasan): Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.

Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.

Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.

Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia

Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.

Klasifikasi
Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
Tuberkulosis pada sistem saraf
Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
Tuberkulosis millier

Patofisiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.

M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga.
[sunting]
Penularan

Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.

Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak yang masih rentan daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah memasukkan Imunisasi Tuberkulosis pada anak anak yang disebut sebagai Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasonal beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT dan campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi

Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi , radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori atau gejala gejala yang erat hubungannya dengan organ pernafasan ( sedang gejala lokal lain sesuai akan sesuai dengan organ yang terlibat )

Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga nyeri dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up

Referensi
Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know, 4th edition (2000). Division of Tuberculosis Elimination, Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (Internet versionupdated Aug 2003).
Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society. Control and prevention of tuberculosis in the United Kingdom: Code of Practice 2000. Thorax 2000;55:887-901 (fulltext).
Thomas Dormandy (1999). The White Death: A History of Tuberculosis. ISBN 0-8147-1927-9 HB - ISBN 1-85285-332-8 PB
Mountains Beyond Mountains: The Quest of Dr. Paul Farmer, a Man Who Would Cure the World. Tracy Kidder, Random House 2000. ISBN 0-8129-7301-1. A nonfiction account of treating TB in Haiti, Peru, and elsewhere.
Ha SJ, Jeon BY, Youn JI, Kim SC, Cho SN, Sung YC. Protective effect of DNA vaccine during chemotherapy on reactivation and reinfection of Mycobacterium tuberculosis. Gene Ther. 2005 Feb 03; [Epub ahead of print] PMID 15690060
Tuberkulosis - Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006. ISBN 979-96614-7-1
wikipedia.com

Penyebab Tuberkulosis

Penyebab Tuberkulosis: Berikut penjelasan penyebab TBC/Tuberkulosis. Untuk obat klik disini: obat herbal tuberkulosis. Berikut penjelasan penyebab TBC silakan baca artikel di bawah ini.
Apa itu Tuberkulosis (TBC)?
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan olehMycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum.

Tuberkulosis menunjukkan penyakit yang paling sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, tetapi kadang disebabkan oleh M.bovis atau M.africanum.

Bakteri lainnya menyebabkan penyakit yang menyerupai tuberkulosis, tetapi tidak menular dan sebagian besar memberikan respon yang buruk terhadap obat-obatan yang sangat efektif mengobati tuberkulosis.

Tuberkulosis ditularkan melalui udara yang terkontaminasi oleh bakteri M. tuberculosis.
Penyebab Tuberkulosis / TBC
Penyebab utama TB, Mycobacterium tuberculosis””, adalah aerobik kecil non-motil basil. Lipid yang tinggi isi dari account patogen untuk banyak karakteristik yang unik klinis. Ini membagi setiap 16 sampai 20 jam, tingkat yang sangat lambat dibandingkan dengan bakteri lainnya, yang biasanya membagi dalam waktu kurang dari satu jam. (Sebagai contoh, salah satu yang tercepat-berkembang bakteri adalah strain E. coli””yang dapat membagi kira-kira setiap 20 menit.) Sejak MTB memiliki dinding sel tetapi tidak memiliki membran fosfolipid luar, itu diklasifikasikan sebagai suatu Gram positif bakteri. Namun, jika dilakukan pewarnaan Gram, MTB baik noda sangat lemah Gram-positif atau tidak mempertahankan pewarna karena lipid tinggi & mycolic kandungan asam dinding selnya. MTB dapat menahan desinfektan lemah dan bertahan dalam keadaan kering selama berminggu-minggu. Di alam, bakteri dapat tumbuh hanya dalam sel-sel dari organisme inang, namun”M. ””TBC dapat dikultur secara in vitro”.
Menggunakan noda pada sampel histologis meludah dari dahak (juga disebut dahak), para ilmuwan dapat mengidentifikasi MTB di bawah mikroskop biasa. Sejak MTB mempertahankan noda tertentu setelah dirawat dengan larutan asam, itu diklasifikasikan sebagai basil tahan asam (BTA). Teknik pewarnaan asam-cepat yang paling umum, pewarnaan Ziehl-Neelsen, pewarna AFBs merah terang yang menonjol jelas terhadap latar belakang biru. Cara lain untuk memvisualisasikan AFBs termasuk mikroskop auramine-rhodamine noda dan neon.
Para”M. TBC”yang kompleks meliputi empat penyebab TB mikobakteri lainnya:”M. bovis”,”M. africanum”,”M. Canetti”dan”M. microti”. M.” africanum”tidak luas, namun di beberapa bagian Afrika merupakan penyebab signifikan tuberkulosis. M.” bovis”pernah menjadi penyebab umum dari TBC, tapi pengenalan susu pasteurisasi telah sebagian besar dihilangkan ini sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara maju. M.” Canetti”adalah langka dan tampaknya terbatas ke Afrika, meskipun beberapa kasus telah terlihat di emigran Afrika. M.” microti”sebagian besar terlihat pada orang imunodefisiensi, meskipun ada kemungkinan bahwa prevalensi patogen ini telah diremehkan.
Patogen lain yang dikenal mikobakteri termasuk”Mycobacterium leprae”,””Mycobacterium avium danM.” kansasii”. Dua yang terakhir adalah bagian dari kelompok mikobakteri nontuberculous (NTM). Nontuberculous mikobakteri tidak menyebabkan TBC atau lepra, tetapi mereka lakukan””menyebabkan penyakit paru menyerupai TB.
Faktor risiko
Orang dengan silikosis memiliki sekitar 30-kali lipat””risiko lebih besar untuk mengembangkan TB. Orang dengan gagal ginjal kronis yang pada hemodialisis juga memiliki peningkatan risiko: 10-25 kali lebih besar daripada populasi umum. Orang dengan diabetes mellitus memiliki resiko untuk mengembangkan TB aktif yang dua sampai empat kali lebih besar daripada orang tanpa diabetes mellitus, dan risiko ini mungkin lebih besar pada orang dengan diabetes tergantung insulin atau kurang terkontrol. Kondisi klinis lain yang telah dikaitkan dengan TB aktif termasuk gastrektomi dengan penurunan berat badan dan malabsorpsi petugas, memotong jejunoileal, transplantasi ginjal dan jantung, karsinoma kepala atau leher, dan neoplasma lain (misalnya, kanker paru, limfoma, dan leukemia) yang silikosis sangat meningkatkan resiko TB, penelitian lebih lanjut tentang pengaruh berbagai (indoor) polutan udara pada penyakit akan diperlukan. Beberapa sumber yang mungkin dalam ruangan silika termasuk cat, beton dan semen Portland.
Berat badan rendah dikaitkan dengan risiko tuberkulosis juga. Sebuah indeks massa tubuh (BMI) di bawah 18,5 meningkatkan risiko sebesar 2-3 kali. Di sisi lain, peningkatan berat badan menurunkan risiko, Pasien dengan diabetes mellitus berada pada peningkatan risiko tertular tuberkulosis, dan mereka memiliki tanggapan yang lebih buruk terhadap pengobatan, mungkin karena penyerapan obat miskin
Kondisi lain yang meningkatkan risiko termasuk penyalahgunaan obat IV; TB infeksi baru atau riwayat TB tidak diobati; sinar-X dada sugestif TB sebelumnya, menunjukkan lesi fibrosis dan nodul; terapi kortikosteroid berkepanjangan dan terapi imunosupresif lainnya; pasien immunocompromised (30-40 % dari pasien AIDS di dunia juga mempunyai TB) penyakit hematologi dan retikuloendotelial, seperti leukemia dan penyakit Hodgkin; stadium akhir penyakit ginjal; memotong usus; kronis sindrom malabsorpsi; kekurangan vitamin D, dan berat badan rendah. Temuan ini baru-baru ini dikonfirmasi oleh serangkaian studi di Afrika Selatan. Polimorfisme gen tertentu dalam IL12B””telah dikaitkan dengan kerentanan TB.
Beberapa obat, termasuk obat rheumatoid arthritis yang bekerja dengan menghalangi tumor necrosis factor-alfa (suatu sitokin penyebab peradangan), meningkatkan risiko infeksi laten mengaktifkan karena pentingnya ini sitokin dalam pertahanan kekebalan terhadap TB.
Pengobatan

Laporan Investigasi Suspek Antraks Maros, Maret 2010

Laporan Investigasi Suspek Antraks Maros, Maret 2010: LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN KLB ANTRAKS
DI DESA TENRIGANGKAE KECAMATAN MANDAI
KABUPATEN MAROS, 29-31 MARET 2010


Latar Belakang

Penyakit Antraks sangat ditakuti, karena penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia). Hal inilah yang terjadi di Kabupaten Maros, walau hingga kini masih belum menelan korban jiwa namun ketakutan masyarakat sudah semakin membesar. Pasalnya sapi-sapi penduduk di Desa Tenrigangkae Kec. Mandai mulai mati satu persatu.

Sebagaimana diketahui bersama, terakhir kejadian Antraks pada sapi pernah terjadi pada bulan Januari 2010 tepatnya di Kecamatan Tompobulu. Sebelumnya, pernah muncul pada tahun 1984, dan daerah endemis pada Kecamatan Moncongloe, Tanralili, dan Mandai.

Berdasarkan informasi Dinas Peternakan Kabupaten Maros tanggal 29 Maret 2010 yang diterima via telepon oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Maros bahwa telah diterima hasil uji laboratorium dari Balai Besar Veteriner Positif Antraks pada daging sapi di Kec. Mandai, Desa Tenrigangkae. Setelah melakukan investigasi awal pada hari itu juga, ditemukan 3 kesakitan suspek antraks kulit akibat mengolah dan makan daging sapi positif antraks.

Hari itu juga dikirimkan laporan W1 kepada Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan untuk investigasi lebih lanjut. Pelacakan dan investigasi kasus dilakukan oleh tim Kabupaten dan Petugas Puskesmas serta tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 29-31 Maret 2010, untuk memastikan apakah disekitar lokasi tersebut ada kasus tambahan penderita / orang yang menderita antraks.

Tujuan
Untuk mengetahui kebenaran kasus Antraks yang dilaporkan dan luasnya penyebaranUntuk mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit Antraks di lokasi tersebut.Melakukan analisa situasi penyakit dan saran alternatif pencegahan.
Kronologis

Pada hari jumat, tanggal 19 Maret 2010 sebanyak 1 (satu) ekor sapi yang sedang sakit dipotong oleh warga dan pada hari itu juga dagingnya dibagi-bagikan kepada warga. Beberapa hari sebelumnya juga ada 4 (empat) ekor sapi yang sedang sakit dipotong oleh warga yang dagingnya dijual dan dibagi-bagikan kepada warga.Hasil uji laboratorium dari Balai Besar Veteriner Maros dinyatakan bahwa sapi yang mati tanggal 19 Maret 2010, ternyata diperiksa positif antraks.Ditemukan 3 (tiga) orang suspek Antraks kulit pada tanggal 29 Maret 2010 berupa benjolan/borok yang khasDinas Kesehatan mengirim Laporan W1 KLB Suspek Antraks ke Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi SelatanPada tanggal 31 Maret 2010Diadakan pengobatan massal kepada masyarakat yang sempat mengkonsumsi daging sapi yang telah terinfeksiDiadakan kegiatan KIE kepada masyarakatDinas Peternakan melakukan penyuluhan kepada para petaniMelakukan investigasi lanjutan untuk mencari kasus tambahan pada manusiaPengambilan sampel darah oleh BBLK Makassar sebanyak 14 sampel.
Metode Penyelidikan

Investigasi dilaksanakan dengan mengumpulkan data primer melalui :
Wawancara dengan petugas kesehatan yang menangani penderita dan masyarakat sehubungan dengan kematian hewan tersangka antraks.Wawancara dengan stakeholder (Kepala Puskesmas, Camat, Kepala Desa, PDSR Dinas Peternakan)Pengambilan sampel darah pada manusia untuk penegakan diagnosa.Wawancara dengan penderita tersangka antraks.
Tinjauan Pustaka Antraks

Antraks adalah Penyakit Hewan Menular yang bersifat zoonosis, akut menyerang hewan pemamah biak (sapi, kerbau, kambing, domba, babi, dll), burung unta maupunj manusia dan dimasukkan dalam golongan Re-emerging disease. Sejak tahun 1932 penyakit ini dilaporkan sudah endemis pada hewan di 11 Propinsi di Indonesia yaitu di Propinsi Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Papua, sedangkan kasus terakhir pada manusia tahun 2007/2008 dilaporkan di enam Propinsi yaitu di Propinsi Jawa Barat (Kabupaten Bekasi, Purwakarta), Jawa Tengah (Kabupaten Boyolali, Desember 2008), NTT (Kabupaten Sumba Barat, Maret 2007), NTB (Sumbawa Besar, Sumbawa Barat, Dompu, Bima), Sulawesi Selatan (Makassar) dan DKI Jakarta (Mei 2008). Sebahagian besar kasus adalah bersifat antraks kulit. Agen penyakit adalah Bacillus Anthracis, gram positif, non motile, dan berspora sedangkan bentuk vegetatif rentan terhadap desinfektan, antiseptik, dan antibiotik.

Cara penularan penyakit :
Kontak langsung dengan hewan sakitMenghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di tanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah.Mengkonsumsi daging hewan yang sakit/mati dan produknya karena antraksPernah dilaporkan melalui gigitan serangga Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks.Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadiMeskipun penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi terjadi tapi kewaspadaan standar tetap diperlukan seperti :Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan/kontak dengan pasienPeralatan bedah sehabis pakai cepat disterilkanKasa bekas pakai di bakarDianjurkan memakai pakaian pelindung dan sarung tangan sekali pakaiBila memiliki luka ditangan, tutup lukanya dan hindari kontak langsungHindari manipulasi pada luka AntraksPakai masker pada perawatan Antraks paruLakukan desinfeksi tingkat tinggi untuk semua peralatanManifestasi klinis Antrak
Antraks kulit (kontak langsung dengan hewan/produk hewan yang tercemar spora Antraks)Antraks gastrointestinal (akibat memakan daging tercemar, tangan yang tercemar)Antraks pulmonal (menghirup spora)Meningitis Antraks (penjalaran dari antraks bentuk lain)Pencegahan
Kewaspadaan dini menjelang terjadinya pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujanKebersihan individu dan lingkungan melalui perilaku hidup bersih dan sehat, tidak mengkonsumsi hewan sakit dan tidak membuat barang-barang dari produk hewan yang sakit/mati karena kuman antraksPencegahan pada reservoir dengan cara pemberian vaksinasi dan pengawasan pemotongan hewan pre dan post mortum.Gambaran Geografis dan Demografis

Kondisi geografis dari lokasi yang dilakukan penyelidikan KLB Antraks yang berada di Desa Tenrigangkae, Kec. Mandai, Kab. Maros, merupakan daerah daratan dan berjarak kira-kira 6 km ke Puskesmas Mandai dan terdapat fasilitas pelayanan kesehatan Pustu Tenrigangkae

Jumlah penduduk Kec. Mandai sebanyak 30.620 jiwa sedangkan Desa Tenrigangkae sebanyak 3.257 jiwa.

Hasil Investigasi

Masyarakat yang memakan daging hewan sakit sebanyak 55 orang dan 14 Orang diantaranya menimbulkan gejala demam dan gatal, langsung diberi obat pada Puskesmas Keliling hari itu juga.Telah dilakukan pengambilan sampel darah pada manusia sebanyak 14 orang yang demam dan gatal.Pengambilan sampel tanah oleh BTKL untuk pemeriksaan laboratorium.Melakukan koordinasi dengan lintas sektor terkait dalam hal pemeliharaan hewan agar terhindar dari penyakit antraks (Dinas Peternakan Kab. Maros)Sampai saat ini belum ditemukan kasus tambahan pada manusiaSampai saat ini tidak ada korban yang meninggal dunia.Tanggal 31 Maret 2010 melakukan pemeriksaan dan pengobatan terhadap penderita dan kontak langsung daging antraks (peternak, pemotong, pengolah, makan) yang datang ke Puskesmas Keliling Mandai berlokasi di Kantor Desa TenrigangkaeSampai saat ini ditemukan kasus tambahan pada sapi, 1 (satu) ekor sapi mati masing-masing pada hari Sabtu, 3 April 2010 dan hari Selasa, 6 April 2010.Rekomendasi
Melakukan surveilans aktif kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Mandai, Khususnya Desa TenrigangkaeMelakukan pemeriksaan dan pengobatan terhadap penderita yang datang ke Pustu/Puskesmas (peternak, yang makan daging sakit)Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat tentang gejala dan tanda penyakit antraks dan pencegahannya secara berkelanjutan.Mencari kasus/penderita yang dicurigai antraks di Desa Tenrigangkae dan Kompleks Pesantren Darul Istiqamah, Maccopa dan sekitarnya.Kepada Dinas Peternakan agar melakukan surveilans ketat pada hewan, baik itu mengenai lalulintas hewan, maupun tentang perizinan pemotongan hewan.Masyarakat agar membeli daging dari rumah potong hewan yang mempunyai izin operasi dan ditanda dengan stempel pada daging.Konsumen agar mencuci sampai bersih (sayuran dan buah-buahan), memasak daging sampai matang, agar spora atau basil Antraks mati.Tetap melakukan pemantauan (surveilans ketat) di Desa Tenrigangkae dan Kompleks Pesantren Darul Istiqamah, Maccopa bersama dengan masyarakat dan Puskesmas Mandai.



barometer Darah

Cara Ukur Keasaman Darah
PH darah Anda adalah penting untuk menjaga tubuh Anda seimbang, sebuah negara yang juga dikenal sebagai homeostasis. Banyak penyakit serius yang berhubungan dengan pH darah yang rendah, atau darah yang terlalu asam.Ketika Anda mencari tahu bagaimana asam darah Anda, Anda dapat membuat perubahan pola makan untuk membantu membawa tubuh Anda kembali ke kondisi yang optimal.Sangat mudah untuk melakukan tes untuk memeriksa pH darah Anda, Anda hanya perlu beberapa menit dan beberapa perlengkapan sederhana.
Petunjuk

Things You’ll Need: Hal yang Anda akan Need:
* Lancets

* tes pH strip dengan perbandingan bagan
Langkah 1
Menusuk ujung jari Anda dengan sebuah pisau bedah atau jari tusuk. Remas daging di tusukan untuk menarik keluar darah.
Langkah 2
Celupkan ujung strip uji pH Anda ke dalam darah. Tunggu beberapa menit untuk pengujian strip untuk mendaftarkan membaca.
Langkah 3
Bandingkan warna yang dihasilkan pada pengujian Anda strip ke bagan warna yang datang dengan itu.PH rata-rata darah yang sehat adalah 7,365, sehingga pengujian Anda strip harus kembali mencari mirip dengan warna dalam rentang 7-7,5. Jika tidak sesuai dengan yang jangkauan, Anda dapat menentukan seberapa asam atau basa darah Anda adalah dengan mencari warna pada tabel yang paling cocok dengan strip tes.
Langkah 4
Ikuti tes darah Anda dengan tes urin atau air liur Anda juga. Meskipun metode ini tidak begitu akurat, cara ini seharusnya memberi Anda membaca serupa untuk mengkonfirmasi hasil tes darah Anda.

exempel Laporan Investigasi DBD Maros, Maret 2010

Laporan Investigasi DBD Maros, Maret 2010: LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN
KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KELURAHAN ALLEPOLEA, KECAMATAN LAU, KABUPATEN MAROS
11 MARET 2010

Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut.
Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Barandasi tanggal 11 Maret 2010 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dan di Kelurahan Allepolea, maka telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan seperlunya oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Maros bersama tim dari petugas puskesmas Barandasi.

Tujuan
Mengetahui kebenaran kasus KLB DBD yg dilaporkan dan luasnya penyebaranMengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi Melakukan gambaran situasi penyakit dan saran alternatif pencegahanMelakukan penanggulangan DBD di lokasi
Kondisi Geografi dan Demografi


Kel. Allepolea merupakan salah satu kelurahan di Kec. Lau, Kab. Maros sekitar 2 km dari pusat kab. Maros. Wilayahnya terdiri atas dataran dengan persawahan dan pemukiman penduduk.

Jumlah penduduk Kecamatan Lau kurang lebih 23.000 jiwa dengan luas wilayah 53,76 km2

Sarana Kesehatan

Terdapat 1 puskesmas yaitu puskesmas Barandasi, 1 pustu, dan 20 posyandu

Hasil Kegiatan

Berdasarkan informasi dari petugas surveilans puskesmas Barandasi, ditemukan hal-hal sbb
Terdapat 1 (satu) kematian akibat DBD di lingkungan Pamelakang Jene, kelurahan Allepolea, Kec. LauNama penderita adalah SHR, umur 2 tahun, jenis kelamin perempuan, Berat badan 8 kg, Anak ke-5 dari 5 bersaudara, anak dari pasangan UMR (37 thn, Security) dan LTG (36 thn, IRT)- Timeline kasus


Analisis Situasi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah/bangunan. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit darah orang yang :
Sakit DBD Tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus dengueBila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur nyamukDari kegiatan pelacakan epidemiologi di kelurahan Allepolea, kondisi pemukiman yang tidak layak huni menjadi penyebab mudahnya penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Lingkungan perumahan tergenang air dan sangat kotor.

Berdasarkan hasil pelacakan tidak ditemukan adanya penderita tambahan di sekitar lokasi rumah penderita, namun 1 orang penderita meninggal dunia sehingga CFR 100% .

Populasi berisiko adalah penduduk sekitar rumah penderita yang padat penghuni dan lingkungan yang kotor dan tergenang.

Angka bebas jentik tidak diketahui karena tidak ada petugas jumantik di lokasi kejadian. Namun walaupun kemudian ternyata tingkat kepadatan nyamuk Aedes aegypti renah, apabila nyamuk dan jentik tidak dibasmi maka setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya dan menularkan virus dengue ke orang sehat di sekitarnya.


Penanggulangan yang Telah Dilaksanakan
Fogging fokusPenyuluhan dari rumah ke rumahPembagian bubuk abate dan kaporit
Kesimpulan
Telah terjadi KLB DBD di Kel. Allepolea Kec. Lau Kab. Maros pada tanggal 11 Maret 2010Ditemukan 1 orang penderita DBD dengan kematian 1 orang, CFR 100%Penderita adalah perempuan, usia 2 tahunFaktor risiko adalah penduduk yang tinggal di sekitar rumah penderita beradius 100 m dan pemukiman yang tergenang dan kotor Saran
Frekuensi penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit DBD perlu ditingkatkan antara lain mengenai 3M plusUntuk menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk DBD maka disarankan tidur dalam kelambu, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, menggunakan obat nyamuk bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk, Membersihkan lingkungan sekitar agar pemukiman tidak kotor dan tergenangPerlu adanya kerjasama lintas sektor, lintas program, dan masyarakat dalam program pemberantasan penyakit DBDSistem Surveilans DBD di Puskesmas Sudiang perlu ditingkatkan dan pelaksanaan system kewaspadaan dini (SKD) terutama dalam analisa data pra KLB

Jenis Surveilans Epidemiologi

Jenis Surveilans Epidemiologi: Jenis Surveilans Epidemiologi antara lain :
1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalahmencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS pada tahun 1980-an dan SARS.
Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial.
Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar.
Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secaraselektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007).
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatiansurveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.
Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak programsurveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumber daya masing-masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.
Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006).
Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010).
4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi dan memonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).
5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsimengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk; (3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008).
--- Prof. Bhisma Murti ---

Penyelidikan epidemiologi dan surveilans dalam rangka penanggulangan KLB/Wabah

Penyelidikan epidemiologi dan surveilans dalam rangka penanggulangan KLB/Wabah: Penyelidikan epidemiologi dan surveilans dalam rangka penanggulangan KLB/Wabah---


Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan perkembangan penyakit dan kebutuhan upaya penanggulangan wabah. Tujuan penyelidikan epidemiologi adalah :
Mengetahui gambaran epidemiologi wabah
Mengetahui kelompok masyarakat yang yang terancam penyakit wabah
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit wabah termasuk sumber dan cara penularan penyakitnya
Menentukan cara penanggulangan wabah

Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesuai dengan tatacara penyelidikan epidemiologi untuk mendukung upaya penanggulangan wabah, termasuk tata cara bagi petugas penyelidikan epidemiologi agar terhindar dari penularan penyakit wabah.

Surveilans di daerah wabah dan daerah-daerah yang berisiko terjadi wabah dilaksanakan lebih intensif untuk mengetahui perkembangan penyakit menurut waktu dan tempat dan dimanfaatkan untuk mendukung upaya penanggulangan yang sedang dilaksanakan, meliputi kegiatan-kegiatan :
Menghimpun data kasus baru pada kunjungan berobat di pos-pos kesehatan dan unit-unitr kesehatan lainnya, membuat tabel, grafik, dan pemetaan dan melakukan analisis kecenderungan wabah dari waktu ke waktu dan analisis data menurut tempat RT, RW, desa dan kelompok-kelompok masyarakat tertentu lainnya.
Mengadakan pertemuan berkala petugas lapangan dengan kepala desa, kader dan masyarakat untuk membahas perkembangan penyakit dan hasil upaya penanggulangan wabah yang telah dilaksanakan.
Memanfaatkan hasil surveilans tersebut dalam upaya penanggulangan wabah.

Hasil penyelidikan epidemiologi dan surveilans secara teratur disampaikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi dan menteri up. Direktur Jenderal sebagai laporan perkembangan penanggulangan wabah.


Pengobatan Nyeri Haid & Keputihan

Pengobatan Nyeri Haid & Keputihan: Nyeri Haid (Dysmenorrhoe) ini dibagi dalam dua jenis, yaitu Xu dan Shi. Nyeri untuk Xu disebabkan oleh gelisah, banyak berfikir, marah atau saat menstruarsi terkena dingin atau minum yang dingin sehingga terjadi darah beku pada uterus. Nyeri untuk Shi disebabkan oleh kurangnya Qi Xue sehingga meridian Cung dan Meridian Ren tidak seimbang.

Penggolongan penyakit nyeri haid :
1. Shi
Sebelum menstuarsi perut bagian bawah terasa sakit. Letak sakit menetap, sangat nyeri, tidak suka ditekan, kadang-kadang sakit sampai ke pinggang dan kaki. Setelah menstruasi nyeri ebrkurang, menstruasi kurang lancar, berwarna ungu kehitaman dan terdapat gumpalan darah serta nadi seperti sinar.

2. Xu
Setelah Menstruasi atau akhir menstuarsi perut bagian bawah terasa nyeri, sakitnya terus-menerus, sakitnya terus-menerus. Bila dihangati sakit berkurang. berwarna pucat dan sedikit darah, terlihat takut dingin, sakit berdebar-debar, pusing kepala serta nadi halus tidak bertenaga.

Nyeri haid yang disebabkan oleh gangguan Xu ataupun gangguan Shi dapat diobati melalui pengobatan akupunktur, penyinaran (fisioterapi) maupun terapi pijat di tempat dimana rasa sakit itu berkembang pada saat menstruasi. "Accurate" Health Center dapat memanfaatkan pengobatan akupunktur, penyinaran dan pijat pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit tersebut, namun memerlukan waktu yang cukup lama untuk kesembuhan total dan tergantung oleh seberapa lama penyakit tersebut dideritanya.

Titik-titik akupunktur untuk mengobati nyeri haid yang disebabkan oleh gangguan Shi :
1. Xuehai, untuk melancarkan darah
2. Diji adalah titik Xu dan meridian Limpa, dikombinasi dengan Hegu untuk menghilangkan nyeri pada perut
3. Zhongji, Daju adalah titik lokal untuk melancarkan menstruasi dan menghilangkan rasa sakit.

Titik-titik akupunktur untuk mengobati nyeri haid yang disebabkan oleh gangguan Xu :
1.Guanyuan dimoxa untuk menghangatkan dan menambah Yian Qi
2. Pishu, shenshu mengatur fungsi limpa dan ginjal
3. Zusanli, sanyinjiao untuk menguatkan limpa lambung

Keputihan (Leukorrhoe)

Bila sedang tidak mengalami menstruasi tetapi dari vagina keluar cairan yang putih/kuning dan terus-menerus biasanya disebut keputihan (leukorhoe). Hal ini disebabkan oleh karena Qi Xue lemah dan lembab panas turun ke bawah sehingga meridian cong dan ren tidak seimbang. Qi dan meridian Dai juga tidak kuat.

Warna keputihan dapat putih dan kuning, karena Qi Xue dan lembab umumnya terjadi warna putih encer atau sedikit kuning, amis disebut keputihan. Nila karena lembab panas turun ke bawah warnanya kuning dan kemerahan berbau amis sekali. Sering terjadi pinggang pegal, pusing kepala, tubuh terasa lelah dan lain-lain.

Titik-titik akupunktur yang dipilih untuk mengobati keputihan :

1. Qihai, untuk melancarkan Qi dari Meridian Chong dan Ren
2. Daimai dan Wushu dapat menguatkan meridian dan mengobati keputihan (putih dan kuning)
3. Sanyinjiao untuk menurunkan panas dan menghilangkan lembab.
4. Shenshu, menguatkan Qi ginjal baik untuk gejala Xu
5. Ciliao dan Baihuanshu adalah titik lokal untuk menghentikan keputihan

Penyakit ini (keputihan) dapat berhubungan dengan radang genetalia, misalnya radang uterus, dsb dan juga dapat menyebabkan kegatalan pada alat kelamin.
menyediakan layanan pengobatan akupunktur, penyinaran, moxibusi, pijat pengobatan ataupun refleksi kaki untuk mengobati penyakit nyeri haid dan keputihan. Nyeri haid yang terdapat di daerah bagian bawah perut merupakan gumpalan darah yang kurang lancar ataupun adanya darah beku sehingga dapat dilaksanakan terapi akupunktur untuk menghancurkan gumpalan darah atau darah beku tersebut. Pengobatan akupunktur adalah pengobatan tradisional, alamiah dan tanpa efek samping.

Kemudian, juga dapat menambahkan pengobatan refleksi kaki untuk mengobati penyakit keputihan, karena di kaki terdapat banyak syaraf yang berhubungan dengan organ tubuh, terutama organ reproduksi sehingga pengobatan refleksi kaki memang cocok untuk mengobati penyakit keputihan, karena keputihan merupakan penyakit dalam yang dapat dari organ intim kewanitaan.

Body Detox Herbs

Body Detox Herbs: It is a fact that some pesticides, chemicals, and certain fumes are present in the environment that is affecting your immune system and jeopardizing your health. Moreover, the foods that you eat can lead to a toxic atmosphere lowering your overall immunity. Toxic load is the condition of tissues and cells where internal terrain is developed after food consumption of highly processed foods. Your body needs to be cleansed from these unwanted toxins. The process is called detoxification.
Although you have the kidney and liver which are organs considered as natural detoxifiers filtering out the impurities of the bodies, you need to consider other ways to detoxify your body from toxins. Some of the methods can be extreme like long fasting from juice drinks or dialysis.
Take note, your immune system is the defense mechanism of your body. So, disease and infections should be prevented before it affects your whole body through toxin’s removal. As you could observe, the illness’ frequency of a person is dependent on the immune’s system strength which is composed of complex networks of nodes and lymph channels.
There are detox herbs that are beneficial in making your immune system strong. These herbs are the perfect and natural way of removing toxins from your immune systems to minimize acquired illnesses and to develop your general well-being.
Several herbs for detoxifying are much better for improving your immune systems than others. However, there are specific considerations for the detoxification program that you choose. But the following detox herbs can be used according to your needs.
- Psyllium seeds promote healthy bowel movement generally maintaining its good condition. It could be used in helping bowel related problems like diarrhea. This herb is good because it has an absorption property similar to a sponge where it helps in removing the toxins inside your body.
- Cascara Sagrada is generally a good natural laxative flushing the toxins out of your system. It also helps in strengthening your colon and other related muscles. This herb is used together with psyllium seeds.
- Milk thistle is also a very valuable substance used often to simulate the protein synthesis in the liver. It is used effectively in soaking different types of toxins found in drugs and alcohols that can damage your body.
- Nettles are used as a portion of the detox herb mixture in cleansing the urinary systems as well as any part of the body.
- Burdock roots are also perfect for stronger cleansing needs. It is helpful in reducing the heavy metals build-up within your body which causes immune system problems.
- Dandelion roots are detox herbs having strong cleansing properties appropriate for your liver. It is good for removing the gall bladder wastes and also works well for kidneys if used with other compatible detox herbs.
People would really need to detoxify themselves due to the presence of toxins in processed foods and in polluted air. Using herbs is not new in detoxification programs because its cleansing and healing properties have been known for so many years. Thus, it is now being accepted in the detoxification concept treating patients worldwide.
These herbs can effectively flush out unwanted toxins from your immune system allowing you to look and feel great. It can save you from acquiring severe illnesses. Brilliant detox herbs can really do wonders in a person’s life.
Incoming search terms for this article:detoxify herbal plantsDetox herbherbal plants for detoxificationherb plants as detoxifiersplants that detoxify bodyplants that detoxify the bodyhome remedies detoxify your liverdetox plantsplants that detoxnatural detox plants

HygienaKumalaSuci

HygienaKumalaSuci
Sulit untuk tertidur terutama pada malam hari tentu sangat menjengkelkan, terutama bila anda sudah lelah akibat aktivitas harian dan hendak beristirahat, akan tetapi mata tidak mau terpejam juga. Akibatnya anda bangun keesokan harinya dengan badan yang lelah dan emosi yang labil sehingga mengganggu aktivitas anda. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sulit tidur ini? Dan bagaimana mengatasinya?
Sebelum membahas gangguan tidur ini, tentu lebih baik bila kita mengetahui pola tidur yang normal dulu.

Tidur yang normal berlangsung dalam beberapa fase dan berlangsung secara teratur dan aktif. Lamanya waktu tidur yang diperlukan bervariasi tiap orang, secara garis besar dibagi menjadi: long sleeper, artinya waktu tidurnya berlangsung lama biasanya lebih dari 9 jam dan short sleeper, artinya waktu tidur yang dibutuhkan hanya kurang dari 6 jam, serta ditengah-tengahnya.
Selama tidur terjadi perubahan-perubahan fase tidur yang terbagi menjadi dua yaitu:
1. fase NREM ( non-Rapid Eye Movement ) ditandai dengan penurunan aktivitas tubuh, yang dapat dilihat dari penurunan tekanan darah, denyut jantung, suhu badan, dan frekuensi pernafasan. Tonus otot baik dan gerakan-gerakan bola mata yang pelan dan teratur.
Fase NREM ini dibagi menjadi 4 fase :
a. Fase 1: ± 5 % dari total waktu tidur anda. Ini merupakan tidur yang paling ringan dimana anda mulai merasa mengantuk
b. Fase 2: ± 50 % dari total waktu tidur anda. Pada fase ini anda mulai tertidur tetapi dapat dibangunkan dengan mudah oleh suara atau sentuhan pada tubuh anda.
c. Fase 3: pada fase ini anda mulai tertidur dalam dan lebih sulit untuk dibangunkan.
d. Fase 4: ini merupakan fase yang terdalam dari fase NREM dan anda sulit sekali untuk dibangunkan. Pada fase ini biasanya anda akan mengalami mimpi yang sifatnya jelas dan terstruktur ceritanya dan pada fase ini terjadi pengistirahatan pikiran dan mental anda.
2. Fase REM ( Rapid Eye Movement ): ± 20 – 25 % dari waktu tidur anda. Fase ini ditandai dengan gerakan bola mata yang cepat dan sinkron, kedutan pada otot-otot muka dan ekstremitas, ereksi penis, variasi denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan. Otot-otot tubuh serasa lumpuh sehingga pada fase ini merupakan fase pemulihan tubuh dari kelelahan akibat aktivitas sebelumnya. Pada fase ini biasanya mimpi paling sering terjadi dan bersifat abstrak
Fase NREM biasanya berlangsung dalam waktu 30-40 menit untuk kemudian disusul dengan fase REM yang berlangsung sekitar 90-100 menit untuk kemudian berulang kembali. Semakin lama fase REM akan lebih panjang dari fase NREM hingga akhirnya tidur menjadi lebih ringan dan anda akan terbangun. Siklus tidur ini harus berlangsung secara teratur dan lengkap untuk menghasilkan tidur yang berkualitas dan cukup.
Gangguan tidur, dalam hal ini insomnia/sulit tidur adalah gangguan tidur yang ditandai oleh kesulitan untuk tertidur atau mempertahankan tidur untuk waktu yang sesuai dengan waktu tidurnya atau waktu tidurnya cukup tetapi saat bangun anda tidak merasa segar. Seseorang dapat dikatakan mengalami insomnia bila keluhan telah berlangsung tiga kali dalam seminggu dalam sebulan terakhir ini dan secara nyata telah mengganggu aktivitas harian anda dan saat keluhan insomnia terjadi anda tidak sedang mengkomsumsi obat-obatan atau makanan yang dapat mencegah kantuk.
Insomnia secara garis besar dibagi menjadi :
- sulit untuk tertidur
- sulit untuk mempertahankan tidur, dalam arti mudah sekali terbangun di tengah-tengah tidur
- mudah untuk tertidur tetapi terbangun terlalu cepat dan tidak dapat tidur lagi
Menurut sebabnya, Insomnia dapat dibagi menjadi :
1. insomnia primer yaitu insomnia yang terjadi tanpa ada penyebab yang melatarbelakanginya
2. insomnia sekunder yaitu insomnia dengan sebab yang jelas. Dalam hal ini hanya perlu mengatasi sebab yang melatarbelakanginya. Insomnia dapat disebabkan oleh faktor organic (penyakit-penyakit yang saat ini sedang diderita) dan faktor non-organik (ketakutan, cemas, stres, obat-obatan, kafein, depresi, gangguan mental bipolar, tekanan mental, masalah dalam pekerjaan, masalah keuangan, masalah dalam kehidupan seksual) serta kadang-kadang insomnia dapat muncul tanpa alasan-alasan yang melatarbelakanginya.
Perlu dibedakan antara insomnia dengan keadaan jetlag dimana terjadi perubahan pola tidur untuk sementara waktu akibat perbedaan waktu antar wilayah, atau dengan pasien yang mengalami misalnya persepsi tidur dimana tidurnya cukup tapi selalu mengeluh kurang tidur, dalam hal ini anda hanya perlu menenangkan diri. Semakin tua usia anda maka kebutuhan tidur anda semakin berkurang sehingga anda yang berusia lanjut tidak perlu khawatir akan kekurangan waktu tidur.
Jika anda mengalami insomnia atau kesulitan tidur seperti diatas maka berikut adalah tips-tips sederhana yang dapat anda ikuti :
1. bangun tidur pada waktu yang sama setiap harinya. Ini sangat penting, walaupun waktu tidur anda kurang pada awalnya tetapi ini akan membentuk pola tidur yang tetap sehingga akhirnya membuat tidur lebih teratur dan cukup.
2. lakukan kebiasaan tidur yang baik seperti :
- pertahankan waktu tidur yang teratur
- gunakan kamar tidur hanya untuk tidur
- jaga agar kamar tidur tenang dan hangat
- matikan lampu untuk menstimuli kantuk
- dengarkanlah musik yang lembut dan menenangkan seperti musik instrumental
- kembangkan suatu “ritual tidur” sekitar satu jam sebelum tidur
- jangan melakukan latihan atau olahraga setelah makan malam
- hindari aktivitas mental yang terlampau semangat pada saat menjelang malam
- Cobalah makanan kecil (ngemil) pada saat ingin tidur misalnya susu hangat
- Hindari alkohol dan kopi setelah sore hari
- Hindari tidur pada siang hari kecuali terbukti tidur siang akan memicu tidur pada malam hari
- Mandi dengan air hangat sebelum tidur
- Hindari makan malam yang terlalu banyak atau terlalu kenyang
3. Cobalah terapi-terapi relaksasi seperti pijatan, meditasi, hypnosis diri, dll.
Bila cara-cara diatas tidak membantu maka dapat dicoba memakai obat-obatan pencetus tidur, tetapi harus sesuai dengan dosis yang diberikan oleh dokter dan sebaiknya jangan terlalu bergantung pada obat karena akan menimbulkan ketergantungan akan obat tidur dimana dosisnya akan meningkat seiring penggunaan terus menerus.
Sebagian besar insomnia muncul sebagai tanda awal adanya masalah dalam hidup anda sehingga akan lebih tepat bila anda berkonsultasi atau sekedar bercerita tentang beban atau masalah hidup anda baik kepada dokter psikiatri ataupun orang terdekat anda, sehingga anda terhindar dari masalah tidur. Selamat mencoba!
Sumber pustaka :
David A.Tomb.2000.Buku Saku Psikiatri 6th edition.EGC
Kaplan and Sadock.1991. Synopsis Of Psychiatry 6th edition.
www.minniepauz.com/insomnia.gif
www.wikipedia.org

TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. “Y”

TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. “Y”: Pengkajian dilakukan tanggal 17 november 2009 pukul 13.00 WIB di ruang perawatan kebidanan RSK. DR. Rivai Abdullah Palembang oleh Mahasiswi Poltekkes Depkes Palembang Jurusan Kebidanan.

I. DATA SUBJEKTIF
A.Biodata
Nama ibu : Ny.Y Nama ayah : Tn.A
Umur : 21 tahun Umur : 26 th
Agama : Islam Agama : islam
Suku / bangsa : Indonesia Suku / bangsa : indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : swasta
Alamat : Alamat :

B.Alasan Datang
Ibu datang ke RSK. DR. Rivai Abdullah pada tanggal 17 november 2009 mengaku hamil lewat bulan, anak pertama, mules (-), lendir darah (-), air-air (-), dan gerakan anak masih dirasakan.

C. Data Kebidanan
1. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 Tahun Warna : Merah kehitaman
Siklus : 28 hari Jumlah : sedang
Lamanya : 7 hari Dismenorhoe : tidak ada
2. Riwayat Perkawinan


Kawin : 1 kali dengan suami sekarang
Lamanya : 1 tahun
Umur waktu kawin : 18 tahun

3. Riwayat Kehamilan,Perkawinan dan Nifas yang lalu.
No Umur Kehamilan Jenis Persalinan Ditolong oleh Penyulit Tahun Persalinan Nifas /laktasi Anak
JK BB PB keadaan
Ini

4. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 26-01-2009 ANC : di bidan
TP : 03-11-2009 Tablet Fe : 90 tablet sudah habis diminum
Usia Kehamilan : 42 minggu 1 hari TT : 6X dibidan
Keluhan selama hamil :
• Trimester 1 : mual, pusing, miksi
• Trimester II : miksi
• Trimester III : miksi, nyeri pinggang

D. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : pernah
Pernah menjadi akseptor KB : belum pernah
Jenis kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
Lama menjadi akseptor KB : -
Alasan berhenti menjadi akseptor KB : -

E. Data Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang diderita pasien
• Penyakit menular (AIDS/HIV, TBC, Sifilis) : tidak ada
• Penyakit Keturunan (Hipertensi, Jantung, ginjal) : tidak ada
• Penyakit yang pernah diderita pasien : tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga/keturunan
• Penyakit menular (AIDS/HIV, TBC, Sifilis) : tidak ada
• Penyakit Keturunan (Hipertensi, jantung, ginjal) : tidak ada

3. Riwayat operasi yang pernah dijalani : tidak ada
4. Riwayat keluarga/keturunan
• Gemelli : tidak ada

F. Data Kebiasaan sehari-hari
1. Pola Nutrisi
• Makan : 3x sehari
Pagi : nasi goreng,secangkir teh manis
Siang : sepiring nasi,ikan,semakuk sayur dan buah
Malam : sepiring nasi,tempe dan semangkuk sayur
• Pantangan makan : tidak ada
• Minum : 8-10 gelas perhari
2. Pola istirahat dan Aktivitas
• Tidur / Istirahat malam : ± 6-7 jam / hari
• Tidur / istirahat siang : ± 1-2 jam / hari
• Aktivitas : pekerjaan rumah tangga
3. Pola Eliminasi
• BAB
Frekuensi : 1-2 x sehari Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan Penyulit : tidak ada
• BAK
Frekuensi : 5-7x perhari Penyulit : tidak ada
Warna : kuning jernih
4. Personal Hygiene
• Mandi : 2x sehari
• Gosok gigi : 2x sehari
• Ganti pakaian dalam : 2x dan apabila lembab


G. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : baik
Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan ini : menerima
Pengambilan keputusan keluarga : musyawarah
Adat / kebiasaan yg dilakukan mempengaruhi kehamilan : tidak ada
Kebiasaan merokok dan minum-minuman keras : tidak ada
Rencana tempat Persalinan : bidan

II. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi Badan : 160 cm d. Tanda-tanda vital
b. Berat Badan Keadaan Umum : baik
Sebelum hamil : 49 kg Kesadaran : compos mentis
Selama hamil : 60 kg Tekanan darah : 100/80 mmHg
c. Lila : 26 cm Suhu : 36,6 0C
Pulse : 80 X/menit
RR : 20 X/menit
B. Pemeriksaan Kebidanan
1. Inspeksi
• Kepala
Rambut : Rambut bersih, tidak rontok
Mata : Konjungtiva tidak anemi, sclera tidak ikterus
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak ada caries gigi dan sariawan
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
• Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : tidak ada
Pembesaran vena juguralis : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
• Dada
Mamae : simetris
Areola mamae : hiperpigmentasi
Putting susu : menonjol
Colostrum : ada
• Abdomen
Pembesaran : simetris
Striae livide : ada
Linea nigra : ada
Linea Albicans : tidak ada
Striae albicans : tidak ada
Luka bekas operasi : tidak ada
• Genetalia eksterna : oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
Pengeluaran : tidak ada.
• Ekstremitas
Atas : tidak ada kelainan
Bawah : tidak ada varices
2 Palpasi
Leopold 1 : TFU 3 jari bawah px (Mc.Donald :33 cm)
Leopold II : Punggung janin teraba di sebelah kiri perut ibu, bagian kecil janin teraba di sebelah kanan perut ibu.
Leopold IV : U ( Penurunan 1/5 )
Leopold II : Presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP
TBBJ : ( 33 – 12 ) x 155 = 3255gram
His : ( - )
3. Auskultasi
DJJ : ( + )
Frekuensi : 145 x / menit
Sifat : Teratur
Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu
4. Perkusi
Refleks Patella Ka/Ki : +/+
5. Pemeriksaan Dalam
Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

III. ASSESSMENT
Diagnosa :G1P0AO, hamil post matur, JTH, Preskep.
Masalah : blum inpartu, kehamilan lewat bulan
Kebutuhan : persalinan segera.

IV. PLANNING
1. Mengobservasi keadaan ibu dan janin.
→ keadaan ibu dan janin baik.

2. Menganjurkan ibu untuk banyak-banyak minum air putih.
→ ibu mau banyak minum

3. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi :
• I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul
Gtt X deifinitif
→ Kolaborasi dengan dokter

perkembangan..18-11-2009
Pengkajian Dilakukan pada pukul : 07.00 WIB
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama semakin sering.
II. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang Nadi : 80 x/menit
Kesadaran : compos mentis RR : 22 x/menit
TD : 110/80mmHg Suhu : 36,8 0 C
b. Pemeriksaan kebidanan
1. Inspeksi
- Keluar lendir bercampur darah dari vagina
2. Palpasi
HIS : 2x dalam 10 menit, lamanya 30 detik
Sifat : kuat dan teratur
3. Auskultasi
Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu
DJJ : (+)
Frekuensi : 142x/menit
Sifat : kuat dan teratur
4. Pemeriksaan Dalam
o Portio
Konsistensi : tipis
Pendataran : 50%
Pembukaan : 3 cm
o Penunjuk : ubun-ubun kecil kiri depan
o Ketuban : (+)
o Penurunan : hodge I(+)

III. ASSESSMENT
Diagnosa : G1P0AO, hamil posterm, inpartu kala 1, fase laten, janin tunggal hidup, presentasi kepala
Masalah : ibu mengeluh kesakitan
Kebutuhan :
 Persiapan pertolongan kala I
 Dukungan keluarga
 Asupan nutrisi

IV PLANNING
1. keadaan ibu dan janin.
→. keadaan ibu dan janin baik.

2. Memberikan support mental dalam proses persalinan

3. I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul
Gtt XL deifinitif
→ Kolaborasi dengan dokter

4. Menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri.
→ ibu mau tidur dengan posisi miring kekiri.

5. Memberikan asupan nutrisi kepada ibu
→ ibu mau meminum teh manis yang diberikan

6. Mengobservasi kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf dan melakukan pemeriksaan → kemajuan persalinan di observasi

7. Persiapan persalinan ibu, penolong persalinan dan alat.

Pengkajian Dilakukan pada pukul : 18.30 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang yang semakin lama semakin sering.
IV. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang Nadi : 80 x/menit
Kesadaran : compos mentis RR : 22 x/menit
TD : 120/70mmHg Suhu : 36,8 0 C
2. Pemeriksaan kebidanan
b. Inspeksi
- Keluar air-air dan lendir bercampur darah dari vagina
c. Palpasi
HIS : 4x dalam 10 menit, lamanya 30 detik
Sifat : kuat dan teratur
d. Auskultasi
Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu
DJJ : (+)
Frekuensi : 130x/menit
Sifat : kuat dan teratur
e. Pemeriksaan Dalam
o Portio
Konsistensi : tipis
Pendataran : 70%
Pembukaan : 7 cm
o Penunjuk : ubun-ubun kecil kiri depan
o Ketuban : (-)
o Penurunan : hodge I(+)

II. ASSESSMENT
Diagnosa : G1P0AO, hamil posterm, inpartu kala 1, fase aktif, janin tunggal hidup, presentasi kepala
Masalah : ibu mengeluh kesakitan
Kebutuhan :
• Persiapan pertolongan kala I
• Dukungan keluarga
• Asupan nutrisi

III. PLANNING
1. Mengobservasi keadaan ibu dan janin.
→. keadaan ibu dan janin baik.

2. Memberikan support mental dalam proses persalinan

3. I VFD Ringer Laktat + induxin ½ ampul
Gtt XL deifinitif
→ Kolaborasi dengan dokter


4. Menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri.
→ ibu mau tidur dengan posisi miring kekiri.

5. Memberikan asupan nutrisi cairan kepada ibu
→ ibu mau meminum teh manis yang diberikan

6. Mengobservasi kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf dan melakukan pemeriksaan → kemajuan persalinan di observasi

7. Persiapan persalinan ibu, penolong persalinan dan alat.

KALA 1
Pengkajian Dilakukan pada pukul : 19.40 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa ingin meneran seperti ingin BAB

II. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos menthis
Nadi : 80X / menit
TD :120/80 mmhg

b. Pemeriksaan kebidanan
1. Inspeksi
- Vulva membuka
- Perinium menonjol
- Tekanan pada anus
2. Palpasi
HIS : 5x dalam 10 menit, lamanya 35 detik
Sifat : kuat dan teratur
Penurunan : 0/5
3. Auskultasi
Lokasi : Di bawah pusat sebelah kiri perut ibu
DJJ : (+)
Frekuensi : 140x/menit
Sifat : kuat dan teratur
4. Pemeriksaan Dalam
o Portio
Pendataran : 100%
Pembukaan : lengkap
o Penunjuk : ubun-ubun kecil kiri depan
o Ketuban : (-)
o Penurunan : hodge III +

8. ASSESSMENT
Diagnosa : G1P0AO, hamilposterm, inpartu kala II, janin tunggal hidup, presentasi kepala.
Masalah : Ibu cemas menghadapi persalinan.
Kebutuhan : - Dukungan keluarga
- Pimpinan persalinan kala II
- Pimpinan meneran
- Asupan nutrisi cairan

IV. PLANNING
1. Mengecek alat-alat persalinan dan obat-obatan yang digunakan

Alat : -Partus set
-Heating set
- APD
Obat : -Oksitosin
-Lidokain
-Pitosi

2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa persalinan sudah dimulai
→ ibu mengerti bahwa bayinya akan segera lahir

3. Mempersiapkan diri penolong
→ bidan sudah mempersiapkan perlengkapan penolong persalinan
• Memakai celemek
• Mencuci tangan
• Memakai sarung tangan

4. Mengatur posisi ibu
→ ibu dalam posisi dorsal recumbent

5. Mengosongkan kandung kemih dengan kateter.

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan minum antara kontraksi

7. Memimpin ibu meneran setiap ada His
→ ibu meneran dengan baik

8. pukul 19.45 WIB bayi lahir segera menangis, JK:laki-laki, apgar score 9/10 dan melakukan pemotongan tali pusat dengan di klem di dua tempat dan dipotong 2-3 cm dari puntung tali pusat

9. Melakukan inisiasi menyusui dini.
Meletakkan bayi diatas dada dan perut ibu secara telungkup dan mmbiarkan kontak kulit bayi dan ibu dan membiarkan bayi belajar mencari dan menghisap puting susu ibu. Selama lebih kurang 1 jam.atau lebih



KALA III
Pengkajian dilakukan pada pukul 19.50 WIB

I. SUBJEKTIF
Ibu merasa perutnya mules dan ibu merasa lelah setelah persalinan

II. OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 110 / 70 mmHg

b. Pemeriksaan kebidanan
Palpasi : - kontraksi uterus : baik
- TFU : sepusat
Inspeksi : Melihat adanya tanda-tanda lepasnya plasenta:
- Tali pusat bertambah panjang
- Terlihat adanya semburan darah secara tiba-tiba dari vagina
- Uterus berubah bentuk menjadi globular

III. ASSASEMENT
Diagnosa : P1A0, post partum kala III
Masalah : Plasenta belum lahir
Kebutuhan : - Manajemen aktif kala III
- Asupan nutrisi cairan

IV. PLANNING
1. Melakukan manajemen aktif kala III
a. Menyuntikkan oksitosin 10 UI secara IM 1/3 paha ibu bagian luar
b. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
→ klem dipindahkan didepan vulva 5-20 cm, lakukan peregangan tali pusat terkendali, satu tangan memegang tali pusat dan yang satu melakukan dorso kranial
sehingga pukul 19.50 WIB plasenta lahir lengkap ,TP : 48cm. BP : 450 gram
diameter : 18-19 cm.
c. Melakukan masase uterus
→ uterus menjadi keras .

KALA IV
Pengkajian dilakukan pada pukul 20.30 wib
I. DATA SUBJEKTIF
- Ibu merasa lelah
- Ibu merasa haus dan lapar

II. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :sedang Nadi :80x/menit
Kesadaran : compos menthis TD :110/80 mmhg
RR : 22/menit Suhu : 36 C

b. Pemeriksaan kebidanan
Palpasi : - Kontaksi uterus : baik
Konsistensi : keras
- TFU : 2 jari bawah pusat
- Blass : kosong
III. ASSASEMENT
Diagnosa : P1A0 post partum kala 1V
Masalah : keadaan ibu lemah
Kebutuhan : - Anjurkan ibu untuk istirahat
- Asupan nutrisi
- Observasi pendarahan
IV. PLANNING
1. Mengobservasi pendarahan
→pendarahan normal 100 CC

2. memeriksa adanya laserasi jalan lahir.
→ tidak ada laserasi jalan lahir.

3. Membersihkan tubuh ibu dan menggantikan pakaian ibu

4. Memantau kontraksi dan pendarahan pervaginam 2-3 kali dalam 15 menit pasca persalinan
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
- Setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan

5. Mengobservasi vital sign setiap 15 menit 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

6. Dekontaminasi alat bekas pakai

7. Melakukan cuci tangan efektif

8. Asuhan pada bayi baru lahir
a. BB: 2700 gram.
b. PB: 47 cm
c. Memberikan salep mata
d. Menyuntikkan Vit K
e. Mencegah hipotermi

9. Anjurkan ibu untuk istirahat
10. Melakukan pendokumentasian.

TEORI KECEMASAN

TEORI KECEMASAN: Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma W, 1997).
Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997).
Teori Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :
a. Teori Psikodinamik
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988).
b. Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
c. Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.
d Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga.
e. Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).
Faktor Predisposisi Kecemasan
Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup (Wibisono, 1990).
Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan (Roan, 1989) yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pasien yang akan menjalani operasi, faktor predisposisi kecemasan yang sangat berpengaruh adalah faktor psikologis, terutama ketidak pastian tentang prosedur dan operasi yang akan dijalani.
Gejala KecemasanPenderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu :a. Fase 1
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
b. Fase 2 (dua)
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985).
Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).
c. Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).
Klasifikasi Tingkat KecemasanAda empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996).
1. Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
2. Kecemasan sedang; Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
3. Kecemasan berat; Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
4. Panik; Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
Respon Fisiologis terhadap Kecemasan
Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.
Respon Psikologis terhadap Kecemasan
Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
Afektif; Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain