Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Sunday, November 6, 2011

Dasar Pemikiran Masa Pengenalan dan Pembinaan Kader FK Unhas

Dasar Pemikiran Masa Pengenalan dan Pembinaan Kader FK Unhas:

Mahasiswa merupakan manusia yang berpendidikan. Mereka bukanlah siswa biasa. Dari segi namanya saja sudah diimbuhkan dengan kata maha. Kita ketahui bersama bahwa maha berarti yang di atas segalanya dan tidak ada yang menandingi. Berarti mahasiswa memiliki kewajiban lain selain sebagai pencari ilmu. Dalam tataran kemasyarakatan mahasiswa berada dalam tataran menengah. Mahasiswa berkewajiban untuk peduli apa yang ada di bawahnya dan juga yang ada di atasnya. Mahasiswa harus peduli dengan permasalahan bangsa.


Dari permasalahan bangsa yang sedang kita hadapi sekarang, mahasiswa berperan sebagai agent of change, iron stock, moral force, serta guardian value. Mahasiswa berperan sebagai agen perubahan, merubah keadaan yang menyedihkan ini menjadi keadaan yang jaya dan sejahtera. Merubah posisi keterpurukan bangsa ini menjadi posisi kejayaan yang tinggi. Mahasiswa berperan sebagai iron stock. Mahasiswa merupakan calon penerus bangsa, yang akan menuruskan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Mahasiswa berkewajiban untuk mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin sesuai dengan core competence yang ia miliki. Mahasiswa berperan sebagai moral force, dalam hal ini bila telah terjadi sebuah penyelewengan yang merugikan sekitar maka mahasiswa harus melawan penyelewengan tersebut dengan kekuatan moral. Memberikan tekanan dengan idealisme yang kita miliki. Mahasiswa berperan sebagai guardian value, mahasiswa adalah penjaga nilai-nilai kebaikan yang sudah ada agar tidak termakan habis oleh penyelewengan-penyelewengan nilai. Membuat nilai ini tetap terjaga sehingga keadilan tetap berdiri tegak.


Problematika yang sedang kita hadapi dalam sebuah pergerakan mahasiswa disebabkan oleh banyak hal. Alasan yang paling utama adalah karena sistem akademis yang diterapkan cukup memberatkan para aktivis dan sedikit demi sedikit mengebiri potensi gerakan mahasiswa. Sehingga mahasiswa sekarang cenderung hanya melakukan peran mahasiswa sebagai kaum terpelajar dibandingkan melaksanakan tridarma perguruan Tinggi secara keseluruhan, dalam artian mahasiswa masih jauh dari masyarakat. Peran dan fungsinya seakan-akan hilang hanya mengejar IPK dan bagaimana bisa dapat kerja yang baik. Selain itu, penyakit hedonisme yang sedang melanda sebagian mahasiswa menjadikan mereka kurang berminat dengan pergerakan mahasiswa bahkan bersifat apatis terhadap pergerakan mahasiswa. Disamping itu juga, biaya perkuliahan yang cukup mahal menjadikan sebagian mahasiswa hanya terfokus pada hal akademis saja.


Dengan keadaan mahasiswa yang demikian, maka kehadiran pengkaderan adalah harga mati untuk KEMA FK Unhas. Namun, pengkaderan seperti apakah yang diperlukan ? Arti pengkaderan adalah mengkader mahasiswa menjadi “mahasiswa seutuhnya.” Mahasiswa yang cerdas secara akademik, juga organisasi guna regenerasi. Akan tetapi, kebanyakan arti pengkaderan dinilai salah selama ini, sebab dimanfaatkan sebagai ajang arogansi senior terhadap junior yang terkesan bersifat perpeloncoan, pelaksana kegiatan yang hanya sekedar menyelesaikan kegiatan tanpa proses berkelanjutan, dll yang dapat mengakibatkan minat dan semangat peserta untuk berorganisasi pun menurun. Padahal skill keorganisasian itu penting, karena di dalam kampus mahasiswa akan berinteraksi dengan mahasiswa lain, senior, dosen, pegawai, dll serta menjadi alat untuk memperluas cakrawala. Idealnya, pengkaderan merupakan suatu ajang pengenalan dan adaptasi akan dunia kampus agar tercipta iklim yang kondusif bagi mahasiswa baru serta pembelajaran akan pengembangan diri bagi pelaku kegiatan (peserta, panitia, pemateri, dll) untuk bekal dalam bermasyarakat.


Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka kehadiran pengkaderan dengan wajah baru sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu, MPPK (Masa Pengenalan dan Pembinaan Kader) hadir sebagai titik awal penanaman idealisme mahasiswa dengan harapan dapat mengubah pemikiran serta perilaku mahasiswa ke arah yang lebih baik serta meningkatkan minat berlembaga yang didasari atas konsekuensi intelektual yang dimiliki untuk mencapai tujuan KEMA FK Unhas.


Dengan memperhatikan aspek-aspek spiritualitas, intelektualitas, humanitas, dan etika, yang diramu dalam metode-metode yang sistematis, berkesinambungan, kreatif serta fleksibel yang mencakup pengembangan skill keorganisasian agar transfer pengetahuan, idealisme, serta budaya kemahasiswaan yang harmonis mampu berjalan maksimal.

No comments:

Post a Comment