Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Sunday, November 6, 2011

Akondroplasia

Akondroplasia: I. PENDAHULUAN
Akondroplasia adalah kelainan bawaan yang diturunkan secara autosomal (mutasi genetik) dimana aggota gerak penderita lebih pendek dari normal dan tulang belakang biasanya tidak terkena sehingga terlihat gambaran cebol yang khas pada penderita.

Karena akondroplasia merupakan kelainan autosomal dominan, maka kemungkinan memiliki anak dengan akondroplasia adalah 50% jika salah satu orang menderita dan yang lainnya tidak menderita. Jika keduanya akondroplasia, maka kemungkinan bahwa anaknya menderita akondroplasia adalah 75%.

Akondroplasia merupakan bentuk tersering dari tubuh pendek normal. Dimana tubuh pendek normal disproporsional dapat didiagnosa dengan X-Ray sebelum lahir.
II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI

Frekuensi akondroplasia secara internasional dipercayai ada 1 kasus setiap 15.000-40.000 kelahiran di seluruh dunia. Pada tahun suatu penelitian di tahun 1986, “nilai prevalensi akondroplasia adalah antara 0,5-1,5 dari 10.000 kelahiran’. (Orioli et al 1986). Angka kejadian pada laki-laki dan perempuan adalah sama dan tidak ada catatan mengenai predileksi pada suku bangsa tertentu.
III. ETIOLOGI

Akondroplasia merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh mutasi dari gen FGFR3 yang menghambat pertumbuhan tulang. Hasilnya yaitu perkembangan tulang yang normalnya terjadi pada kartilago dari grow plate, menjadi lebih lambat. Ini menyebabkan tulang memendek, bentuk tulang abnormal, dan postur tubuh memendek.

Patologi yang terjadi dapat berupa kegagalan ossifikasi normal pada tulang panjang dimana ossifikasi pada tulang panjang hanya dapat mencapai separuhnya. Tinggi badan penderita biasanya tidak lebih dari 1,3 meter dan intelegensia tidak terganggu.

Akondroplasia merupakan suatu kelainan dimana sering terjadi proliferasi dan maturasi dari chondrosit. Kolom-kolom sel sangat pendek dan zona hipertropik memanjang. Pada metafise menunjukkan adanya sedikit kalsifikasi pada tulang rawan dan sedikit bone formation yang baru.

Adapun faktor resiko terjadinya akondroplasia antara lain adalah:

- Anak dari orang tua dengan akondroplasia

- Anak dari orang tua yang normal, carier mutasi gen FGFR3

- Umur orang tua yang bertambah, menyebabkan mutasi gen spontan.
IV. PATOGENESIS

Akondroplasia disebabkan oleh mutasi dari gen FGFR3 (fibroblast growth factor receptor-3). Gen ini telah dipetakan ada pada pita 4p16.3. Mutasi yang biasa terjadi menyebabkan gangguan pada fungsi gen FGFR3, yang berakhir pada penurunan fungsi ossifikasi endochondral, proliferasi yang tidak terkontrol dari chondrosit dalam pertumbuhan lempeng kartilago, penurunan hipertrofi selular, dan penurunan produksi dari matriks kartilago. Mutasi dari G1138A dan G1138C terhitung pada hampir 99% dari keseluruhan mutasi yang berakhir pada subtitusi asam amino spesifik (G380R). Mutasi yang langka adalah “novel missense mutation (Lys650Met)” pada region tyrosine kinase, yang menghasilkan kelainan “severe achondroplasia with developmental delay dan acanthosis nigraicans” (SADDAN). Mutasi yang lain, Gly380Arg, telah dilaporkan pada populasi Spanyol.
V. GAMBARAN KLINIK

Gambaran klinis yang terlihat:

- Adanya gangguan pertumbuhan dengan postur tubuh yang pendek, ekstremitas pendek yang mudah dikenali saat kelahiran.

- Tampak ketidakseimbangan antara berat badan dan pemendekan ekstremitas bawah, dengan banyaknya pemendekan dari segmen proksimal ekstremitas.

- Pelebaran tulang tengkorak pada regio frontal dan depresi batang hidung.

- Tangan yang pendek dan lebar dengan gambaran khas “trident hands”, dimana jari tengah tidak dapat digerakkan saat ekstensi.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

GAMBARAN RADIOLOGI

- Ekstremitas pendek dan tulang hidung memanjang

- Epifise : gambaran “ball in socket”

- Pelvis : gambaran “champaigne glass”

- Tangan : gambaran “trident hands”

- Tulang kepala : mandibula melebar, foramen magnum mengecil

- Tulang belakang :

o Diameter antero posterior mengecil dengan permukaan posterior yang konkaf dan spinal kanal cahaya ½ dari normal.

o Penurunan jarak lumbal interpeduncular

o Hipoplasia vertebra thoracolumbal
TES MOLEKUL GEN

Tes ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya mutasi dari gen FGFR3 (lengan kromosom 4p.16.3). Tes ini 99% sensitif dan tersedia dilaboratorium klinik.
VII. DIAGNOSIS

ANAMNESIS

Pasien akondroplasia biasanya datang dengan

- Adanya gangguan pertumbuhan dengan postur tubuh yang pendek, ekstremitas pendek yang mudah dikenali saat kelahiran.

- Pada orang dewasa, tinggi badan hanya mencapi 42-56 inchi (106-140 cm)

- Kepala melebar dan dahi menonjol.

- Riwayat kelahiran dengan kedua kaki tampak lurus, namun saat belajar jalan kakinya membengkok dan lutut tertekuk.

- Tangan dan kaki tampak melebar, tapi jari tangan dan kaki tampak memendek.

- Susah meluruskan tangan didaerah siku, tapi tidak sampai menghalangi mereka saat melakukan aktifitas.
PEMERIKSAAN FISIS

Gejala-gejala yang biasanya tampak pada pemeriksaan fisis pada penderita akondroplasia antara lain:

- Gambaran yang khas dari akondroplasia dapat dengan mudah dikenali saat kelahiran, yaitu dwarfisme yang menunjukkan adanya penurunan berat badan dan pemendekan ekstremitas bawah.

- Tampak ketidakseimbangan antara berat badan dan pemendekan ekstremitas bawah, dengan banyaknya pemendekan dari segmen proksimal ekstremitas.

- Pelebaran tulang tengkorak pada regio frontal dan depresi batang hidung.

- Tangan yang pendek dan lebar dengan gambaran khas “trident hands”, dimana jari tengah tidak dapat digerakkan saat ekstensi.

- Anak yang berusia lebih dari 12 bulan, dapat mengalami deformitas kyphosis dari thoracolumbal junction dan lordosis pada region thoracal atas.

- Saat anak mulai belajar jalan, lordosis lumbal mulai bertambah besar, dan bisa sampai ke pinggul.

- Pemendekan ekstremitas bawah yang biasa terjadi adalah deformitas genu varum dan kadang juga deformitas valgus di kaki.

- Infeksi telinga tengah, utamanya pada anak dan bila tidak diobati secepatnya dapat menyebabkan ketulian.

- Masalah gigi.

- Hydrocephalus

- Masalah pernapasan dan neurologi

- Lelah, nyeri dan parese tulang belakang.
VIII. DIAGNOSIS BANDING

Sementara ada lebih dari 100 displasia tulang yang menyebabkan postur tubuh pendek yang dapat dilihat, banyak dari mereka yang langka dan memiliki gambaran klinis dan radiologik yang membedakannya dari achondroplasia. Berlawanan dengan banyak dari displasia tulang yang lainnya, akondroplasia sudah terlihat sejak kelahiran, tapi tidak diasosiasikan dengan insufisiensi respiratorik. Kondisi-kondisi yang dapat membingungkan dengan akondroplasia adalah sebagai berikut:

- Hypochondroplasia yang berat (juga disebabkan oleh mutasi pada gen FGFR3)

- Hypoplasia cartilage-hair (metaphyseal chondrodysplasia, McKusick type)

- Pseudoachondroplasia (secara klinik dan genetik dapat dibedakan dari displasia tulang)
IX. PENATALAKSANAAN

Genu varum terjadi pada lebih dari setengah penderita akondroplasia. Deformitas yang berat dapat memerlukan terapi operasi. Paling sering yaitu dengan osteotomy tibia fibula proksimal. Pada anak dengan genu varum yang berat, osteotomy femur distal mungkin diperlukan. Prosedur pemanjangan otot dari anak-anak ini pernah dilaporkan, tapi secara sosial, psikologi dan ortopedik tidak meyakinkan.
X. KOMPLIKASI

Akondroplasia merupakan kelainan displasia tulang yang paling sering. Deformitas spinal yang paling sering menyertai kondisi ini adalah kiposis torakolumbal yang ditemukan saat kelahiran. Seiring perkembangan tonus otot dan mulainya kemampuan berjalan, biasanya deformitas kiposis membaik. Bailey menemukan bahwa sekitar 30% pasien dengan kiposis persisten dan 35% diantaranya memberat. Kiposis ini kurang ditoleransi oleh pasien dengan akondroplasia karena penurunan ukuran saluran spinal yang berhubungan dengan distensi interpedikuler pada region lumbalis bawah dan pemendekan pedikel dimana menyebabkan reduksi pada dimensi antero posterior kanalis spinalis.

Spinal kanal yang menyempit pada region thoracolumbal, sering disertai dengan kyphosis, dan kadang-kadang mengarah pada spinal cord yang progresif atau sindroma cauda equina. Komplikasi neurologi yang lain, yang berasal dari foramen magnum yang kecil adalah hydrocephalus (internal, dengan ventrikel yang besar atau eksternal, dengan subarachnoidal space yang melebar). Pada anak-anak, sindrom central apnea dan kelumpuhan kaki adalah khas, komplikasi ini bisa menyebabkan ventricular shunting.

Pada anak kurang dari 4 tahun, sering terjadi kompresi batang otak yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Pada usia 5-24 tahun, gangguan pernafasan dan gangguan susunan saraf pusat merupakan penyebab kematian paling sering. Pada usia 24-25 tahun, gangguan kardiovaskuler merupakan penyebab kematian paling sering.

XI. PROGNOSIS

Prognosis tergantung dari berat penyakit. Pasien dengan 2 gen mutasi (dari kedua orang tuanya, dapat disebut homozigot), biasanya meninggal beberapa minggu-beberapa bulan setelah lahir. Pasien dengan hanya 1 gen mutasi (hanya dari salah satu orang tua, yang disebut juga heterozigot), memiliki intelegensia dan kehidupan yang normal. Mereka biasanya tergantung pada aktifitas keseharian mereka. Banyak dari pasien ini lebih maju dalam melakukan hal-hal terbaik dalam kehidupan mereka.

No comments:

Post a Comment