Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Friday, February 10, 2012

Prevalensi Hepatitis A Dan Demam Tifoid di Wilayah Jember



Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Djoko Widodo, 2007). Hal ini disebabkan oleh kesehatan lingkungan yang kurang memadai, penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat (Harrison, 2005). Dinas Kesehatan Kabupaten Jernber mencatat demam tifoid menduduki peringkat 11 dari keseluruhan penyakit yang ada. Insiden demam tifoid tahun 2006 tercatat 23.347 orang dan insiden terbanyak terjadi pada usia 20-44 tahun. UPT Unej Medical Center melaporkan jumlah penderita demam tifoid mulai bulan Januari sampai bulan Oktober tahun 2007 adalah sebanyak 135 orang dan 100 diantaranya adalah mahasiswa. Prosentase jumlah penderita demam tifoid antara mahasiswa fakultas kesehatan dengan mahasiswa fakultas non kesehatan yaitu ada 14 penderita demam tifoid dari 374 mahasiswa fakultas kesehatan (3,74%) dan 86 penderita dari 2.533 mahasiswa fakultas non kesehatan (3,39%). Hepatitis A merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di seluruh dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Secara global virus hepatitis merupakan penyebab utama viremia yang persisten. Di Indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar 39,8-68,3% (Sanitoso, 2007). Pada tahun 2002-2003 terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) hepatitis dengan 80% penderita berasal dari kalangan mahasiswa. Dari data penderita hepatitis pada mahasiswa menunjukkan 56% mahasiswa tersebut terbiasa makan di warung atau pedagang kuliner kaki lima dengan hygiene sanitasi yang tidak baik (Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, 2003). Di Jember sendiri, jumlah kasus terbanyak dari kelurahan Sumbersari di dominasi oleh Hepatitis A (Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, 2007). Semenjak Desember 2006, situasi KLB hepatitis telah kembali ditetapkan di daerah Jember (Laporan Dinas kesehatan Kabupaten Jember, 2007). Dari permasalahan di atas, diperlukan penggunaan suatu media promosi kesehatan yang kreatif dan informatif dalam mencegah serangan penyakit demam tifoid dan hepatitis A.
Demam Tifoid Pengertian Demam tifoid (bahasa Inggris: typhoid fever) atau yang di masyarakat indonesia lebih dikenal dengan nama tifus, adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica khususnya turunannya yaitu Salmonella typhii. (Mansjoer, 2000). Cara Penyebaran Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram negatif, berflagel, dan tidak berspora. S. typhi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman ini mati pada suhu 56ÂșC dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu (Mansjoer, 2000) Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan tau tanpa gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000).

Hepatitis A Pengertian Keradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). (medterms.com, 2003). Cara Penyebaran HAV (Hepatitis A Virus) biasanya menular dari orang ke orang melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi dengan orang yang telah terkontaminasi hepatitis A. tipe penularan ini disebut “fecal oral”. Virus ini sangat mudah menyebar pada daerah yang memiliki kondisi sanitasi yang buruk atau kebersihan lingkungan yang baik tidak dapat ditemukan





No comments:

Post a Comment