Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Thursday, December 29, 2011

Gangguan Genetik Sindrom Down


Sindrom Down adalahsebuah gangguan genetik yang disebabkan oleh trisomi kromosom 21. Gangguan iniadalah gangguan kromosom tersering yang dijumpai dalam kelahiran hidup, yaitu 1dari 800 kelahiran hidup. Pada 95% kasus, sindrom Down disebabkan olehnondisjungsi kromosom ibu nomor 21 selama meiosis. Insidens sindrom Down yangberhubungan dengan nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu.


Sindrom Downterjadi pada 1 dari 1350 bayi yang lahir dari ibu berusia kurang dari 24 tahun,dan 1 dari 65 bayi yang lahir dari ibu berusia 41 sampai 45 tahun. Kurang dari5% kasus sindrom Down yang dapat dilacak berasal dari kromosom ekstra ayah.Penyebab sindrom Down ketiga yang tidak lazim adalah translokasi total atausebagian dari salah satu duplikat kromosom 21 normal menjadi kromosom yangberbeda, biasanya menjadi kromosom 13, 14, 15, 18, atau 22, namun kromosom lainjuga dapat menjadi target. Anak yang mengidap sindrom Down memiliki tingkatretardasi mental yang bervariasi, sering dapat diintervensi secara positifdengan program intervensi anak secara dini.

Gambaran Klinis

• Tingkat retardasi mental bervariasi.

• Mata Sipit ke arah atas, tangan pendek, hanya memiliki satu lipatan padatelapak tangan (simian crease), dan telinga letak rendah.

• Tubuh pendek.

• Lidah menonjol.

PerangkatDiagnostik

• Uji genetik pranatal (amniosentesis atau pengambilan sampel vilus korion)dapat mengidentifikasi janin pengidap sindrom Down.

• Pemeriksaan darah ibu dapat mengidentifikasi janin yang berisiko tinggimengidap sindrom Down. Dalam sebuah uji yang disebut uji quad, empat bahanmaternal yang bersirkulasi ditubuh diukur se- lama trimester dua kehamilan.Setelah didapatkan hasilnya, kasus sindrom Down pada ibu adalah 75 % pada ibuberusia kurang dari 35 tahun dan 85%-90% pada ibu berusia 35 tahun atau lebih.Bahan maternal ini meliputi:

Estrioltak-terkonjugasi (uE3).

uE3 diproduksi oleh plasenta. Kadarnya menurun sekitar 25% dalam serum ibu yangkehamilannya disertai sindrom Down dibandingkan kehamilan tanpa sidrom Down.

• Alfafetoprotein (AFP). AFP adalah protein serum utama dari janin. AFPberpindah dari sirkulasi janin ke sirkulasi maternal. Kadar AFP menurun padaserum maternal ibu yang mengandung janin sindrom Down. Kadar AFP juga digunakanuntuk mendeteksi defek tuba neural janin dan anensefali, dan kadar AFPmeningkat pada kedua defek ini.

Human chorionic gonadotropin (hCG). hCG diproduksi selama ke-hamilan, awalnyaoleh trofoblas dan kemudian oleh plasenta. Kadarnya dalam serum maternal lebihtinggi pada kehamilan dengan sindrom Down dibandingkan tanpa sindrom Down.

Inhibin A.

Inhibin A adalah suatu glikoprotein yang dibentuk selama kehamilan terutamaoleh plasenta. Inhibin A meningkat pada ibu yang mengandung janin sindrom Down.

• Skrining ultrasound pranatal menunjukkan adanya tanda-tanda fisik janinsindrom Down, terutama kelainan dalam ketebalan nuchal (bagian belakang leher).

• Karyotyping genetik setelah lahir dapat memastikan diagnosis klinis sindromDown.

Komplikasi

• Defek kongenital jantung atau organ lain sering terjadi berkaitan dengansindrom Down.

• Risiko leukemia di masa kanak-kanak dapat meningkat pada anak pengidapsindrom Down. Hal ini berkaitan dengan pengamatan bahwa sebagian bentukleukemia dapat berhubungan dengan defek pada kromosom 21. Pengidap sindrom Downjuga biasanya menderita penyakit Alzheimer selama empat atau lima dekadekehidupannya. Hal ini berkaitan dengan hasil pengamatan bahwa penyakitAlzheimer dapat muncul sebagian karena defek pada kromosom 21.

• Sekitar 20% janin sindrom Down mengalami abortus spontan ‘antara masakehamilan 10 dan 16 minggu. Banyak janin tidak berimplantasi pada endometriumatau ibu mengalami keguguran sebelum masa kehamilan 6 sampai 8 minggu.

Penatalaksanaan

• Mungkin diperlukan pembedahan apabila terdapat defek kongenital lain.

• Program intervensi dini dapat membatasi derajat retardasi mental.

No comments:

Post a Comment