Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Friday, February 10, 2012

Denture Stomatitis

:


perlekatan mikrobial pada permukaan gigi tiruan dapat mengakibatkan proliferasi koloni bakieri sehingga terjadi pembentukan plak yang menyebabkan bau mulut dan denture stomatitis Perkcmbangan denture stomatitis dipengaruhi oleh adanya gigi tiruan. kandida sp. dan rnikroorganisrne Iainnya, serta faktor lokal dan sisternik seperti pH asam saliva. asupan tinggi karbohidrat terapi. antibiotik dalam jangka wakiu panjang. terapi hormonal pada penyakit sistemik seperti diabetes melitus dan arterial hypertension

DENTURE STOMATITIS

Soenartyo, Hadi. Denture Stomatitis: Penyebab dan Pengelolaannya. Majalah kedokteran gigi, 2000; 4(33): 148-51

Adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema dibawah gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang atas maupun dirahang bawah. Denture Sore mouth dan chronic atropic candidosis adalah istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini.

Prevalensi denture stomatitis di Indonesia hingga saat ini belum pernah dilaporkan secara pasti, walaupun demikian prevalansi tersebut (27-67%) telah banyak dilaporkan oleh pendeta di luar negeri, gigi tiruan bukan merupakan satu-satunya penyebab terjadinya perubahan pada mukosa mulut. Budtz-Jorgensen mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor yaitu : trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus menerus,oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan factor sistemik. Oleh karena itu gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga perawatannya pun perlu dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemungkinan penyebabnya.

PENGERTIAN DAN PREVALENSI

dokter gigi yang telah membuatkan gigi tiruan pada seorang penderita sering mendapatkan keluhan tentang adanya rasa kurang enak atau rasa sakit akibat pemakaian gigi tiruan tersebut. Biasanya dokter gigi hanya mengurangi atau menghilangkan bagian-bagian dari gigi tiruan yang dianggap sebagai penyebabnya. Tetapi yang sering dijumpai adanya kelainan atau rasa sakit yang timbul karena mukosa penyangga tersebut tidak dilakukan perawatan. Akibatnya penderita yang telah menderita kelainan atau perubahan pada mukosa rongga mulut penyangga gigi tiruan sukar untuk dapat menerima gigi tiruan kembali bila tidak dilakukan pengobatan dengan baik.

Kelainan atau perubahan ini sering disebut sebagai Denture Stomatitis atau Denture Sore Mouth, atau Chronic Atriphic Candidosis. Pada jurnal ini, istilah denture stomatitis yang akan digunakan untuk menyatakan kelainan atau perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan. Walaupun sering dijumpai keluhan sampai adanya perubahan patologik pada mukosa rongga mulut karena gigi tiruan yang dipakainya, prevalensi denture stomatitis pada pemakai gigi tiruan di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian.

Namun beberapa pendatang di luar negeri, antara lain : Nyquist melaporkan 27% dari 609 pemakai gigi tiruan kelainan tersebut, sebaliknya sebagai perbandingan Love et all melaporkan perubahan atau kelainan tersebut diderita 43% dari 552 pemakai gigi tiruan lengkap yang diperiksa kembali.

selanjutnya oleh Budtz-Jorgensen dilaporkan bahwa 67% dari 303% orang yang memakai gigi tiruan lengkap menderita denture stomatitis. Dia juga melaporkan bahwa kelainan atau denture stomatitis lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria.

KLASIFIKASI
Sehubungan dengan adanya berbagai macam etiologi yang diduga dapat menimbulkan denture stomatitis, gambaran klinis yang tampak tidak memberikan bentuk yang spesifik dan menurut Newton.

Secara klinis denture stomatitis dibagi 3 tipe yaitu :

Tipe I : Tampak Hyperaemia berupa noda atau titik sebesar jarum pentul

Tipe II : Eritema yang tidak terbatas tegas

Tipe III : Inflamasi Granuler atau hyperplasia papiler

Atropi epitel, stratum korneum yang tipis disertai infiltrasi leukosit pada epitel, adalah gambaran yang sering ditemukan pada pemeriksaan histopatologi, meskipun keadaan ini sering dijumpai pada denture stomatitis oleh karena Candida albicans disbanding denture stomatitis yang disebabkan trauma.

Etiologi
Walaupun denture stomatitis hanya didapatkan pada penderita pemakai gigi tiruan lepasan, bukan berarti bahwa gigi tiruan tersebut merupakan satu-satunya penyebab. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh beberapa macam factor yaitu :

¨ Trauma Adanya ketidaktepatan serta ketidakstabilan gigi tiruan lepasan, dapat mengakibatkan trauma mekanis serta dapat mengiritasi jaringan penyangganya, yang akhirnya dapat menimbulkan luka atau yang sering disebut Stomatitis. Hal ini sesuai dengan pendapat Phelan dan Levin, bahwa iritasi mekanis karena gigi tiruan yang kurang tepat merupakan factor penting penyebab terjadinya denture stomatitis.

Selain itu juga telah dibuktikan oleh beberapa peneliti mengenai adanya korelasi yang nyata antara trauma, membrane mukosa, dan denture stomatitis. Dengan mengetahui penyebab denture stomatitis yang hanya disebabkan oleh factor utama tersebut, menghilangkan ketidakstabilan gigi tiruan lepasan akan tampak adanya penyembuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nyquist yang menyatakan adanya penyembuhan setelah perbaikan ketidakstabilan gigi tiruan.

- Infeksi

Pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu factor penyebab keberadaan C. albicans didalam rongga mulut, kecuali itu juga dapat menyebabkan prevalensi C. Albicans di dalam rongga mulut. C albicans disamping merupakan flora normal dengan pravelansi sekitar 45% ternyata pravelansi tersebut dilaporkan meningkat pada pemakai gigi tiruan dengan keadaan rongga mulut sehat yaitu 47,5% sampai 55,6%.

Penderita yang memakai gigi tiruan lepasan harus benar-benar menjaga kebersihan, karena adanya plak pada basis gigi tiruan merupakan tempat yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme termasik C.albicans. Peningkatan jumlah C.albicans dapat mengubah sifat komensal menjadi parasit, yaitu dari bentuk yeast menjadi hyphae. Bentuk hyphae ini merupakan inisiator invasi kedalam jaringan sehingga dapat menimbulkan denture stomatitis.
Penanganan karena adanya C.albicans pada denture stomatitis ditekankan pada kebersihan rongga mulut dan gigi tiruan. Untuk kandidosis yang terjadi seperti Acute pseudomembranous Candidosis dan Acute erytematus Candodisis pengobatannya dilakukan dengan pemberian Nystatin, amphotericin, miconazole atau chlorhexidine secara topical. Gigi tiruannya didisinfeksi dengan menggunakan chlorhexidine untuk mencegah pelekatan antara C. Albicans dengan gigi tiruan lepasan yang terus menerus. Pada penderita yang memakai gigi tiruan lepasan, sehingga dari mukosa mulutnya tertutup oleh basis gigi tiruan lepasan, sebagian dapat mengurangi efek air ludah, karena gangguan kelenjar ludah pada mukosa. Gigi tiruan ini menimbulkan trauma ringan yang terus menerus pada membrane mukosa. Keadaan ini memudahkan invasi antigen C.albicans ke dalam jaringan. Efek ini akan diperberat bila disertai dengan obstruksi kelenjar ludah dan rusaknya epitel akibat jelas yang ditimbulkan gigi tiruan.

Selain itu sIgA (Secretory IgA) yang terdapat di dalam saliva dan merupakan salah satu mekanisme pertahanan terhadap kandisosis rongga mulut tidak bias mencapai mukosa karena terhalang gigi tiruan, sehingga penderita yang memakai gigi tiruan terus menerus mudah mengalami denture stomatitis. Karena itu, pemakai gigi tiruan disarankan melepas gigi tiruannya pada waktu istirahat, terutama pada malam hari.

- Kebersihan Rongga Mulut

Kebersihan rongga mulut yang jelek merupakan tempat subur bagi pertumbuhan mikroorganisme, karena pada kebersihan rongga mulut yang jelek bias terjadi perubahan pH saliva, sehingga meningkatkan jumlah/kepaduan dan vurulensi jamur C.albicans. hal ini dilaporkan pada penelitian sebelumnya bahwa pada ibu hamil yang kebersihan rongga mulutnya jelek dilaporkan sebanyak52 dari 55 penderita (94,5%) menderita kandidosis. Selain itu kebersihan rongga mulut yang jelek dilaporkan merupakan salah satu factor predisposisi local untuk terjadinya denture stomatitis. Yang terpenting dilakukan dalam hal ini adalah menghilangkan predisposisi local tersebut menjaga kebersihan rongga mulut.

- Alergi

Bahan basisi tiruan lepasan umumnya terbuat dari resin akrilik. Salah satu unsure resin akrilik yang menimbulkan reaksi alergi adalah metal-meta krilat. Biasanya reaksi alergi terjadi segera setelah kontak dengan gigi palsu. Tetapi denture stomatitis, radang terjadi pada penderita dengan gigi palsu yang sudah lama atau tidak baik. Akibatnya factor reaksi alergi ini sudah banyak diabaikan.

- Gangguan Faktor sistematik

Beberapa factor sistemik memudahkan terjadinya infeksi yang disebabkan oleh C.albicans, yaitu : diabetes mellitus, malnutrisi, dan pemakaian obat-obatan dalam waktu lama, misalnya kortikosteroid dan antibiotika. Penderita dengan gangguan factor sistemik akan mudah mengalami denture stomatitis, terutama bila tidak memperhatikan factor predisposisi local, antara lain : lama pemakaian gigi tiruan lepasan, kebersihan rongga mulut, kebersihan gigi tiruan lepasan.

Stomatitis Karena Gigi Tiruan Burket’s, 2003

Lesi ini umumnya disebut sebagai denture stomatitis, seringkali merupakan infeksi asimtomatis yang disebabkan oleh candida. Mikroorganisme ini ditemukan pada mukosa dan jaringan gigi tiruan. Stomatitis ini merupakan peradangan kronis pada mukosa pendukung gigi tiruan yang sifatnya dapat setempat atau menyeluruh.

Kondisi ini dipicu oleh pemakaian gigi tiruan yang terus menerus sepanjang siang dan malam hari. Factor lain seperti xerostomia juga mendukung terjadinya lesi ini. Hipersensitif terhadap salah satu komponen dari bahan gigi tiruan dengan reaksi alergiknya juga merupakan salah satu factor penyebab.

Stomatitis karena gigi tiruan seringkali merupakan kandidosisatrofik kronis. Adanya plak microbial serta jamur pada permukaan gigi tiruan yang bersinggungan dengan mukosa pengukung penting bagi perkembangan stomatitis ini. Kondisi ini biasanya hilang dengan pembersihan gigi tiruan yang baik, termasuk merendam gigi tiruan dalam larutan antijamur di malam hari. Obat anti jamur seperti amfoterisin, mikonasol atau nistatin mungkin diperlukan dan harus di aplikasikan ke permukaan gigi tiruan sebelum gigi tiruan dipasang ke dalam mulut.

Kebanyakan pasien tidak menyadari adanya kelainan ini, karena biasanya tanpa gejala. Beberapa pasien mengeluh adanya rasa panas atau gatal yang biasanya dirasakan pada mukosa palatum atau mukosa lidah. Intensitas peradangan berbeda-beda, kadang terbatas pada daerah tertentu atau bisa pula mengenai seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Kelainan ini cenderung terjadi pada rahang atas daripada rahang bawah. Kadang terlihat peradangan palatal tipe granular.

Beberapa prosedur di bawah ini dapat di anjurkan untuk perawatan stomatitis akibat gigi tiruan :

1. pemeliharaan kebersihan mulut dan gigi tiruan yang baik diikuti dengan mengistirahatkan jaringan , perbaikan oklusi, serta perbaikan gigi tiruan.

2. Terapi antijamur. Dilakukan setelah pemeriksaan apus jaringan membuktikan adanya infeksi Candida. Pemberian tablet nistatin cukup efektif untuk mengendalikan infeksi ini.

3. pengambilan papilomatosia secara bedah

Stomatitis karena gigi tiruan dapat timbul bersama-sama dengan keilitis angularis yaitu suatu peradangan pada sudut mulut yang kadang-kadang terasa sakit. Keilitis angularis dapat sembuh dengan pemberian salep antijamur pada daerah yang terkena

Yang di bawah ini ga ada dapus Cuma buat tambahan aja soalnya dari abstract skripsi anak USU

Pemakaian gigitiruan dapat menimbulkan beberapa reaksi terhadap jaringan yaitu stomatitis hiperplastik, stomatitis angularis, hiperplasia mukosa mulut, dan denture stomatitis.3 Basker menyatakan bahwa pemakaian gigitiruan menyebabkan mukosa di bawah gigitiruan akan tertutup dalam waktu yang lama, sehingga menghalangi pembersihan permukaan mukosa maupun gigitiruan oleh lidah dan saliva. Apabila kebersihan rongga mulut pasien jelek, maka pada permukaan gigitiruan akan terbentuk plak yang terdiri dari genus Candida dan akan menimbulkan denture stomatitis.14 Pada denture stomatitis mikroorganisme yang berperan adalah jamur Candida albicans.3,8,11,14,15 Cawson dan Budtz-Jorgensen (1974) menyatakan bahwa pada pemakai gigitiruan, Candida termasuk faktor etiologi denture stomatitis.15 Candida albicans dapat ditemukan dalam rongga mulut yang sehat dalam konsentrasi rendah, kurang dari 20 sel/cc saliva, bersifat patogen oportunistik.15,16 Sibele dkk (2000) melaporkan dari 120 pasien dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sao Paulo, sebanyak 37 orang menderita denture stomatitis, dan 30 dari 37 orang tersebut diidentifikasi akibat Candida albicans.17

Infeksi jamur Candida albicans pada denture stomatitis harus dirawat dengan menyikat permukaan gigitiruan sampai bersih, kemudian gigitiruan direndam dalam desinfektan.3,18,19 Bahan desinfektan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme yang melekat pada gigitiruan.20-23 Bahan desinfektan yang dianjurkan sebagai perawatan tambahan pada denture stomatitis adalah klorheksidin. Klorheksidin merupakan bahan desinfektan golongan kemis.3,5,7,12,18,20

Universitas Sumatera Utara

Klorheksidin sangat efektif mengurangi akumulasi plak.3,24,25 Klorheksidin mempunyai anti bakteri spektrum luas, efektif untuk gram positif dan efektifitas lebih rendah untuk gram negatif.25 Di pasaran Indonesia tersedia Minosep buatan Minorock yang mengandung larutan klorheksidin glukonat 0,2%.24 Efek anti bakteri dari klorheksidin berupa pengikatan yang kuat terhadap sel membran bakteri, menambah permeabilitas, dan menghidupkan komponen intraselular sehingga menghambat absorpsi protein ke permukaan gigi yang dapat menyebabkan terbentuknya plak.26,27

Harga bahan-bahan desinfektan dan antiseptik yang bermerek sekarang cukup mahal, sehingga para ahli mengembangkan obat-obatan tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan dapat dipakai sebagai obat kumur serta berfungsi sebagai antiseptik maupun desinfektan.28 Obat-obatan tradisional Indonesia umumnya menggunakan bahan-bahan yang relatif mudah didapat dan tumbuhannya mudah dikembangbiakkan sehingga masyarakat lebih mudah mendapatkannya.29 Tumbuhan yang biasa dipakai sebagai obat tradisional diantaranya adalah daun semanggi, gambir, daun saga, daun jinten, daun kacapiring, dan daun sirih.28






No comments:

Post a Comment