Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Friday, February 10, 2012

Ortho



BAB I

PENDAHULUAN

  1. A. Latar Belakang

Sistem stomagthonathi adalah suatu pendekatan dalam bidang kedokteran gigi yang mana mempertimbangkan hubungan saling ketergantungan antara bentuk dan fungsi gigi, hubungan rahang, artikulasi TMJ, konformasi (kesesuaian) orocraniofasial dan oklusi dental. Jika adanya suatu kelainan proses mastikasi maupun gangguan pada oklusi gigi geligi, maka hal tersebut ikut mempengaruhi komponen sisitem stomatognathi yang lainnya.

Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis. Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan termodifikasi pemakaian gigi

Untuk menghilangkan suatu maloklusii diperlukannya perawatan orthodonti. Karena perawatan orthodonti dapat memulihkan fungsi sistem stomatognathi dan diperlukan prosedur-prosedur untuk mendiagnosis serta melakukan perawatan.

  1. B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah :

  1. Maloklusi
    1. Definisi
    2. Etiologi
    3. Klasifikasi
    4. Pengaruh terhadap Sistem Stomatognatik
    5. Sistem Stomatognati
      1. Definisi
      2. Kelainan pada Sistem Stomatognati ( TMJ )
      3. Profil Wajah
      4. Orthodontic Diagnosis
        1. Prosedur Diagnosis
        2. Studi Model, Analisis Ruang dan Sefalometri

BAB II

PEMBAHASAN

  1. A. Maloklusi
  2. 1. Definisi

Maloklusi adalah oklusi abnormal yang ditanda dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung di setiap bidang spatial atau anomaly abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi adalah kondisi oklusi intercuspal dalam pertumbuhan gigi diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Keadaan ini dikenal dengan istilah maloklusi tetapi batas antara oklusi normal dengan tidak normal sebenarnya cukup tipis. Maloklusi sering pula tidak mengganggu fungsi gigi secara signifikan dan termodifikasi pemakaian gigi.1

Maloklusi terjadi pada kondisi-kondisi berikut ini :

  1. Ketika ada kebutuhan bagi subjek untuk melakukan posisi postural adaptif dari mandibula.
  2. Jika ada gerak menutup translokasi dari mandibula, dari posisi istirahat atau dari posisi postural adaptif ke posisi interkuspal.
  3. Jika posisi gigi adalah sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang merugikan selama fungsi pengunyahan dari mandibula.
  4. Jika gigi-gigi menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak mulut.
  5. Jika ada gigi berjejal atau tidak teratur, yang bias merupakan pemicu bagi terjadinya penyakit periodontal dan gigi.
  6. Jika ada penampilan pribadi yang kurang baik akibat posisi gigi.
  7. Jika ada posisi gigi yang menghalangi bicara yang normal.3
  1. 2. Etiologi

Etiologi darimaloklusi dapat terbagi 2, yaitu :

  • Primary etiologi site
  • Etiologi pendukung

Primary etiologi site terbagi menjadi :

  1. System Neuromuskular

Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptsi terhadap ketidakseimbangan skeletal / malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari hamper semua maloklusi.

  1. Tulang

Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi / pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishamorni osseus.

  1. Gigi

Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisis gigi semua dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar.

  1. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)

Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskulat dalam etiologi maloklusi, dapat dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi, maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal / kehilangan perlekatan dan berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ.

Etiologi Pendukung antara lain :

  1. Herediter

Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Peran herediter dalam pertumbuhan craniofacial dan etiologi kesalahan bentuk dentalfacial telah menjadii banyak subjek penelitian. Genetic gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluaraga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi / tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absennya gigi / penampilan beberapa syndrome craniofacial).

  1. Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya

Misalnya : deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial cleft.

  1. Trauma

Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan bentuk dentofacial.

  1. Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran
  • Hipoplasia dari mandibula

Disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma selama proses kelahiran.

  • Asymetri

Disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka.

  1. Prostnatal trauma
  • Retak tulang rahang dan gigi
  • Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama.
  1. Agen Fisik
    1. Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung.
    2. Makanan

Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang lebih sedikit.

  1. Habits
  • Mengisap jempol / jari

Biasanya pada usia 3 tahun – 4 tahun anak-anak mulai mengisap jempol jika M1 nya susah saat erupsi. Arah aplikasi tekanan terhadap gigi selama mengisap jempol dapat menyebabkan Insisivus maksila terdorong ke labial, sementara otot bukal mendesak tekanan lingual terhadap gigi pada segmen leteral dari lengkung dental.

  • Desakan lidah

Ada 2 tipe, yaitu :

  • Simple tounge, desakan lidah yang berhubungan dengan gigi, sekalian menelan.
  • Kompleks tounge, normalnya anak-anak menelan dengan gigi dalam oklusi bibir sedikit tertutup dan lidah berada pada palatal di belakang gigi anterior. Simple tounge dihubungkan dengan digital sucking walaupun kebiasaannya tidak lagi dilakukan karena perlunya lidah untuk mendesak ke depan kea rah open bite untuk menjaga anterior seal dengan bibir selama penelanan. Kompleks tounge dihubungkan dengan stress nasorespiratoty, bernapas dengan mulut.
  • Lip sucking and lip biting

Menyebabkan open bite, labioversion maksila / mandibula ( terkadang).

  • Menggigit kuku
  • Dan lain- lain
  1. Penyakit
  • Penyakit sistemik

Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhan gigi.

  • Gangguan endokrin

Disfungsi endokrin saat prenatal bias berwujud dalam hipoplasia, gangguan endokrin saat postnatal bias mengganggu tapi biasanya tidak merusak / merubah bentuk arah pertumbuhan muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi sulung.

  • Penyakit local
    • Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsusng seperti hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma, ancylosis gigi.
    • Trauma
    • Karies
  1. Malnutrisi

Berefek pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi.2

3. Klasifikasi

Klasifikasi angel

  1. Class I

Lengkung mandibula normalnya mesiodistal berhubungan terhadap lengkung maksila, dengan mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari M1 permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa oclusal dari M1 permanen mandibula ketika rahang diistirahatkan dan gigi dalam keadaan tekanan.

  1. Class II

Cusp mesiobukal m1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio bukal M1 mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga mesiolingual cusp M1 permanen maksila menutupi mesiolingual cusp dari M1 permanen mandibula.

Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi berdasarkan angulasi labiolingual dari maksila, yaitu ;

  1. Class II – divisi I

Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila labio version.

  1. Class II – divisi II

Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila mendekati normal secara anteroposterior atau secara ringan dalam linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial atau mesial.

  1. Class II – sbdivisi

Saat relasi kelas II molar, terjadi oada satu sisi pada lengkung dental.

  1. Class III

Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkuna maksila dengan cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara ruang distal dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek mesial dari cusp mesial m2 mandibula.

Class III terbagi 2, yaitu :

  1. Psedo class III – maloklusi

Ini bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini mandibula bergesar ke anterior dengan fossa gleroid dengan kontak premature gigi atau beberapa alas an lainnya ketika rahang berada pada oklusi sentrik.

  1. Kelas III – subdivisi

Maloklusi sesuai denagn unilaterally.

Pada kondisi normal, relasi antar molar pertama normal begitu juga gigi-gigi yang ada di anteriornya (depan-red).

Pada maloklusi kelas 1, relasi antar molar pertama normal, tetapi garis oklusi gigi-gigi di daerah depan dari molar pertama tersebut tidak tepat.

Pada maloklusi kelas 2, tampak molar pertama bawah tampak lebih belakang dari pada molar atasnya sehingga relasi tidak lagi normal. Kondisi ini merupakan overbite / gigitan berlebih.

Pada maloklusi kelas 3 ini merupakan kebalikan dari Kelas 2, yaitu molar pertama atas yang tampak lebih belakang daripada molar pertama bawah. Kondisi ini merupakan underbite atau terkadang disebut gigitan terbalik.

Klasifikasi dewey, yaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas III

  1. Modifikasi angle’s kelas I
    1. Tipe 1

Anle Class I dengan gigi anterior maksila crowding.

  1. Tipe 2

Angle Class I dengan gigi I maksila labio version

  1. Tipe 3

Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I mandibula. ( anterior cross bite ).

  1. Tipe 4

M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam jajaran normal ( cross bite posterior ).

  1. Tipe 5

M kea rah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi tersebut, ( contoh hilangnya M susu lebih awal dan P2 ).

  1. Modifikasi angle’s kelas III
    1. Tipe 1

Suatu lengkungan saat dilihat secara individu bidang pada jajaran yang normal, tetapi oklusi di anterior terjadi edge to edge.

  1. Tipe 2

I mandibula crowding dengan I maksila ( akibat I maksila yang terletak kea rah lingual ).

  1. Tipe 3

Lengkung maksila belum berkembang sehingga terjadi cross bite pada I maksila yang crowding dan lengkung mandibula perkembangannya baik dan lurus.

klasifikasi Lischers modifikasi dengan Klasifikasi angel

  1. Neutroklusi

Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 1

  1. Distoklusi

Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 2

  1. Mesioklusi

Sama halnya dengan klasifikasi Angel kelas 3

Nomenklatur Lischer untuk malposisi perindividual gigi geligi menyangkut penambahan ”versi” pada sebuah kata untuk mengindikasikan penyimpangan dari posisi normal.

  1. Mesioversi

Lebih ke mesial dari posisi normal

  1. Distoversi

Lebih ke distal dari posisi normal

  1. Lingouversi

Lebih ke lingual dari posisi normal

  1. labioversi

Lebih ke labial dari posisi normal

  1. Infraversi

Lebih rendah atau jauh dari garis oklusi

  1. Supraversi

Lebih tinggi atau panjang melewati garis oklusi

  1. Axiversi

Inklinasi aksial yang salah, tipped.

  1. Torsiversi

Rotasi pada sumbunya yang panjang

  1. Transversi

Perubahan pada urutan posisi.

Klasifikasi Bennette

Klasifikasi ini berdasarkan etiologinya:

  1. Kelas 1

Abnormal lokasi dari satu atau lebih gigi sesuai faktor lokal.

  1. Kelas II

Abnormal bentuk atau formasi dari sebagian atau keseluruhan dari salah satu lengkung sesuai kerusakan perkembangan tulang.

  1. Kelas III

Abnormal hubungan diantara lengkung atas dan bawah dan diantara salah satu lengkung dan kontur fasial sesuai dengan kerusakan perkembangan tulang.

Klasifikasi Simons

Simons (1930) yang pertama kali menghubungkan lengkung gigi terhadap wajah dan kranial dalam tiga bidang ruang:

  1. Frankfort Horizontal Plane (vertikal)

Frankfort Horizontal Plane atau bidang mata- telinga ditentukan dengan menggambarkan garis lurus hingga margin tulang secara langsung di bawah pupil mata hingga ke margin atas meatus eksternal auditory (derajat di ats tragus telinga). Digunakan untuk mengklasifikasi maloklusi dalam bidang vertikal.

- Attraksi

Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu attraksi (mendekati).

- Abstraksi

Saat lengkung gigi atau atau bagian dari penutup bidang frankfort horizontal menunjukkan suatu abstraksi (menjauhi).

  1. Bidang Orbital (antero-posterior)

Maloklusi menggambarkan penyimpangan antero-posterior berdasarkan jaraknya, adalah:

- Protraksi

Gigi, satu atau dua, lengkung dental, dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.

- Retraksi

Satu gigi atau lebih lengkung gigi dan/atau rahang terlalu jauh ke depan.

  1. Bidang Mid-Sagital (transversal)

Maloklusi mengklasifikasikan berdasarkan penyimpangan garis melintang dari bidang midsagital.

- Kontraksi

Sebagian atau seluruh lengkung dental digerakkan menuju bidang midsagital

- Distraksi (menjauhi)

Sebagian atau seluruh lengkung gigi berada pada jarak yang lebih dari normal.

Klasifikasi Skeletal

Salzmann (1950) yang pertama kali mengklasifikasikan struktur lapisan skeletal.

  1. Kelas 1 Skeletal

Maloklusi ini dimana semata-mata dental dengan tulang wajah dan rahang harmoni dengan satu yang lain dan dengan posisi istirahat kepala. Profilnya orthognatic. Kelas 1 dental ditentukan berdasarkan maloklusi dental :
- divisi I

Malrelasi lokal insisor, caninus , dan premolar.

- divisi II

Protrusi insisor maksila

- divisi III

Lingouversi insisor maksila

- divisi IV

protrusi bimaksilari

  1. kelas II Skeletal

ini menyangkut maloklusi dengan perkembangan distal mandibular subnormal dalam hubungannya terhadap maksila.

Dibagi menjadi dua divisi:

- divisi I

lengkung dental maksila dalam batas sempit dengan crowding pada regio caninus, crossbite bisa saja ada ketinggian wajah vertikal menurun. Gigi anterior maksila protrusif dan profilnya retrognatic.

- divisi II

merupakan pertumbuhan berlebih mandibula dengan sudut mandibula yang tumpul. Profilnya prognatic pada mandibula.3

  1. 4. Pengaruh terhadap Sistem stomatognati

Gigi manusia bias menyesuaikan diri terhadap variasi antara sentrik oklusi dan sentrik relasi. Saat variasi oklusi sentrik dan relasi sentrik telah melewati batas toleransi individual, maka gigi akan mengalami kondisi trauma dan bias bermanifestasi pada gangguan artikulasi TMJ.

Abnormalitas posisi mandibula bias terjadi karena :

  • Asimetri pertumbhan rahang
  • Perubahan posisi gigi karena ekstraksi
  • Over counter filling
  • Kondisi patologis, seperti penyakit perio, trauma dan lain-lain.
  • Habitual tertentu
  • Gangguan oklusal3

Koreksi divergenitas antara relasi sentrik dan oklusi sentrik bias dilakukan atau dikurangi dengan memposisikan kembali mandibula dengan jalan mengubah relasi oklusal dental dengan oklusal equilibrasi, baik dengan pemkaian ortho, proteksi atau merestorasi demensi vertical.

Ketika seseorang mengalami ketidaksesuaian relasi sentrik, oklusal sentrik yang luas, maka rahang atas memiliki daya tahan yang rendah, sehingga jaringan pendukung gigi akan ikut terinfeksi oleh penyakit perio. Disharmoni ini harus dieliminasi untuk mencegah kerusakan jaringan pendukung.

Koreksi dishamorni antara relasi sentrik dan oklusal sentries bias dilakuka, hanya dengan 1 fase dari koreksi maloklusi oklusal. Hal tersebut biasa menggangu relasi protrusi, pergerakkan ke lateral tapi masih dalam jangkauan fungsi normalnya, defek overbite dan maloklusi lainnya. Saat pergseran mandibula ke lateral telah tampak jelas, maka wajah akan tampak imbalance ke lateral.

Gangguan ke lateral atau pergerakan rahang protrusive bias terjadi karena :

  • Ekstrusi gigi yang komplit ke labio atau bucoversi
  • Adanya benda yang menyenangkan untuk digigit
  • Adanya erupsi yang berlanjut atau elvasi ( peninggian pada gigi yang memiliki gigi antagonis ).4
  1. B. Sistem Stomatognatik
  2. 1. Definisi

Sistem stomatognatik adalah suatu pendekatan yang harus dipertimbangkan oleh dokter gigi. Sistem ini terkait satu dengan yang lain dalam hal bentuk dan fungsi dari hubungan rahang, artikulasi, sendi rahang (TMJ), konformasi kraniofasial dan oklusi.

Sistem stomatognatik termasuk didalamnya adalah gigi-gigi dan jaringan pendukungnya, maksila dan mandibula, otot-otot kepala, sendi rahang, lidah, saraf-saraf, pembuluh darah dan komponen-komponen lainnya.4

  1. 2. Kelainan pada Sistem stomatognati ( TMJ)

Temporomandibular articulation adalah kumpulan sendi atau artikulasi diarthrodial (ginglymoarthrodial) yang terdiri dari fosa, puncak artikular tulang temporal dan ligament kapsular, yang memiliki cairan sinovial. Artikulasi dibagi ke dalam dua bagian yaitu bagian atas dan bawah oleh fibrokartilaginus meniscus atau interadikular disk.

Artikulasi yang normal adalah:

  • TMA bebas dari nyeri atau ketidaknyamanan
    • Tidak ada perbatasan gerakan ketika berbicara
    • Menunjukkan gambar yang dapat diinterpretasikan dengan baik pada radiograf.

a) Kelainan TMA

  • Overclosure (penutupan berlebihan)

Overclosure menyebabkan destruksi disk, perubahan degeneratif dan proliferatif pada kondil mandibula dan tuberkel artikular.

Shapiro dan Truex menemukan beberapa pengaruh bahwa kondil yang terdapat pada telinga tengah atau koklea tidak begitu berarti dalam kerusakan auditory. Overclosure mandibula tidak menekan eustachian tubes.

Perubahan TMA berhubungan dengan kehilangan gigi posterior yang menyebabkan overclosure dan meratakan puncak artikular serta posisinya lebih ke belakang kepala kondil dalam prosesus glenoid.

Etiologi:

Kelainan temporomandibular dapat disebabkan oleh:

  • Injuri traumatik
  • Arthritis (peradangan sendi)
  • Maloklusi, hubungan gigi, trauma oklusi, dan penyebab perpindahan mandibula lainnya.

Kelainan temporomandibular dapat menyebabkan disfungsi TMA, abnormal oklusi, kerusakan fungsi, dan gangguan neuromuscular pada leher, bahu atau lengan, sakit telinga dan kepala, membatasi pembukaan mandibula, nyeri saat mastikasi, bunyi klik yang keras pada TMJ, mengunci mandibula dalam posisi terbuka atau ketidakmampuan membawa gigi menuju oklusi.

Terdapat ruang yang sempit atau luas antara kondil dan fosa glenoid, serta perubahan kondil dan kontur fosa.

Fungsi yang abnormal dari TMA tidak menyebabkan maloklusi, tetapi maloklusi, kehilangan gigi dan abnormal gigi lainnya dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan abnormalitas temporomandibular.

Diagnosis dari disfungsi temporomandibular tidak dapat ditetapkan hanya dengan penemuan radiograf, tetapi membutuhkan temuan klinis yaitu:

  • Observasi pergerakan mandibula. Disfungsi dihubungkan dengan pergerakan yang tidak seperti biasanya, kejang otot, nyeri dan penat.
  • Crepitus – menempatkan telunjuk pada tempat artikulasi. Minta pasien untuk menggerakkan mandibula. Bunyi kliking dapat terdengar dan terasa.
  • Amati atrisi pada gigi dan pada cast.5
  1. C. Profil Wajah

Profil diperkirakan dengan menghubungkan 2 garis berikut :

  • Menghubungkan garis dahi dan titik A di jaringan lunak. ( titik terdalam di bibir atas).
  • Menghubungkan titik A dan pogonion jaringan lunak (titik paling anterior dari dagu).

Berdasarkan pada hubungan antara 2 garis ini, maka terdapat 3 profil wajah :

  1. Straight profile (lurus)

Yaitu 2 garis membentuk suatu garis lurus.

  1. Convex profile (cembung)

Yaitu 2 garis membentuk suatu sudut dengan kecekungan jaringan lunak. Jenis profil ini terjadi sebagai akibat dari suatu maksila yang prognatik atau mandibula retrognatik seperti terlihat pada maloklusi kelas II divisi I.

  1. Concave profile (cekung)

Yaitu 2 garis referensi membentuk suatu sudut dengan kecembungan terhadap jaringan. Tipe profil ini dihubungkan dengan mandibula prognatik atau maksila retrognatik seperti maloklusi kelas III.3

  1. D. Orthodontic Diagnosis
    1. 1. Prosedur diagnosis

Essential Diagnostic aids :

  • Case history
  • Clinical Examination
  • Study models
  • Certain Radiograf

- Periapikal

- Bite Wing

- Panoramic

  • Facial Photographs

Case History ( Riwayat Pasien )

Mendapatkan dan mencatat informasi relevan dari pasien dan orang tua pasien untuk membantu menegakkan diagnosis.

  • Personal detail
  1. Nama

Untuk tujuan komunikasi dan identifikasi

  1. Umur

Pertimbangan-pertimbangan umur untuk membantu diagnosis dan juga menetapkan rencana prawatan.

  1. Jenis kelamin

Penting untuk melakukan rencana perawatan, seperti saat dimana terjadi proses pertumbuhan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.

  1. Alamat dan Pekerjaan

Membantu dalam mengevaluasi status ekonomi dalam memilih appliance yang tepat, alamat juga membantu dalam korespondensi untuk membuat janji.

  • Keluhan Utama

Keluhan utama pasien harus dicatat sesuai dengan ucapan yang dikemukan oleh pasien. Hal ini membantu klinisi dalam mengidentifikasi / mengenal prioritas dan keinginan pasien.

  • Medical History

Sebelum melakukan perawatan ortho, riwayat media pasien harus dicatat. Untungnya sangat sedikit kondisi medis yang kontraindikasi terhadap penggunaan orthodontic appliances. Sebaiknya, perawatan orthodontic ditunda pada pasien yang menderita epilepsy dyscrasias, bias membutuhkan managemen yang special jika direncanakan untuk dilakukan ekstraksi. Pasien DM dapat dilakukan terapi orthodontic jika kadar gulanya dibawah control, dan lain-lain.

  • Dental History

Harus meliputi informasi pada umur erupsi gigi sulung dan permanen, riwayat pencabutan, karies, restorasi dan trauma pada gigi geliginya. Riwayat dental pasien terdahulu dapat membantu dalam mengevaluasi sikap pasien dan orang tuanya terhadap perawatan.

  • Prenatal History

Harus mencakup informasi kondisi ibu selama mengandung dan tipe proses melahirkan, tipe proses melahirkan, penggunaan obat-obatan seperti thalidomide, dan infeksi selama mengandung seperti campak.

  • Postnatal History

Meliputi informasi type cara makan ( feeding ), adanya kebiasaan dan perkembangan normal.

  • Family History

Beberapa maloklusi seperti maloklusi skeletal kelas II, kelas III dan kondisi congenital seperti cheft lp dan cheft palate adalah merupakan kondisi yang diturunkan / diwariskan.

Pemeriksaan Umum

  • Berat badan dan tinggi badan

Sebagai suatu kunci petumbuhan fisik dn kematangan pasien yang bias memiliki korelasi dento-facial.

  • Gaya Berjalan ( Galt)

Abnormalitas pada gaya berjalan pasien biasanya dihubungkan dengan neuromuscular yang bias memiliki korelasi dental.

  • Posture

Menunjukkan pada cara pasien berdiri. Posture abnormal dapat mempengaruhi maloklusi yang diakibatkan pada perubahan dalam hubungan maksila mandibula.

  • Fisik

3 tipe bentuk badan :

  1. Aesthetic

Orang yang kurus dan biasanya memiliki lengkung dental yang sempit.

  1. Pletonic

Orang yang kelebihan berat badan, umumnya memiliki lengkung dental yang lebar dan petak.

  1. atthetic

normal, tidak kurus dan tidak gemuk. Lngkung dental dengan ukuran normal.

Seldom, klasifikasi :

  1. Ectomorphic : secara fisik tinggi dan kurus
  2. Mesomorphic : ukuran fisik rata-rata
  3. Endomorphic : secara fisik pendek dan obesitas

Pemeriksaan Extra Oral

  • Bentuk Kepala
  1. Mesocephalic : bentuk kepala rata-rata normal dental arch.
  2. Dalicocephalic : bentuk kepala panjang dan sempit, memiliki lengkung gigi yang sempit.
  3. Brachycephalic : bentuk kepala lebar dan pendek, lengkung dental lebar.
  • Bentuk Wajah
  1. Mesoprosopic : bentuk wajah normal atau rata-rata.
  2. Euttryprosopic : tipe wajah lebar dan pendek.
  3. Leptoprosopic : bentuk wajah panjang dan sempit.
  • Assessment of Facial Symmetry

Pemeriksaan kesemetrisan wajah pasien adalah untuk menentukan disproporsi wajah pada plane vertical dan transversal. Ketidaksemetrisan wajah dapat terjadi karena :

ü Defek kongenital.

ü Atropi / hipertropi hemifacial.

ü Ankilosis kondilar unilateral atau hyperplasia.

  • Profil wajah

Pemeriksaan dengan cara melihat wajah pasien dari samping. Profil wajah dapat membantu dalam mendiagnosis penyimpangan hubungan maksila mandibula.

  • Facial Divergence

Didefinisikan sebagai suatu inklinasi anterior atau posterior dan wajah bagian bawah terhadap dahi. Divergensi facial dapat dibagi ke dalam 3 tipe :

  1. Anterior divergence

Suatu garis ditarik di antara dahi dan dagu, inklinasi kea rah anterior terhadap dagu.

  1. Posterior divergence

Suatu garis ditarik antara dahi dan dagu, miring kea rah posterior terhadap dagu.

  1. Straight atau orthognathic

Garis antara dahi dan dagu adalah lurus atau tegak lurus terhadap lantai.

Divergensi facial umumnya dipengaruhi oleh etnik pasien dan latar belakang ras.

  • Assessment Hubungan Rahang Anterior dan Posterior

Idealnya dasar skeletal maksila adala 2 – 3 mm maju ke depan dari skeletal mandibula ketika gigi dalam keadaan oklusi. Perhitungan dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk dan jari tengah masing- masing pada titik A dan B jaringan lunak.

Pada pasien skeletal kelas II, jari telunjuk adalah pada posisi anterior terhadap jari tengah. Pada pasien skeletal kelas III, jari tengah di depan telunjk. Pada pasien dengan skeletal kelas I pada level yang lurus dan rata.

  • Assessment Hubungan Rahang Vertikal

Hubungan vertical skeletal dapat juga diperkirakan dengan mempelajari sudut yang terbentuk antara bonder bawah mandibula dan bidang frankort horizontal ( FHP).

  • Evaluasi Proporsi Wajah

Dapat dibagi ke dalam 3, 1/3 vertikal yang sama 4 bidang horizontal pada level garis rambut, ridge supra orbital, dasar hidung dan border inferior dagu. Wajah bagian bawah, bibir atas menempati 1/3 jarak sementara dagu menempati rest of the space.

  • Pemeriksaan Bibir

Secara normal bibir atas menutupi seluruh labial anterior atas kecuali insisal 2-3 mm. bibir baawah menutupi seluruh permukaan labial anterior bawah dan 2-3 mmedge insisal anterior atas. Bibir dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tipe berikut :

  1. Competent lips

Bibir pada kontak ringan sementara otot-otot dalam keadaan istirahat

  1. Incompetens lips

Secara marfologi bibir pendek, tidak dapat membentuk suatu pola penutupan bibir dalam keadaan istirahat. Penutupan bibir hanya dilakukan dengan kontraksi aktif dari otot-otot perioral dan mentalis.

  1. Potentially incompetens lips

Bibir normal yang gagal untuk membentuk suatu pola penutupan akibat proklinasi pada insisiv-insisiv atas.

  1. Everted lips

Bibir hipertropi dengan lemahnya tonusitasotot-otot.

  • Pemeriksaan hidung
  1. Ukuran hidung

Secara normal, hidung pada bagian 1/3 tinggi total wajah.

  1. Kontur hidung

Bentuk hidung bias lurus, cembung atau cekung sebagai suatu akibat dari nasal injuries.

  1. Nostrils ( lubang hidung )

Berbentuk oval, harus simetris secara bilateral, stenosis nostril bias menindikasikan terhalangnya pernapasan hidung.

  • Pemeriksaan Dagu
  1. Mentolabial sulcus

Sulkus mentolabial adalah suatu cekungan yang terlihat di bawah bibir bawah. Sulus mentolabial yang dalam dapat dilihat pada maloklusi kelas II divisi I sedangkan sulkus dangkal pada bimaksillary protrusion.

  1. Mentalis activity

Secara normal, otot-otot mentalis tidak dapat ditunjukkan kontraksi apapun saat posisi normal. Aktivitas hiperaktif mentalis terlihat pada beberapa keadaan maloklusi seperti kasus kelas II divisi I. Hal ini menyebabkan pengerutan atau lipatan dagu.

  1. Chin position and prominence

Meonjolnya dagu biasanya diasosiasikan dengan maloklusi kelas III smentara recessive chin biasanya maloklusi kelas II.

  • Nasolabial Angle

Susut ini terlihat antara border bawah hidung dan suatu garis yang menghubungkan interseksi ( penyilangan) hidung dan bibir atas dengan ujung bibir ( labrale superior ). Sudut ini normalnya 110o. Sudut ini berkurang jika pasien memiliki gigi-geligi anterior yang proklinasi atau prognatis maksilla. Sudut ini juga bisa meningkat / bertambah pada pasien dengan retrognatik maksilla atau retroclined maxillary anterior.

Pemeriksaan Intraoral

  • Pemeriksaan Lidah

Berlebihnya ukuran lidah diindikasikan karena adanya gigi pada margin lateral. Memberikan gambaran scallop pada lidah.

  • Pemeriksaan Palatum

Palatum harus diperiksaan untuk menemukan hal-hal berikut :

  1. Variasi kedalaman paltum terjadi pada hubungan dengan variasi bentuk facial. Kebanyakan pasien dolicofacial memiliki palatum yang dalam.
  2. Adanya swelling ( lekukan ) pada palatum dapat mengindikasi suatu keadaan gigi impaksi, adanya kista atau patologis tulang lainnya.
  3. Ulcerasi mukosa dan indentation adalah suatu gambaran dari deep bite traumatic.
  4. Adanya celah palatum diasosiasikan dengan diskontinuitas palatum.
  5. “the third rugae” biasanya pada garis dengan caninus. Hal ini berguna dalam perkiraan proklinasi anterior maksilla.
  • Pemeriksaan Gingiva

Gingival diperiksa untuk inflamasi, resesi dan lesi mucogingival lainnya. Biasanya temuan gingivitis marginal pada region anterior disebabkan oleh postur open lip. Adanya oklusi traumatic diindikasikan dengan resesi gingival terlokalisir.

  • Pemeriksaan Perlekatan Frenum

Perlekatan frenul abnormal didiagnosis dengan suatu tes pemutihan dimana bibir atas upward dan outward beberapa lama. Adanya pemutihan pada region papilla unter- dental mendiagnosis suatu frenum abnormal.

  • Pemeriksaan Tonsil atau Adenoid

Tonsil secara abnormal terinflamasi karena perubahan postur lidah dan rahang, dengan demikian keseimbangan oro-facial menunjukkan maloklusi.

  • Taksiran Pertumbuhan Gigi

Harus dicatat ekstr

a. Gigi geligi yang terdapat / yang ada di dalam rongga mulut.

  1. Gigi-gigi yang belum erupsi.

c. Gigi-gigi hilang.

  1. Status gigi ( gigi yang erupsi dan tidak erupsi).

e. Adanya karies, restorasi, malformasi, hipoplasia, atrisi dan diskolorasi.

f. Menentukan relasi molar

g. Overjet dan overbite, variasi seperti peningkatan overjet, deep bite, open bite dan cross bite

h. Malrelasi transfersal seperti crossbite dan pergeseran pada midline atas dan bawah.

  1. Ketidakteraturan gigi individual seperti rotasi, displacement, intruksi dan ekstruksi

j. Lengkung atas dan bawah harus diperiksa secara individual untuk mempelajari bentuk lengkungnya dan kesemetrisannya. Bentuk lengkung bisa normal, sempit ( V shaped ) atau square.

  1. 2. Studi Model, Analisis Ruang dan Sefalometri
  • Study Model

Tahap – tahap pembuatan studi model orthodontic adalah sebagai berikut :

  1. Cetakan dan gigitan malam

Model dicetak dengan tepat. Cetakan harus diperluas ke batas sulkus bukal dan sulkus lingual.pada daerah molar rahang bawah. Cetakan atas harus menutupi palatum keras tetapi tidak meluas ke palatum lunak. Gigitan malam harus selalu dibuat. Malam jangan sampai menempel pada gigi insisivus karena reproduksi plaster dari gigi ini mudah patah bila model ditekan ke gigitan malam.

  1. Casting model

Model dapat dibuat dengan plaster gigi biasa, stone plaster, dalam campuran stone-plaster, atau gigi-gigi dibuat dengan plaster biasa. Gigi yang dibuat dengan stone plaster akan lebih kuat daripada gigi dengan plaster putih. Model harus dibuat dengan plaster yang cukup tebal dibagian dasar, sehingga dapat diasah ke bentuk yang diinginkan.

  1. Pengasahan bagian dasar

ü Model atas dipasang pada rubber T di glass plate dan dengan gauge permukaan, dibuat garis horizontal tegak lurus, di sekitar dasar model.

ü Dasar model diasah sampai garis tersebut.

ü Model dioklusi dengan gigitan malam pada posisinya dan diletakkan pada glass plate, model bawah diletakkan di atas.

ü Permukaan dasar model akan diasah dan dibuat tegak lurus terhadap median palatina raphe.

ü Bagian depan model diasah sedemikian sehingga terletak segaris dengan median palatina

Raphe.

ü Sisi model diasah dengan jarak sama dari garis tengah, sehingga model memiliki lebar yang baik.

ü Model dioklusi dengan gigitan malam pada posisinya dan dengan menggunakan model atas sebagai pedoman, permukaan belakang dan sisi-sisi model bawah diasah agar sama dengan atas.

ü Sudut distal model kemudian diasah dengan menggunakan seri segi empat ketiga dan kesemetrian akhir model atas diperiksa.

ü Bagian depan model bawah diasah membentuk lengkungan sesuai dengan lengkung segmen labial bawah.

ü Tepi-tepi plaster yang halus diasah sampai didapat lengkungan yang halus dengan cheisel yang tajam.

ü Untuk pembuatan foto, permukaan yang diasah harus dipoles dengan wheel korborundum no 120.5

  • Analisis Model

Analisis kesling merupakan pedoman pada gigi permanen untuk menentukan lengkung gigi asli dengan membelah giginya kemudian disusun kembali sesuai posisi aksisnya.

Tujuan analisis gigi geligi campuran adalah untuk mengevaluasi jumlah ruang yang tersedia dalam lengkung rahang untuk gigi permanen pengganti dan penyesuaian oklusal yang diperlukan. Untuk melengkapi analisis mixed dentition dan tiga faktor yang harus diperhatikan :

- ukuran seluruh gigi permanen anterior terhadap molar pertama

- perimeter (garis keliling) lengkung rahang

- perkiraan perubhan yang diharapkan dalam garis lengkung yang dapat terjadi dengan pertumbuhan dan perkembangan.

Analisis mixed dentition membantu seseorang memperkirakan jumlah ruang atau crowding yang akan ada pada pasien jika semua gigi primer diganti oleh penggantinya. Analisis ini tidak mempresiksikan jumlah peningkatan alami pada perimeter yang bisa terjadi selama periode transisi tanpa hilangnya gigi.

Prosedurnya:

n Siapkan model studi

n Fiksasi pada okludator yang sesuai

n Potong gigi pada model pada kontak aproksimal dengan gergaji

caranya:

– Buat lubang dengan gergaji lebih kurang 3 mm diatas gingival margin antara 11 dan 12

– Buat irisan arah horizontal kiri dan kanan sampai M1

– Buat irisan vertikal pada aproksimal M2-M1, lalu beri tanda masing-masing

– Buat irisan arah vertikal pada setiap aproksimal

– Pisahkan masing-masing gigi

Susun kembali lengkung gigi pada tempat yang dikehendaki dengan perantaraan wax.

Kegunaannya analisis kesling adalah :

  • Berguna untuk mengamati dan mencoba pengaruh gerakan gigi yang komplek dan ekstraksi terhadap oklusi.
  • Pasien dapat dimotivasi melalui simulasi prosedur perbaikannya yang bervariasi pada model.
  • Ketidaksesuaian ukuran gigi / panjang lengkung bias dilihat dengan mengartikan sebuah set up.
  • Sefalomwtri

Sefalomwtri adalah metode standardisasi, hasil dari radiograf pada skull, yang mana sangat berguna dalam pengukuran cranium dan komplex orofacial.

Penggunaan sefalometri untuk :

  • Study pembelajaran perkembangan craniofacial
  • Diagnosis deformitas craniofacial
  • Perencanaan perawatan
  • Evaluasi kasus yang sudah dirawat
  • Studi relapse (kambuh lagi) dalam ortho6

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sistem stomagthonathi adalah suatu pendekatan dalam bidang kedokteran gigi yang mana mempertimbangkan hubungan saling ketergantungan antara bentuk dan fungsi gigi, hubungan rahang, artikulasi TMJ, konformasi (kesesuaian) orocraniofasial dan oklusi dental. Jika adanya suatu kelainan proses mastikasi maupun gangguan pada oklusi gigi geligi, maka hal tersebut ikut mempengaruhi komponen sisitem stomatognathi yang lainnya.

Untuk menghilangkan suatu maloklusii diperlukannya perawatan orthodonti. Karena perawatan orthodonti dapat memulihkan fungsi sistem stomatognathi dan diperlukan prosedur-prosedur untuk mendiagnosis serta melakukan perawatan.







No comments:

Post a Comment