Powered By Blogger
http://arif-healthy.blogspot.com/

Saturday, December 17, 2011

faktor etiologi penyakit gingival dan periodontal

faktor etiologi penyakit gingival dan periodontal: FAKTOR ETIOLOGI PENYAKIT GINGIVAL DAN PERIODONTAL

A. Klasifikasi
Penyakit periodontal adalah suatu keadaan peradangan dan degencrasi dari jaringan lunak dan tulang penyangga gigi. Penyakit periodontal bersifat khronis, kumulatif dan progresif yang dapat mengakibatkan penderita kehilangan gigi. Etiologi penyakit periodontal ini sangat kompleks, dan merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada kelompok usia 35 tahun ke atas. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang masih merupakan masalah di masyarakat

Berdasarkan peranannya dalam menimbulkan penyakit, faktor etiologi penyakit gingival dan periodontal diklasifikasikan sebagai berikut :
• Faktor etiologi primer, berupa plak dental/ plak bakteri.
• Faktor etiologi sekunder/ pendorong, yang mempengaruhi efek dari faktor primer.
Berdasarkan keberadaanya:
• Faktor etiologi lokal/ ekstrinsik
• Faktor sistemik/ intrinsic
Faktor lokal adalah faktor yang berakibat langsung pada jaringan periodonsium; dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu faktor iritasi lokal dan fungsi lokal. Yang dimaksud dengan faktor lokal adalah plak bakteri sebagai penyebab utama. Faktor-faktor lainnya antara lain adalah bentuk gigi yang kurang balk dan letak gigi yang tdak teratur, maloklusi, malfungsi gigi, over hanging restoration dan bruksisme. Faktor tersebut dinamakan faktor ekstrinsik karena berada di luar jaringan periodonsium
Faktor sistemik sebagai penyebab penyakit periodontal antara lain adalah pengaruh hormonal pada masa pubertas, kehamilan, menopause, defisiensi vitamin, diabetes mellitus dan lain-lain. Faktor sistemik adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi umum pasien. Faktor sistemik dinamakan juga faktor intrinsic karena berada dalam tubuh pasien.

B. Kaitan antara masing-masing klasifikasi
Bila klasifikasi pertama dikaitkan dengan yang kedua, jelas bahwa faktor etiologi utama(plak dental) merupakan faktor etiologi lokal. Faktor-faktor pendorong yang dimaksudkan pada klasifiksi pertama bisa merupakan faktor etiologi lokal atau sistemik tergantung keberadaanya. Terlihat adanya hubungan yang erat antara faktor lokal dan faktor sistemik, yaitu penyakit diabetes mellitus dapat mengakibatkan meningkatnya insiden karies dentis dan memperberat gingivitis maupun penyakit periodontal. Sebaliknya infeksi gigi dan jaringan sekitarnya dapat mempengaruhi stabilitas kadar gula darah

C. Karakter antara factor local dan factor intrinsik
Interaksi antara faktor lokal dan faktor sistemik pada penyakit gingiva dan periodontal sampai sekarang ini masih kontroversial. Pada kebanyakan penyakit gingiva dan periodontal, khususnya infalamasi kronis, faktor lokal berupa plak bakteri merupakan faktor etiologi utama. Faktor sistemik berperan sekunder dengan jalan memperparah respon periodonsium terhadap iritan lokal.
Namun demikian, faktor sistemik tertentu seperti pemakaian obat yang mngandung nifedipin dapat berperan primer dengn menyebabkan terjadinya hiperplasia gingiva gingiva non inflamasi. Dalam keadaan seperti ini, justru faktor lokal yang berperan sekunder dengan memperparah hiperplasia bila telah terjadi inflamasi.


PLAK DENTAL
A. Klasifikasi
Dental plak adalah deposit lunak berwarna putih kekuningan yang tersusun dari garam-garam saliva dan koloni mikroorganisme mulut ( pada umumnya Streptococcus mutans ). Dental plak merekat kuat pada permukaan gigi dan lokasi tersering adalah pada daerah-daerah gigi yang sulit terjangkau saat menggosok gigi seperti pada pit dan fissure dari gigi-gigi premolar-molar atau pada daerah tersembunyi di samping gigi dengan malposisi.
Berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi, plak dental diklasifikasikan atas:
1. Plak Supragingival
Plak supragingival adalah plak yang berada pada atau koronal dari tepi gingiva. Plak supragingival yang berada tepat pada tepi gingiva dinamakan secara khusus sebagai plak marginal.

2. Plak Subgingival
Plak subgingival adalah plak yang lokasinya apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dengan jaringan yang mendindingi sulkus gingiva. Secara morfologis, plak subgingival dibedakan pula atas plak subgingival yang berkaitan dengan gigi (tooth associated) dan plak subgingival yang berkaitan dengan jaringan (tissue associated)

B. Proses Pembentukan Plak
Proses pembentukan plak dibagi atas tiga tahap, yaitu:
1. Pembentukan pelikel dental
Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah desikasi jaringan. Di atas pelikel ini akan menempel berbagai macam bakteri yang membentuk koloni. Komponen dari pelikel ini termasuk di dalamnya adalah albumin, lisozim, amilase, imunoglobulin A, protein kaya prolin dan mucin.
2. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram-positif, seperti Actinomyces viscous dan Streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang ada di permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Setelah kolonisasi awal permukaan gigi, plak meningkat oleh dua mekanisme yang berbeda:
1) Multiplikasi bakteri sudah menempel pada permukaan gigi
2) Lampiran berikutnya dan multiplikasi spesies bakteri baru pada sel-sel bakteri sudah hadir di plak massa.

3. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Pengkoloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih. Bakteri sekunder yang terdapat pada pelikel gigi termasuk spesies Gram-negatif seperti Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia, dan spesies Capnocytophaga. Organisme ini biasanya akan ditemukan dalam plak setelah 1 sampai 3 hari akumulasi. Proses perlekatannya adalah berupa interaksi stereokhemikal yang sangat spesifik dari molekul-molekul protein dan karbohidrat yang berada pada permukaan sel bakteri.

C. Struktur dan Sifat Fisiologis
Struktur plak supragingival adalah berupa kokus gram positif dan bakteri batang yang pendek mendominasi permuakaan yang menghadap gigi. Sedangkan bakteri batang dan filamen garm-negatif dan spirokheta mendominasi permukaan luar plak matang.
Pada sulkus gingiva atau saku mengenang cairan sulkular yang mengandung banyak substansi yang bisa dijadikan bahan makanan oleh bakteri. Plak yang berkaitan dengan gigi ditandai dari kokus dan bakteri batang gram positif, termasuk diantaranya Streptococcus mitis, S. sanguis,A. viscous, A.naeslundii, dan Eubakterium sp. Plak yang berkaitan dengan jaringan tersusun lebih longgar dibandingkan yang berkaitan dengan gigi. Bakteri yang terkandung pada plak ini terutama bakteri batang dan kokus gram negatif disamping filamen, bakteri batang berflagela, dan spirokheta. Berdasarkan hasil pengkulturan bakteri yang dominan pada plak yang berkaitan dengan jaringan adalah P. gingivalis,P. intermedia, Capnocytophaga ochracea.
Peralihan mikroorganisme pada struktur plak dental dari gram positif ke gram negatif sejalan dengan peralihan fisiologis pada perkembangan plak. Diantara bakteri yang ada pada plak dental berlangsung banyak interaksi fisiologis. Pejamu juga merupakan sumber nutrisi yang penting.
D. Hubungan Antara Mikroorganisme Plak Dengan Penyakit Periodontal
Dahulu ada anggapan bahwa penyakit periodontal merupakan akibat dari penumpukan plak yang terus berlangsung disertai penurunan respon pejamu dan peningkatan kerentanan pejamu sehubungan dengan bertambahnya usia seseorang. Kemudian berkembang dua konsep, masing-masing hipotesa plak non-spesifik dan hipotesa plak spesifik.
1. Hipotesa Plak Non-spesifik
Dikemukakan tahun 1976 oleh Loesche. Berdasarkan hipotesa ini, penyakit periodontal adalah berasal dari produk perusak (noxious product) dari seluruh flora plak yang ada. Termasuk kedalam hipotesa non-spesifik ini adalah konsep bahwa kontrol terhadap penyakit periodontal adalah tergantung pada pengkontrolan jumlah penumpukan plak dengan jalan perawatan lokal disertai prosedur kebersihan mulut.
2. Hipotesa Plak Spesifik
Berdasarkan hipotesa plak spesifik, hanya bakteri plak tertentu yang patogen, dan patogenitasnya tergantung pada keberadaan atau peningkatan mikroorganisme yang spesifik. Pada setiap tipe penyakit biasanya berperan 6-12 spesies bakteri patogen. Diterimanya hipotesa plak spesifik berawal dari dikenalinya Actinobacillus actinomycetemcomitans sebagai patogen pada periodontitis juvenil lokalisata.
E. Komposisi Bakteri Plak
Komposisi utama plak dental adalah mikroorganisme. Diperkirakan bahwa sebanyak 400 spesies bakteri yang berbeda dapat ditemukan dalam plak. Selain sel-sel bakteri, plak mengandung sejumlah kecil sel epitel, leukosit, dan makrofag. Sel-sel yang terkandung dalam sebuah matriks ekstraseluler, yang terbentuk dari produk bakteri dan air liur. Matriks ekstraselular mengandung protein, polisakarida dan lipid.


F. Mekanisme Perusakan Periodonsium Oleh Bakteri Plak
Kemampuan bakteri dalam merusak jaringan pejamu dikelompokkan atas:
1. Kemampuannya secara langsung menyebabkan degradasi atau penghancuran sel pejamu
2. Kemampuannya untuk memicu jaringan pejamu sehingga sel-sel jaringan pejamu melepas substansi yang secara biologis aktif dan dapat merusak jaringan pejamu itu sendiri yaitu:
Produk bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan atau metabolism sel-sel jaringan pejamu: Ammonia, Senyawa sulfur, Asam lemak, Peptide, Indol, dan Enzim(lihat tabel 1)
Enzim bakteri Spesies
Kolagenase Porphyromonas gingivalis;
actinobacillus actinomycetemcomitans
Enzim mirip tripsin Pophyromonas gingivalis;
actinobacillus actinomycetemcomitans
Keratinase Pophyromonas gingivalis;
Treponema denticola
Arilsulfatase Treponema denticola
Neuaminidase Champylobacter rectus;
bacteroides forsythus;
Pophyromonas gingivalis
Enzim pendegradasi fibronektin Pophyromonas melaninogenica;
Pophyromonas gingivalis;
prevotella intermedia
Pospolipase A prevotella intermedia;
Pophyromonas melaninogenica
Tabel 1. Enzim bakteri yang dapat merusak jaringan pejamu
Produk bakteri dapat pula menimbulkan efek biologis pada sel-sel jaringan pejamu , dimana produk tersebut akan memicu system imunitas yang pada akhirnya bias menimbulkan perusakan pada jaringan pejamu. Salah satunya adalah dilepaskannya interleukin-2 ; TNF (tumor necrosis factor) dan prostaglandin dari monosit yang terpapar dengan endotoksin bakteri. Dimana pelepasan hal-hal diatas dapat berpotensi untuk menyebabkan resorpsi tulang dan menghambat ataupun mengaktifkan sel-sel imunitas lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan lain


KALKULUS
A. Klasifikasi
Kalkulus merupakan suatu endapan amorf atau kristal lunak yang terbentuk pada gigi atau protesa dan membentuk lapisan konsentris. Bakteri plak diperkirakan memegang peranan penting dalam pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses mineralisasi, meningkatkan kejenuhan cairan di sekitarnya sehingga lingkungannya menjadi tidak stabil atau merusak faktor penghambat mineralisasi.

Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya terhadap gingival margin yaitu kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival.

B. Komposisi
Kalkulus terdiri dari komponen anorganik (70%-90%) dan komponen organik.
Kandungan anorganik
Komponen anorganik kalkulus supragingival terdiri dari 75,9% kalsium posfat; 3,1% kalsium karbonat dan sejumlah kecil magnesium posfat, dan logam lainnya. Komponen anorganik yang utama adalah kalsium (39%); posfor (19%); karbondioksida (1,9%); magnesium (0,8%); dan sejumlah kecil natrium, seng, stronsium, bron, tembaga, mangan, tungsten, emas, aluminium, silikon, besi, dan fluor.
Sedikitnya dua per tiga komponen anorganiknya dalam bentuk kristal. Empat bentuk kristal yang utama adalah :
• Hidroksiapatit (sekitar 58%)
• Magnesium whitlockite (sekitar 21%)
• Oktakalsium posfat (sekitar 21%)
• Brusit (sekitar 9 %)
Kandungan organik
Kalkulus supragingival terdiri dari komponen anorganik (70-90%) dan komponen organik.
Komponen organik kalkulus terdiri dari campuran senyawa protein-polisakarida, sel-sel epitel yang deskuamasi, leukosit, dan bernagai tipe bakteri. 1,9-9,1% komponen organiknya berupa karbohidrat , yang terdiri dari galaktosa, glukosa, ramnosa, mannosa, asam glukoronat, galaktosamin, dan kadang-kadang arabinosa, asam galakturonat, dan glukosamin.
Protein saliva merupakan 5,9%-8,2% dari komponen organik kalkulus dan kebanyakan berupa asam amino. Lemak terdapat sejumlah 0,2% dari kandungan organik dalam bentuk lemak netral, asam lemak bebas, kolesterol,kolesterol ester, dan posfolipid.
Komposisi kalkulus subgingival mirip dengan komposisi kalkulus supragingival dengan sedikit perbedaan. Pada kalkulus subgingival kandungan hidroksiapatitnya sama, magnesium whitlockite lebih banyak, brusit dan oktakalsium posfat lebih sedikit. Rasio kalsium; posfat adalah lebih tinggi pada kalkulus subgingival, kandungan natrium meningkat dengan semakin dalamnya saku periodontal. Protein saliva tidak dijumpai pada kalkulus subgingival.
C. Mekanisme Perlekatan Kalkulus ke Permukaan Gigi
Ada 4 cara perlekatan kalkulus ke permukaan gigi :
1. Perlekatan dengan bantuan pelikel organik
2. Penetrasi bakteri kalkulus ke sementum
3. Perlekatan mekanis ke ketidakrataan pada permukaan gigi
4. Adaptasi rapat antara depresi/lekukan pada permukaan dalam kalkulus ke penonjolan pada permukaan sementum yang tidak terganggu (masih utuh)

D. Proses Pembentukan Kakulus
Kalkulus melekat ke plak dental yang telah mengalami mineralisasi. Proses kalsifikasi mencakup pengikatan ion-ion kalsium ke senyawa karbohidrat-protein dari matriks organik, dan pengendapan kristal-kristal garam kalsium posfat. Kristal terbentuk pertama kali pada matriks interseluler dan pada permukaan bakteri, dan akhirnya diantara bakteri
Kalsifikasi kalkulus dimulai sepanjang permukaan dalam plak supragingival (dan pada komponen melekat dari plak supragingival) yang berbatasan dengan gigi membentuk fokus-fokus yang terpisah. Fokus-fokus tersebut kemudian membesar dan menyatu membentuk massa kalkulus yang padat. Kalsifikasi tersebut dapat diikuti dengan perubahan kandungan bakteri dan kualitas pewarnaan plak. Dengan adanya kalsifikasi, bakteri berfilamen bertambah jumlahnya. Pada fokus-fokus kalsifikasi terjadi perubahan dari basofilia menjadi eosinofilia; intensitas pewarnaan menunjukkan pengurangan reaksi periodic acid-schiff positif dan sulfihidril dan grup amino, dan pewarnaan dengan toluidin blue yang pada mulanya ortokromatik berubah menjadi metakromatik dan menghilang. Kalkulus dibentuk lapis demi lapis, dimana setiap lapis sering dipisahkan oleh kutikula yang tipis, yang kemudian tertanam dalam kalkulus dengan berlangsungnya kalsifikasi.
Gambar-gambar di bawah menunjukkan tahap pembentukan karang gigi (atau kalkulus).

E. Peranan Kakulus Sebagai Faktor Etiologi
Kalkulus secara langsung tidak berpengaruh terhadap terjadinya penyakit periodontal; akan tetapi karena kalkulus terbentuk dan plak gigi yang termineralisasi karena pengaruh komponen saliva, maka secara tidak langsung kalkulus juga dianggap sebagai penyebab keradangan gusi (gingivitis). Regio kalkulus yang telah dibersihkan dan plak gigi dan dipoles permukaannya ternyata tidak menimbulkan keradangan gusi dibandingkan dengan regio kalkulus yang tidak dipoles.
Banyak faktor yang merupakan predisposisi terbentuknya plak gigi. Plak gigi dan kalkulus mempunyai hubungan yang erat dengan keradangan gusi; bila keradangan gusi ini tidak dirawat, akan berkembang menjadi periodontitis atau keradangan tulang penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang atau tanggal. Tetapi akhir-akhir ini dilaporkan bahwa baik pada penelitian klinis maupun epidemiologis ternyata tidak semua gingivitis selalu berkembang menjadi periodontitis. Penyakit periodontal bersifat kronis dan destruktif, umumnya penderita tidak mengetahui adanya kelainan dan datang sudah dalam keadaan lanjut dan sukar disembuhkan.
Kalkulus dan gingivitis terdapat lebih banyak pada para perokok daripada bukan perokok. Sedangkan Sheiham melaporkan bahwa para perokok mempunyai skor plak, kalkulus dan derajat penyakit periodontal yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok.

DEBRIS MAKANAN DAN MATERI ALBA
A. Perbedaan Debris Makanan dan Materi Alba
Debris makanan adalah sisa-sisa makanan yang dicairkan oleh enzim-enzim bakteri , dan dibersihkan dari rongga mulut setiap lima menit setelah makan, tetapi sebagian tetap tinggal di permukaan gigi dan mukosa dan lebih mudah dibersihkan daripada plak. Sedangkan materi alba adalah deposit lunak, bersifat melekat, berwarna kuning atau putih keabu-abuan, dan daya lekatnya lebih rendah dibandingkan plak dental.
Materi alba merupakan kumpulan mikroorganisme, sel-sel epitel deskuamasi, lekosit, dan campuran protein saliva dengan lemak, dengan sedikit atau tanpa partikel makanan, serta tidak mempunyai pola susunan yang teratur. Debris makanan juga mengandung bakteri, namun berbeda dengan bakteri coatings (plak dan materi alba). Debris makanan seharusnya dibedakan dsri serat-serat yang terjerat di daerah interproximal pada daerah timbunan makanan.
B. Peranannya sebagai Faktor Etiologi
Plak dental bukanlah derivat debris makanan, dan debris makanan bukan penyebab gingivitis yang penting.
Penumpukan materi alba cenderung pada sepertiga gingival gigi dan pada gigi yang malposisi. Efek pengiritasian dari materi alba terhadap gingiva adalah berasal dari bakteri dan produk bakteri.

STEIN DENTAL
Stein adalah deposit berpikmen pada permukaan gigi. Secara primer keberadaan stein merupakan masalah estetis. Stein terjadi akibat pikmentasi pelikek perkembangan (pelikel yang membalut gigi pada masa pertumbuhan dan erupsi gigi) atau pelikel akuid (pelikel yang didapat setelah gigi erupsi ) oleh bakteri kromogenik, makanan dan bahan kimia. Stein bervariasi dalam hal warna, komposisi, dan kekuatan perlekatannya ke permukaan gigi.

Stein dental secara umum dibagi 2, yaitu :
• Extrinsic stains.
• Intrinsic stains.
Berdasarkan warna dan timbulnya, stein dental terdiri dari :
1. Stein coklat
∞ Berupa pelikel terpikmentasi yang tipis, bebas bakteri, akuid, dan translusen.
∞ Timbul pada individu yang tidak menyikat giginya dengan baik, atau menggunakan pasta gigi tanpa aksi pembersih yang adekuat, dan juga karena adanya tannin.
∞ Terdapat pada permukaan bukal molar maksila dan pada permukaan lingual insisivus mandibula.
2. Stein tembakau
∞ Merupakan deposit permukaan yang melekat erat, berwarna coklat atau hitam, yang disertai perubahan warna substansi gigi menjadi coklat.
∞ Pewarnaan adalah akibat dari produk pembakaran tar, dan dari penetrasi sari tembakau ke pit dan fissure, enamel, dan dentin.
∞ Derajat pewarnaan tergantung dari pelikel akuid yang telah ada pada permukaan gigi yang akan melekatkan produk tembakau ke permukaan gigi.

3. Stein hitam
∞ Berupa garis hitam tipis pada pemukaan vestibular dan oral dari gigi dekat ke tepi gingiva, dan sebagian daerah diffus pada permukaan proksimal.
∞ Melekat erat ke permukaan gigi, dan cenderung timbul kembali setelah disingkirkan, sering pada wanita dan bisa timbul pada individu dengan higienen oral yang baik.
∞ Stein hitam yang terjadi pada gigi susu biasanya disertai karies yang rendah pada gigi dengan stein hitam.
∞ Sering dikaitkan dengan baktei kromogenik. Diduga penyebabnya adalah bakteri batang gram positif, terutama spesies actinomyces, karena mendominasi mikroflora stein hitam.
4. Stein hijau
∞ Berwarna hijau atau kuning kehijau-hijauan, kadang-kadang cukup tebal, dan sering dijumpai pada anak-anak, yang mungkin merupakan pigmentasi dari partikel saliva oleh bakteri kromogenik.
∞ Diduga stein ini adalah sisia stein dari kutikula enamel. Pewarnaan disebabkan oleh bakteri dan jamur (fungi) fluorosensi, seperti penicillum dan aspergillus.
∞ Biasanya terjadi pada setengah gingival permukaan vestibular gigi anterior maksila, sering dijumpai pada anak laki-laki (65%) daripada anak-anak perempuan(43%).
5. Stein orange
∞ Jarang dijumpai dibandingkan stein hijau dan stein coklat.
∞ Bisa terjadi pada permukaan vestibular maupun pada permukaan oral gigi anterior.
∞ Penyebabnya adalah bakteri kromogenik serratia marcescens dan flavobacterium lutescens.
6. Stein logam
∞ Disebabkan oleh logam dan garam-garam logam, yang masuk ke rongga mulut karena debu yang mengandung logam terhisap oleh buruh industry, atau melalui obat-obatan yang diberikan secara oral.
∞ Logam tersebut berikatan dengan pelikel di permukaan gigi dan menimbulkan stein permukaan atau penetrasi ke substansi gigi membentuk pewarnaan yang permanen.
∞ Debu tembaga akan menimbulkan stein hijau dan debu bei menimbulkan stein coklat. Obat-obatan yang mengandung besi menimbulkan deposit sulfit besi berwarna hitam. Stein logam lain yang kadang-kadang dijumpai adalah berkaitan dengan mangan (warna hitam), air raksa(hitam kehijau-hiauan ), nikel (hijau), dan perak(hitam).

7. Stein klorheksidin
∞ Merupakan stein yang timbul akibat pemakaian obat kumur yang mengandung klorheksidin untuk jangka waktu yang lama.
∞ Klorheksidin biasa retensi(tinggal dan melekat) di rongga mulut karena afinitasnya terhadap sulfat dan grup asam, seperti yang dijumpai pada kandungan plak, lesi karies, pelikel, dan dinding sel bakteri. Retensi klorheksidin di rongga mulut tergantunga pada konsentrasi dan lama pemakaian.
∞ Stein klorheksidin menyebabkan warna coklat kekuning-kuningan sampai kecoklat-coklatan pada jaringan di rongga mulut. Pewarnaan terjadi pada daerah serviks dan interproksimal gigi asli, restorasi, plak, dan pada permukaan lidah. Pewarnaan pada enamel dan dentin tidaklah permanen karena dapat dibersihkan dengan penyikatan gigi atau profilaksis professional. Stein yang sama juga dihasilkan oleh obat kumur aleksidin.

FAKTOR IATROGENIK
A. Pengertian
Faktor-faktor iatrogenik adalah kesalahan pada restorasi atau protesa yang bisa berperan dalam menyebabkan inflamasi gingiva dan perusakan jaringan periodontal.
B. Jenis-Jenisnya
Tepi Restorasi
Tepi tumpatan yang overhanging berperan dalam terjadinya inflamasi gingiva dan perusakan periodontal karena merupakan lokasi yang ideal bagi penumpukan plak serta dapat mengubah keseimbangan ekologis sulkus gingiva ke arah yang menguntungkan bagi organisme anaerob gram-negatif yang menjadi penyebab penyakit periodontal.
Meskipun restorasinya dibuat dengan standard kualitas yang tinggi, apabila tepinya ditempatkan subgingival akan meningkatkan penumpukan plak dan laju aliran cairan sulkular. Adanya kekasaran pada daerah subgingiva akibat penempatan tepi restorasi pada daerah subgingiva merupakan penyebab penumpukan plak dengan akibat respon inflamasi yang ditimbulkannya.

Kontur Restorasi
Mahkota tiruan dan restorasi dengan kontur berlebih (overcontoured) cenderung mempermudah penumpukan plak dan kemungkinan juga mencegah mekanisme self-cleansing oleh pipi, bibir, dan lidah. Kontak proksimal yang inadekuat, tidak dikembalikannya anatomi occlusal marginal ridge dan developmental groove cenderung menimbulkan impaksi makanan.

Oklusi
Restorasi yang tidak sesuai dengan pola oklusal akan menimbulkan disharmoni yang bisa mencederai jaringan periodontal pendukung.
Bahan Restorasi
Pada umumnya bahan restorasi tidak mencederai jaringan periodontal, kecuali bahan akrilik self-curing. Yang terpenting adalah bahan restorasi harus dipoles dengan baik agar tidak mudah ditumpuki plak.

Desain GTSL
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan mempermudah penumpukan plak, terutama apabila desainnya menutup gingiva. Gigi tiruan yang terus dipakai sepanjang siang dan malam akan menginduksi lebih banyak pembentukan plak dibandingkan gigi tiruan yang hanya digunakan pada siang hari saja. Oleh karena itu, pemeliharaan kebersihan mulut bagi pengguna gigi tiruan sangat penting untuk menghindari terjadinya gangguan terhadap gigi yang masih ada serta jaringan periodonsiumnya.

Prosedur Kedokteran Gigi
Penggunaan klem rubber dam, cincin untuk matriks, dan disc yang tidak baik bisa mencederai gingiva dengan akibat terjadinya inflamasi. Separasi gigi yang terlalu memaksa dapat menimbulkan cedera pada jaringan periodontal pendukung.


PERANANAN PIRANTI ORTODONTI SEBAGAI FAKTOR ETIOLOGI
Perawatan ortodonti bisa berperan dalam menimbulkan penyakit atau kelainan pada periodonsuim dengan berabagai cara :
Retensi plak
Piranti ortodonti tidak saja cendrung mempermudah penumpukan plak dental dan debris makanan dengan akibat timbulknya gingivitis, tetapi bisa pula memodofikasi ekosistem gingiva. Dilaporkan bahwa setelah pemasanagn cincin ortodonti terjadi peningkatan proporsi Prevotella melaninogenica, Prevotela intermedia, dan Actinomyces odontolyticus, dan pengurangan flora anaerob/fakultatif di dalam sulkus gingiva.
Iritasi dari cincin ortodonti
Pemasangan cincin ortodonti yang dipaksakan terlalu jauh ke daerah subgingiva bisa menyebabkan terpisahnya gingiva dari akibat migrasi epitel penyatu ke arah apikal sehingga timbul resesi gingiva.
Tekanan dari piranti ortodonti
Tekanan ortodonsi yang normal dapat diadaptasi periodonsuim berupa remodeling. Tekanan yang berlebihan bisa menimbulkan nekrose jaringan periodontal dan tulang alveolar, yang pada umumnya bisa mengalami perbaikan apabila tekanannya dikurangi. Namun demikian, apabila kerusakan melibatkan ligamen periodontal yang berada pada krista tulang alveolar, kerusakannya adalah irreversible. Tekanan ortodonsi yang terlalu berlebihan dapat pula menyebabkan resopsi pada apkes akar gigi.

IMPAKSI MAKANAN
Mekanisme Terjadinya Sebagai Faktor Etiologi
Impaksi makanan adalah terdesaknya makanan secara paksa ke jaringan periodonsium. Hubungan kontak proksimal yang utuh dan ketat mencegah terdesaknya makanan secara paksa ke daerah interproksimal. Lokasi kontak proksimal yang optimal dalam arah serviko oklusal adalah pada diameter mesio distal terbesar dari gigi, dekat ke Krista marginal ridge. Tidak adanya kontak atau kontak proksimal yang tidak baik kondusif bagi terjadinya impaksi makanan.

Kontur permukaan oklusal yang dibentuk oleh marginal ridge dan developmental groove secara normal akan mendeflesikan makanan menjauhi ruang interproksimal. Apabila gigi menjadi aus dan permukaan oklusalnya menjadi datar, maka efek mendesak dari tonjol(cusp) gigi antagonis ke ruang interproksimal akan bertambah hebat dengan akibat terjadinya impaksi makanan. Efek tonjol pendorong bisa timbul karena keausan gigi, atau karena perubahan posisi gigi karena tidak digantinya gigi yang hilang.

Overbite anterior yang berlebihan merupakan salah satu penyebab umum impaksi makanan di region anterior, dimana makanan akan terdesak ke gingival pada permukaan vestibular gigi anterior mandibula atau permukaan oral gigi anterior maksila.
Hirschfeld mengemukakan beberapa factor yang menjurus ke terjadinya impaksi makanan yaitu:
1. Keausan oklusl yang tidak sama rata
2. Terbukanya titik kontak sebagai akibat hilangnya dukungan proksimal atau karena estruksi
3. Abnormalitas morfologis congenital
4. Restorasi yang tidak baik konstruksinya
Ada juga impaksi makanan lateral dimana sumber tekanan yang mendesak makanan adalah tekanan lateral dari pipi, lidah dan bibir. Impaksi lateral lebih mudah terjadi apabila embrasure gingival menjadi besar karena kerusakan jaringan akibat penyakit periodontal atau resesi.Dampak impaksi makanan akan menimbulkan penyakit gingival, periodontal, dan memperhebat keparahan penyakit yang telah ada.
periodontal disease


PERANAN FACTOR-FAKTOR BERIKUT SEBAGAI FACTOR ETIOLOGI

A. Tidak Digantinga Gigi yang Hilang
Pencabutan gigi yang tidak disetai penggantian dengan gigi tiruan dapat menimbulkan serangkaian perubahan yang menimbulkan dampak bagi periodonsium. Apabila gigi molar pertama dicabut, perubahan awal yang terjadi adalah drifting ( bergesernya) dan tilting (miring) gigi molar kedua dan ketiga mandibula, dan ekstrusinya molar pertama maksila.
Tilting gigi posterior juga menyebabkan berkurangnya dimensi vertical dan bertambahnya overbite anterior. Gigi anterior mandibula meluncur pada gingival sepanjang permukaan oral gigi anterior maksila dengan akibat posisi mandibula bergeser ke distal. Selain itu, terjadi impaksi makanan dan pembentukan saku pada gigi anterior. Drifting premolar kedua mandibula ke distal menyebabkan terjadinya impaksi makanan.

B. Maloklusi dan Malposisi Gigi
Gigi-geligi yang tidak teratur menyebabkan control plak sukar bahkan bias tidak mungkin bias dilakukan. Resesi gingival bias terjadi pada gigi labioversi. Disharmoni oklusal yang disebabkan maloklusi dapat mencederai periodonsium. Overbite yang berlebihan sering menyebabkan iritasi gingival pada rahang antagonis. Openbite bisa menjurus ke perubahan periodontal yang disebabkan penumpukan plak dan hilangnya fungsi.

KEBIASAAN BURUK YANG BIAS BERPERAN SEBAGAI FACTOR ETIOLOGI

A. Jenis-jenisnya,yaitu :
(1) Bernapas dari mulut
(2) Mendorong-dorongkan lidah
(3) Penggunaan tembakau
(4) Trauma sikat gigi dan alat pembersihnya
(5) Kebiasaan parafungsi atau bruksim
(6) Neurosis
(7) Kebiasaan berkaitan dengan okupasi

B. .Peranannya masing-masing
(1) Bernafas dari mulut
Gingivitis sering dikaitkan dengan kebiasaan bernapas dari mulut . dampaknya terhadap gingival adalah berupa dehidrasi permukaan. Ada hubungan antara kebiasaan bernapas dari mulut dengan gingivitis :
1. Bernapas dari mulut tidak mempengaruhi prevalensi dan perluasan gingivitis kecuali pada pasien yang ada kalkulusnya.
2. Gingivitis pada orang yang bernapas dari mulut lebih parah daripada orang yang bernapas normal meskipun skor plaknya sama.
3. Terjadi sedikit peningkatan prevalensinya
4. Gigi crowded yang disertai gingivitis hanya terjadi pada orang yang bernapas dari mulut.
(2) Mendorong-dorong lidah
Yaitu menekankan lidahnya kuat-kuat ke gigi, terutama ke gigi anterior,secara tetap. Pada waktu mengunyah dimana seharusnya bagian dorsal lidah menekan ke palatum dan ujung lidah berada di belakang gigi-gigi maksila, lidahnya justru ditekankan ke gigi anterior. Kebiasaan ini menyebabkan :
- Berserak dan miringnya gigi-geligi anterior , disertai gigitan terbuka (open bite) pada daerah anterior,posterior, dan premolar.
- Berubahnya inklinasi gigi anterior maksila menyebabkan perubahan arah tekanan fungsional, sehingga tekanan lateral terhadap mahkota gigi meningkat.
- Bergeraknya gigi lebih jauh ke labial dan timbulnya tekanan rotasi dalam arah labiolingual.
- Beradunya tekanan yang mendorong gigi ke labial dengan tekanan bibir kea rah rongga mulut akan menyebabkan gigi menjadi goyang.
- Perubahan inklinasi gigi yang terjadi menyebabkan terganggu ekskursi makanan sehingga mempermudah penumpukan debris makanan pada tepi gingival.
- Hilangnya kontak proksimal karena berseraknya gigi dapat menjurus ke terjadinya impaksi makanan.
(3) Penggunaan tembakau
Kebiasaan ini berupa kebiasaan merokok atau kebiasaan menguntah tembakau. Berperannya kebiasaan merokok sebagai factor etiologi bisa karena :
- Mempermudah penumpukan kalkulus
- Asap rokok bisa memperlemah kemampuan khemotaksis dan fagositosis netrofil
- Kandungan nikotin rokok dapat memperlemah kemampuan fagositosis, menekan proliferasi osteoblas, dan kemungkinan juga mengurangi aliran darah ke gingival.
(4) Trauma sikat gigi dan alat pembersih lainnya
Penyikatan yang terlalu agresif, baik dengan gerak horizontal atau rotasi, bisa mencederai gingival secara langsung. Akibat buruk tersebut akan lebih parah apabila digunakan pula pasta gigi yang terlalu abrasive yang dapat meyebabkan :
- Perubahan Akut Gingiva, yaitu terkelupasnya epitel gingival, pembentukan vesikel, atau eritema yang difus.
- Perubahan Kronis Gingival beruoa resesi gingival disertai tersingkapnya akar gigi dan tepu gingival sedikit menggembung.
Penggunaan tusuk gigi yang berlebihan menyebabkan terbukanya ruang interproksimal yang akan menjurus ke penumpukan debris dan perubahan inflamatoris.

(5) Kebiasaan Parafungsi atau bruksim
Merupakan kebiasaan mengasah-asahkan gigi pada waktu tidak sedang mengunyah atau menelan. Bruksim dapa menyebabkan : keausan gigi, fraktur gigi atau hipertrofi otot.
(6) Neurosis
Yang termasuk kebiasaan neurosis adalah : menggigit-gigit bibir, mengigit-gigit pipi dapat menyebabkan penempatan mandibula yang ektrafungsionil : mengigit-gigit tusuk gigi,kuku, atau pensil / ballpoint. Kebiasaan mendorong-dorong lidah juga termasuk kelompok neurosis.
(7) Kebiasaan yang berkaitan dengan okupasi
Kebiasaan ini berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari, diantaranya memegang paku dan mengigitnya, yang dilakukan tukang sepatu, tukang kayu, tukang perabot; memutuskan benang dengan gigi pada tukang jahit; tekanan dari alat music tiup tertentu (misalnya clarinet) pada pemain music.

FACTOR-FAKTOR ETIOLOGI SEBAGAI BERIKUT :
A. Bahan kimia
Obat kumur yang terlalu keras efeknya, tablet aspirin yang diletakkan pada kavitas gigi yang sedang berdenyut, obat-obatan dengan efek membakar, dan kontak tidak sengaja dengan bahan kimia seperti fenol dan perak nitrat bisa menimbulkan inflamasi akut dengan ulserasi pada gingiva.
B. Efek radiasi
khususnya dijumpai pada penderita kanker rongga mulut atau disekitar kepala dan leher yang mendapat perawatan dengan radiasi. Radiasi bisa menyebabkan pembentukan eritema dan deskuamasi mukosa termasuk gingiva. Apabila radiasinya berlangsung lama bisa menyebabkan atrofi epitel, jaringan ikat menjadi fibrous dengan pembuluh darah yang berkurang jumlahnya. Pada tulang alveolar bisa terjadi degenerasi dan berkurangnya osteoklas dan osteoblast. Akibat perubahan tersebut tulang menjadi tempat masuknya infeksi dengan akibat terjadinya osteoradionekrosis. Radiasi juga menyebabkan atrofi kelenjar saliva sehingga terjadi xerostomia dengan akibat perubahan flora oral yang menjurus ke pembentukan karies.

PROSES BERPERANNYA SUPRA KONTAK SEBAGAI FAKTOR ETIOLOGI
Suprakontak adalah istilah umum untuk menyatakan kontak yang dapat menghalangi permukaan oklusal lainnya mencapai kontak stabil dengan banyak titik kontak. Ada beberapa tipe suprakontak :
1. Suprakontak retrusif ( retrusive supracontacts), yaitu suprakontak yang mendeplesikan mandibula pada penutupan ke posisi retrusi ;
2. Suprakontak interkuspal ( intercuspal supracontacts ), yaitu suprakontak yang menghalangi penutupan mandibula ke posisi intercuspal
Terjadinya suprakontak bisa karena beberapa sebab :
1. Pembuatan restorasi atau gigi tiruan yang tidak memperhatikan oklusi yang baik ;
2. Maloklusi dan malposisi gigi ;
3. Tidak digantinya gigi yang hilang, sehingga menimbulkan serangkaian perubahan, diantaranya tilting-nya gigi tetangga dan ekstrusi gigi antagonist.

FAKTOR NUTRISI SEBAGAI FAKTOR ETIOLOGI SISTEMIK
Ada dua kesimpulan dari hasil-hasil penelitian mengenai efek nutrisi terhadap jaringan periodonsium, yaitu ada defisiensi nutrisi tertentu yang menyebabkan perubahan pada jaringan periodonsium, perubahan mana dikategorikan sebagai manifestasi penyakit nutrisi pada periodonsium, dan tidak ada defisiensi nutrisi yang sendirian saja dapat menimbulkan gingivitis atau pembentukan saku periodontal. Namun demikian, ada defisiensi nutrisi yang mempengaruhi kondisi periodonsium, sehingga memperparah efek dari iritan local dan tekanan oklusal yang berlebihan.
Defisiensi Vitamin C
Disamping dapat menyebabkan scurvy, defisiensi vitamin C sering dikaitkan dengan penyakit periodontal. Defisiensi vitamin C memperhebat respon gingival terhadap plak dan memperparah oedema, pembesaran dan pendarahan yang terjadi akibat inflamsi yang disebabkan plak.
Ada beberapa hipotesa mengenai mekanisme berperannya vitamin C pada penyakit periodontal:
1. Level vitamin C yang rendah akan mempengaruhi metabolism kolagen dalam periodonsium, sehingga mempengaruhi kemampuan regenerasi dan perbaikan jaringan, namun belum ada hasil penelitian yang mendukung hipotesa ini.
2. Defisiensi vitamin C menghambat pembentukan tulang yang akan menjurus ke kehilangan tulang.
3. Defisiensi vitamin c meningkatkan permeabilitas epitel krevikular terhadap dekstran tertritiasi; vitamin C dalam level yang tinggi dibutuhkan untuk memelihara fungsi penghalang dari epitel terhadap produk bakteri.
4. Peningkatan level vitamin C meningkatkan aksi kemotaksis dan aksi migrasi lekosit, tanpa mempengaruhi aksi fagositosisnya; tampaknya diperlukan megadosis vitamin c untuk memperbaiki aktivitas bakterisidal lekosit.
5. Level vitamin C yang optimal diperlukan untuk memelihara integritas mikrovaskulatur periodonsium, demikian juga respon vascular terhadap iritasi bacterial.
6. Penurunan level vitamin C yang drastic bias mengganggu keseimbangan ekologis bakteri dalam plak sehingga meningkatkan patogenitasnya.
Defisiensi Protein
1. Terhambatnya aktivitas pembentukan tulang yang normal
2. Semakin parahnya efek destruktif dari iritan local dan trauma oklusal terhadap jaringan periodonsium. Namun untuk dimulainya gingivitis dan keparahannya adalah tergantung pada iritan lokal.

PERANAN PENYAKIT KELAINAN ENDOKRIN SEBAGAI FAKTOR ETIOLOGI SISTEMIK
Manifestasi jaringan periodontal dari penyakit sistemik bervarisi tergantung penyakit spesifik, respon individual dan faktor lokal yang ada. Faktor sistemik terlibat dalam penyakit periodontal dengan saling berhubungan dengan faktor lokal. Faktor sistemik saja tidak bisa menyebabkan respon keradangan pada penyakit periodontal,tetapi harus ada faktor lokal yang mendukung.
Pada pasien kencing manis, bila faktor lokal pada riongga mulutnya buruk, akan bisa menyebabkan gangguan yang lebih lanjut lagi, oleh karena seorang dengan kencing manis mempunyai kelainan pada sistemiknya.
Ada beberapa hipotesa mengenai keterlibatan diabetes melitus sebagai faktor etiologi penyakit gingiva dan periodontal, antara lain:
1. Terjadinya penebalan membran basal
Pada penderita DM membran basal kapiler gingiva mengalami penebalan sehingga lumen kapiler menyempit. Menyempitnya lumen kapiler akibat penebalan tersebut menyebabkan terganggunya difusi oksigen, pembuangan limbah metabolisme, migrasi lekosit polimorfonukleus, dan difusi faktor- faktor serum termasuk antibodi
2. Perubahan biokimia
Level cAMP, yang efeknya mengurangi inflamasi, pada penderita DM menurun, hal mana diduga sebagai salah satu sebab lebih parahnya inflamasi gingiva pada penderita DM.
3. Perubahan mikrobiologis
Peningkatan level glukosa dalam cairan sulkular dapat mempengaruhi lingkungan subgingiva, yang dapat menginduksi perubahan kualitatif pada bakteri yang pada akhirnya mempengaruhi perubahan periodontal.
4. Perubahan imunologis
Meningkatnya kerentanan penderita diabetes melitus terhadap inflamasi diduga disebabkan oleh terjadinya defisiensi fungsi lekosit polimorfonukleus (LPN) berupa terganggunya khemotaksis, kelemahan daya fagositosis, atau terganggunya kemampuannya untuk melekat ke bakteri
5. Perubahan berkaitan dengan kolagen
Peningkatan level glukosa bisa pula menyebabkan berkurangnya produksi kolagen. Di samping itu, terjadi pula peningkatan aktivitas kolagenase pada gingiva.

Inflamed, papulonodular hyperplasia of the gingiva in a diabetic patient
a. Kehamilan
Kehamilan secara sendirian tidak dapat menyebabkan gingivitis. Gingivitis pada kehamilan adalah disebabkan oleh plak bakteri, sebagaimana pada orang yang tidak hamil. Kehamilan akan memperparah respon gingival tehadap plak dan memodifikasi gambaran klinis yang menyertainya. Tanpa adanya iritan lokal tidak terlihat perubahan secara klinis pada gingival wanita yang sedang mengalami kehamilan. Ada beberapa mekanisme bagaimana kehamilan berperan sebagai faktor etiologi penyakit gingival dan periodontal, yaitu:
1. Peningkatan level estradiol dan progesteron yang menyebabkan peningkatan bakteri Prevotella intermedia.
2. Tertekannya respon limfosit-T maternal selama kehamilan mempengaruhi respon periodonsium terhadap plak.
3. Peningkatan level estradiol dan progesterone juga menyebabkan dilatasi dan simpang siurnya mikrovaskulator gingival, stasis sirkulasi, dan peningkatan kerentanan terhadap iritasi mekanis. Perubahan tersebut memudahkan masuknya cairan ke perivaskular.
b. Kontrasepsi Hormonal
Perubahan yang diakibatkan oleh kehamilan yang dikemukakan di atas bias pula terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (bentuk pil, implant, atau suntikan) untuk jangka waktu lebih dari satu setengah tahun.

15. Peranan kelainan/penyakit darah berikut sebagai factor etiologi sistemik :
A. Leukimia
Leukemia adalah neoplasma maligna pada precursor sel darah putih. Berdasarkan evolusinya, leukemia dibedakan atas bentuk:
(1) akut, yang bersifat fatal;
(2) subakut;
(3) kronis.
Pada leukemia akut sel-sel leukemia menginfiltrasi gingival, dan jarang sekali bisa infiltrasi ke tulang alveolar. Keadaan ini bisa menyebab terjadinya pembesaran gingival (leukemic gingival enlargement).
Infiltrasi yang banyak dari sel-sel leukemik yang tidak matang disamping sel-sel inflamasi yang biasa menyebabkan respon gingival terhadap iritasi adalah berbeda dibandingkan dengan yang bukan penderita leukemia.

B. Anemia
Anemia adalah defisiensi dalam defisiensi dalam kuantitas maupun kualitas darah yang dimanifestasikan dengan berkurangnya jumlah eritrosit dan hemoglobin.
Ada empat tipe anemia berdasarkan morfologi selulernya dan kandungan hemoglobinnya, yaitu:
(1) anemia makrositik hiperkromik (pernicious anemia);
(2) anemia mikrositik hipokromik (iron deficiency anemia);
(3) sickle cell anemia; dan
(4) anemia normositik-normokromik (hemolytic anemia/aplastic anemia).
Diantara keempat tipe anemia tersebut, tampaknya anemia aplastik yang turut berperan dalam etiologi penyakit gingival dan periodontal. Pada tipe anemia ini kerentanan gingival terhadap inflamasi meningkat karena terjadinya neutropenia.
16. Peranan faktor-faktor sebagai faktor etiologi sistemik :
A. Penyakit yang melemahkan
Penyakit yang melemahkan (debilitating diseases) seperti sifilis, nefritis kronis, dan tuberkulosa bisa menjadi factor pendorong bagi terjadinya penyakit gingival dan periodontal, dengan jalan melemahkan pertahanan periodonsium terhadap iritan local, dan menimbulkan kecenderungan terjadinya gingivitis dan kehilangan tulang alveolar.

B. Gangguan Psikosomatik
Dengan gangguan psikosomatik dimaksudkan efek merusak sebagai akibat pengaruh psikis terhadap control organic jaringan. Ada dua cara gangguan psikosomatik mempengaruhi periodonsium dan jaringan di rongga mulut lainnya:
(1) melalui timbulnya kebiasaan buruk yang dapat mencederai periodonsium;
(2) dengan efek langsung system saraf otonom terhadap keseimbangan jaringan yang fisiologis.
Dibawah tekanan mental atau emosional, mulut akan menjadi sasaran pemuasan bagi orang dewasa. Hal ini menimbulkan kebiasaan buruk seperti: klensing; menggigit pensil, ballpoint, atau kuku; merokok secara berlebihan; yang kesemuanya berpotensi mencederai periodonsium.
Meningkatnya aktivitas system saraf otonom oleh pengaruh psikis antara lain bisa menyebabkan perubahan respon pada kapiler gingival.

C. AIDS/ Infeksi HIV
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) ditandai dengan penurunan system imunitas yang menyolok. Kondisi yang pertama kali dilaporkan tahun 1981 adalah disebabkan oleh virus yang dinamakan human immunodeficiency virus (HIV). Infeksi HIV menyebabkan gangguan terutama terhadap sel-TH, disamping terhadap monosit, makrofag, dan beberapa sel lainnya. Meskipun limfosit B tidak terpengaruh, namun akibat terganggunya fungsi limfosit T akan menyebabkan deregulasi pada sel-B.
Penurunan system imunitas pada penderita yang terinfeksi HIV menyebabkan peningkatan kerentanannya terhadap penyakit gingival dan periodontal.


. PERANAN OBAT-OBATAN YANG BERPERAN SEBAGAI FAKTOR ETIOLOGI SISTEMIK MENGENAI
a. Jenis obat
Beberapa jenis obat dengan efek kerja yang berbeda dapat menginduksi hyperplasia gingival non-inflamasi dengan gambaran klinis yang tidak dapat dibedakan. Obat-obatan yang dimaksud adalah :
• Fenitoin atau dilantin, suatu antikonvulsan yang digunakan dalam perawatan epilepsi
• Siklosporin, suatu imunosupresif yang biasa digunakan untuk mencegah reaksi tubuh dalam pencangkokan anggota tubuh.
• Nifedipin, diltiazem, dan verapamil, yaitu penghambat kalsium (calcium blocker) yang digunakan dalam perawatan hipertensi.

b. Mekanisme berperannya
Mekanisme penginduksian hyperplasia gingival oleh obat-obatan tersebut diatas atau oleh metabolitnya belumlah jelas betul, namun terlepas darimana yang paling berperan ada beberapa hipotesa yang dikemukakan :
• Pengaruh obat atau metabolit secara tidak langsung
Obat atau metabolit menstimulasi diproduksinya IL-2 oleh sel-T, atau diproduksinya metabolit testosterone oleh fibroblast gingiva, yang pada akhirnya akan menstimulasi proliferasi dan atau sintesa kolagen oleh fibroblast gingiva
• Pengaruh obat atau metabolit secara langsung
Obat/metabolit secara langsung menstimulasi proliferasi fibroblast gingival, sintesa protein, dan produksi kolagen
• Penghambatan aktivitas kolagenase
Obat/metabolit dapat menghambat aktivitas kolagenase hingga penghancuran matriks akan terhambat
• Penghambatan degradasi kolagenase
Obat/metabolit menstimulasi terbentuknya kolagenase fibroblastic inaktif, dengan akibat degradasi kolagen akan terhambat
• Faktor estetis
Akhir-akhir ini dihipotesakan adanya faktor genetis yang menentukan kecenderungan bisa terjadi hyperplasia yang diinduksikan obat-obatan pada seseorang.




REFERENSI
Daliemunthe, Saidina Hamzah. 2001. Periodonsia Edisi Revisi 2008. Medan.
Genco RJ, Loe H. The role of systemic conditions and disorders in periodontal
diseases. Periodontology 2000 1993,(2):98-116
http://id.88db.com/Kesehatan-Pengobatan/Perawatan-Kesehatan/ad-88755/
http://gigidanmulutsehat.blogspot.com/2009/11/kalkuluskarang-gigitartardan-apalah.html#more
http://theo766hi.wordpress.com/2010/01/30/karang-gigi/
http://savechildfromsmoke.wordpress.com/2009/08/28/perokok-perokok-pasif-dan-kanker-rongga-mulut/
http://www.scribd.com/doc/20949995/Cdk-140-Bunga-Rampai-Penyakit-Dalam
http://drgdondy.blogspot.com/2008_07_01_archive.html
Dr. Y. Kim 2000-12-04.foodimp01-Microsoft Word
http://drgdondy.blogspot.com/2008/07/penyakit-periodontal-pada-penderita.html
http://chawdnextholmes.blogspot.com/
plaque.pdf – Adobe Reader
cdk_113_gigi.pdf – Adobe Reader. Kalkulus Hubungannya dengan Penyakit Periodontal dan Penanganannya
http://www.toothiq.com/dental-symptoms/dental-symptom-dental-overhang.html
http://www.americandentalcenter.us/cosmetic_dentistry.html
http://dentechblog.blogspot.com/2010/01/lares-laser-cleared-for-subgingival.html
http://www.whocollab.od.mah.se/expl/ohigv60.html

Epidemiologi Penanggulangan Marasmus

Epidemiologi Penanggulangan Marasmus:
Marasmus merupakan keadaan dimana seorang anak mengalami defisiensi energi dan protein. Umumnya kondisi ini dialami masyarakat yang menderita kelaparan. Gizi buruk tipe marasmus adalah suatu keadaan dimana pemberian makanan tidak cukup atau higiene jelek disebabkan oleh defisiensi karbohidrat. Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan.

Marasmus sering dijumpai pada anak berusia 0 - 2 tahun dengan gambaran sbb: kurangnya (bahkan tidak ada) jaringan lemak di bawah kulit,sehingga seperti bayi yang memakai pakaian yang terlalu besar ukurannya, berat badan kurang dari 60% berat badan sesuai dengan usianya, suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang, dinding perut hipotonus dan kulitnya melonggar hingga hanya tampak bagai tulang terbungkus kulit, tulang rusuk tampak lebih jelas atau tulang rusuk terlihat menonjol, anak menjadi berwajah lonjong dan tampak lebih tua (old man face), Otot-otot melemah, atropi, bentuk kulit berkeriput bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan, perut cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil. Selain itu terdapat pula beberapa tanda khusus bayi terkena marasmus, diantaranya:Bayi akan merasa lapar dan cengeng.Wajahnya tampak menua (old man/monkey face).Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada paha dan pantat bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.Oedema (bengkak) tidak terjadi.Warna rambut tidak berubah.Pada marasmus tingkat berat, terjadi retardasi pertumbuhan, berat badan dibanding usianya sampai kurang 60% standar berat normal. Sedikitnya jaringan adipose pada marasmus berat tidak menghalangi homeostatis, oksidasi lemak tetap utuh namun menghabiskan cadangan lemak tubuh. Keberadaan persediaan lemak dalam tubuh adalah faktor yang menentukan apakah bayi marasmus dapat bertahan/survive (Cameron & Hofvander 1983:19-21).


EPIDEMIOLOGI

Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum. Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupatendi Indonesia. Indikasinya 2 – 4 dari 10 balita di Indonesia menderita gizi kurang.

Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. 935 (38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang dan 33% gizi buruk. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis ekonomi di ludonesia.

ETIOLOGI
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
Pemasukan kalori yang tidak cukup. Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan orang tua – anak terganggu.Kelainan metabolik. Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.Malformasi kongenital. Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
PATOGENESIS
Pada keadaan ini yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya keadaan tersebut adalah proses fisiologis untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi oleh makanan yang masuk, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut.

GEJALA KLINIS
Pertumbuhan berkurang atau terhentiKonsipasi atau diarewajahnya tampak tuaMata tampak besar dan dalamLemak pipi menghilangApatis
KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin ADermatosisKecacingandiare kronistuberkulosis
PENGOBATAN
Penanggulangan marasmus dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan. Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
Atasi/cegah hipoglikemiaAtasi/cegah hipotermiaAtasi/cegah dehidrasiKoreksi gangguan keseimbangan elektrolitObati/cegah infeksiMulai pemberian makananFasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”)Koreksi defisiensi nutrien mikroLakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mentalSiapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

Epidemiologi HIV AIDS

Epidemiologi HIV AIDS:

Acquired Immunodeficiency Syndrome (Infeksi HIV, AIDS)
IdentifikasiAIDS adalah sindroma penyakit yang pertama kali dikenal pada tahun 1981. Sindroma ini menggambarkan tahap klinis akhir dari infeksi HIV. Beberapa minggu hingga beberapa bulan sesudah terinfeksi, sebagian orang akan mengalami penyakit “self-limited mononucleosis-like” akut yang akan berlangsung selama 1 atau 2 minggu. Orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan tanda atau simptom selama beberapa bulan atau tahun sebelum manifestasi klinis lain muncul. Berat ringannya infeksi ”opportunistic” atau munculnya kanker setelah terinfeksi HIV, secara umum terkait langsung dengan derajat kerusakan sistem kekebalan yang diakibatkannya. Definisi AIDS yang dikembangkan oleh CDC Atlanta tahun 1982 memasukkan lebih dari selusin infeksi “opportunistics” dan beberapa jenis kanker sebagai indikator spesifik akibat dari menurunnya kekebalan tubuh.

Di tahun 1987, definisi ini diperbaharui dan diperluas dengan memasukkan penyakit - penyakit indikator tambahan dan menerima beberapa penyakit indikator tersebut sebagai satu diagnosa presumtif dari bila tes laboratorium menunjukkan bukti adanya infeksi HIV. Di tahun 1993, CDC merubah kembali definisi surveilans dari AIDS dengan memasukkan penyakit indikator tambahan. Sebagai tambahan, semua orang yang terinfeksi HIV dengan CD4 + (hitung sel) < 200/cu mm atau pasien dengan CD4 + dan prosentase T-lymphocyte dari total lymphocyte < 14%, tanpa memperhatikan status klinis dianggap sebagai kasus AIDS. Disamping kriteria rendahnya jumlah CD4, definisi CDC tahun 1993 secara umum sudah diterima untuk tujuan klinis di banyak negara maju, tetapi tetap terlalu kompleks bagi negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang terkadang kekurangan fasilitas laboratorium yang memadai untuk pemeriksaan histologis atau diagnosis kultur bagi penyakit-penyakit indikator spesifik. WHO merubah definisi kasus AIDS yang dirumuskan di Afrika untuk digunakan dinegara berkembang pada tahun 1994 : yaitu dengan menggabungkan tes serologi HIV, jika tersedia, dan termasuk beberapa penyakit indikator sebagai pelengkap diagnostik bagi mereka yang seropositip. Manifestasi klinis dari HIV pada bayi dan balita tumpang tindih dengan imunodefisiensi turunan dan masalah kesehatan anak lainnya. CDC dan WHO telah mempublikasikan definisi kasus AIDS pada anak.

Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti-HIV dan akhirnya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih dari 90 %. Karena tidak adanya pengobatan anti-HIV yang efektif, “case fatality rate” dari AIDS menjadi sangat tinggi, kebanyakan penderita di negara berkembang (80 - 90%) mati dalam 3 – 5 tahun sesudah didiagnosa terkena AIDS. Bagaimanapun, penggunaan obat-obatan profilaktik secara rutin untuk mencegah Pneumonia Pneumocystis carinii dan kemungkinan infeksi-infeksi lain di AS dan sebagain besar negara maju terbukti dapat menunda perkembangan AIDS dan mencegah kematian secara bermakna, mendahului tersedianya secara rutin obat anti-HIV yang efektif secara luas. Tes serologis antibodi untuk HIV tersedia secara komersial sejak tahun 1985. Tes yang biasa digunakan, (ELISA/EIA) sangat sensitif dan spesifik. Namum walaupun tes ini hasilnya efektif, diperlukan tes tambahan lagi seperti Western Blot atau tes “indirect fluorescent antibody” (IFA). Tes tambahan dengan hasil negatif meniadakan tes EIA positif pertama; sedangkan jika hasilnya positif mendukung tes EIA positif pertama, dan hasil tes Western Blot yang meragukan membutuhkan evaluasi lanjutan. WHO merekomendasikan sebagai alternatif penggunaan rutin Western Blot dan IFA, yaitu penggunaan tes lain yang secara metodologis dan atau secara antigen tidak tergantung pada tes awal EIA. Oleh karena hasil dari sebuah tes antibodi HIV yang positif sangat berarti bagi seseorang, maka direkomendasikan bahwa tes awal yang positif harus di konfirmasikan lagi dengan spesimen kedua dari pasien untuk mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan pada pemberian label atau kesalahan penulisan hasil tes.

Pada umumnya, orang yang terinfeksi HIV akan membentuk antibodi yang terdeteksi dalam 1-3 bulan sesudah terinfeksi, kadang kala masa ini menjadi lebih panjang hingga 6 bulan, dan sangat jarang yang membentuk antibodi setelah 6 bulan. Tes lain untuk mendeteksi infeksi HIV selama periode sesudah terinfeksi namun belum terjadi serokonversi sudah tersedia, antara lain termasuk tes untuk sirkulasi antigen HIV (p24)
dan tes PCR untuk mendeteksi sequensi asam nukleik dari virus. Karena “window period” antara kemungkinan terdeteksinya virus yang paling cepat dan terjadinya serokonversi sangat pendek (< 2 minggu) maka diagnosa infeksi HIV dengan tes ini jarang dilakukan. Namun tes ini bermanfaat untuk mendiagnosa infeksi HIV pada bayi yang dilahirkan oleh wanita penderita AIDS, karena antibodi maternal anti-HIV yang diberikan secara pasif, kadang menyebabkan tes anti-HIV EIA pada bayi ini menunjukkan hasil “false-positive” bahkan hingga umur 15 bulan. Angka T-helper cell (CD4+) absolut atau persentasenya sering digunakan untuk mengevaluasi beratnya infeksi HIV dan membantu para klinisi untuk memutuskan, terapi apa yang akan dilakukan.

Penyebab penyakit
Virus Human Immunodefisiensi (HIV) adalah sejenis retrovirus. Ada 2 tipe : tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2). Virus-virus ini secara serologis dan geografis relatif berbeda tetapi mempunyai ciri epidemiologis yang sama. Patogenisitas dari HIV-2 lebih rendah dibanding HIV-1.



Distribusi penyakit
AIDS pertama dikenal sebagai gejala entitas klinis yang aneh pada tahun 1981; namun secara retrospektif dapat dilacak kembali bahwa kasus AIDS secara terbatas telah muncul selama tahun 1970-an di AS dan di beberapa bagian di dunia (Haiti, Afrika, Eropa). Akhir 1999, lebih dari 700.000 kasus AIDS dilaporan di AS. Walaupun AS tercatat mempunyai kasus AIDS terbesar, estimasi kumulatif dan angka tahunan AIDS di negara-negara sub- Sahara Afrika ternyata jauh lebih tinggi. Di seluruh dunia, WHO memperkirakan lebih
dari 13 juta kasus (dan sekitar 2/3 nya di negara-negara sub-Sahara Afrika) terjadi pada tahun 1999. Di AS, distribusi kasus AIDS disebabkan oleh faktor “risk behavior” yang berubah pada dekade yang lalu. Walaupun wabah AIDS di AS terutama terjadi pada pria yang berhubungan sex dengan pria, angka pertambahan terbesar di laporkan pada pertengahan tahun 1990-an terjadi diantara wanita dan populasi minoritas. Pada tahun 1993 AIDS muncul sebagai penyebab kematian terbesar pada penduduk berusia 25 - 44 tahun, tetapi turun ke urutan kedua sesudah kematian yang disebabkan oleh kecelakaan pada tahun 1996. Namun, infeksi HIV tetap merupakan kasus tertinggi penyebab kematian pada pria dan wanita kulit hitam berusia 25 - 44 tahun. Penurunan insidens dan kematian karena AIDS di Amerika Utara sejak pertengahan tahun 1990 antara lain karena efektifnya pengobatan antiretroviral, disamping upaya pencegahan dan evolusi alamiah dari wabah juga berperan. HIV/AIDS yang dihubungkan dengan penggunaan jarum suntik terus berperan dalam wabah HIV terutama dikalangan kaum minoritas kulit berwarna di AS. Penularan heteroseksual dari HIV di AS meningkat secara bermakna dan menjadi pola predominan dalam penyebaran HIV di negara-negara berkembang. Kesenjangan besar dalam mendapatkan terapi antiretroviral antara negera berkembang dan negara maju di ilustrasikan dengan menurunnya kematian karena AIDS pertahun di semua negara maju sejak pertengahan tahun 1990-an dibandingkan dengan meningkatnya kematian karena AIDS pertahun di sebagian besar negara berkembang yang mempunyai prevalensi HIV yang tinggi.

Di AS dan negara-negara barat, insidens HIV pertahunnya menurun secara bermakna sebelum pertengahan tahun 1980-an dan tetap relatif rendah sejak itu. Namun, di beberapa negara sub-Sahara Afrika yang sangat berat terkena penyakit ini, insidens HIV tahunan yang tetap tinggi hampir tidak teratasi sepanjang tahun 1980 dan 1990-an. Negara-negara di luar Sub-Sahara Afrika, tingginya prevalensi HIV (lebih dari 1%) pada populasi usia 15 - 49 tahun, ditemukan di negara-negara Karibia, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Dari sekitar 33.4 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS pada tahun 1999 diseluruh dunia, 22.5 juta diantaranya ada di negara-negara sub-Sahara Afrika dan 6,7 juta ada di Asia Selatan dan Asia Tenggara, 1,4 juta ada di Amerika Latin dan 665.000 di AS. Diseluruh dunia AIDS menyebabkan 14 juta kematian, termasuk 2,5 juta di tahun 1998. HIV-1 adalah yang paling tinggi; HIV-2 hanya ditemukan paling banyak di Afrika Barat dan di
negara lain yang secara epidemiologis berhubungan dengan Afrika Barat.

Reservoir - manusia.

Cara penularan
HIV dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak seksual, penggunaan jarum dan syringes yang terkontaminasi, transfusi darah atau komponen-komponennya yang terinfeksi; transplantasi dari organ dan jaringan yang terinfeksi HIV. Sementara virus kadang-kadang ditemukan di air liur, air mata, urin dan sekret bronkial, penularan sesudah kontak dengan sekret ini belum pernah dilaporan. Risiko dari penularan HIV melalui hubungan seks lebih rendah dibandingkan dengan Penyakit Menular Seksual lainnya. Namun adanya penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual terutama penyakit seksual dengan luka seperti chancroid, besar kemungkinan dapat menjadi pencetus penularan HIV. Determinan utama dari penularan melalui hubungan seksual adalah pola dan prevalensi dari orang orang dengan “sexual risk behavior” seperti melakukan hubungan seks yang tidak terlindung dengan banyak pasangan seks. Tidak ada bukti epidemiologis atau laboratorium yang menyatakan bahwa gigitan serangga bisa menularkan infeksi HIV, risiko penularan melalui seks oral tidak mudah diteliti, tapi diasumsikan sangat rendah.

Dari 15 – 30 % bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HIV (+) terinfeksi sebelum, selama atau segera sesudah dilahirkan : pengobatan wanita hamil dengan antivirus seperti zidovudine mengurangi kejadian penularan kepada bayi secara bermakna. Hampir 50 % dari bayi yang disusui oleh ibu dengan HIV (+) dapat tertular infeksi HIV. Petugas kesehatan yang terluka oleh jarum suntik atau benda tajam lainnya yang mengandung darah yang terinfeksi virus HIV, angka serokonversi mereka < 0,5 %, lebih rendah dari risiko terkena virus hepatitis B (25%) sesudah terpajan dengan cara yang sama.

Masa inkubasi
Bervariasi. Walaupun waktu dari penularan hingga berkembang atau terdeteksinya antibodi, biasanya 1 – 3 bulan, namun waktu dari tertular HIV hingga terdiagnosa sebagai AIDS sekitar < 1 tahun hingga 15 tahun atau lebih. Tanpa pengobatan anti-HIV yang efektif, sekitar 50 % dari orang dewasa yang terinfeksi akan terkena AIDS dalam 10 tahun sesudah terinfeksi. Median masa inkubasi pada anak-anak yang terinfeksi lebih pendek dari orang dewasa. Bertambahnya ketersediaan terapi anti-HIV sejak pertengahan tahun 90 an mengurangi perkembangan AIDS di AS dan di banyak negara berkembang secara bermakna.

Masa penularan
Tidak diketahui, diperkirakan mulai berlangsung segera sesudah infeksi HIV dan berlangsung seumur hidup. Bukti-bukti epidemiologis menyatakan bahwa infektivitas meningkat dengan bertambahnya defisiensi imunologis, tanda-tanda klinis dan adanya Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya. Studi epidemiologis menyatakan bahwa infektivitas menjadi tinggi selama periode awal sesudah infeksi.

Kerentanan dan kekebalan
Tidak diketahui, tetapi suseptibilitas diasumsikan bersifat umum : ras, jenis kelamin dan kehamilan tidak mempengaruhi suseptibilitas terhatap infeksi HIV atau AIDS. Adanya STD lain, terutama luka, menambah suseptibilitas, begitu juga pada pria yang tidak dikhitan. Faktor terakhir ini terkait dengan masalah kebersihan penis. Mengapa penduduk Afrika yang terkena infeksi HIV lebih cepat berkembangnya menjadi AIDS dibandingkan dengan populasi lain, masih terus dalam penelitian. Satu - satunya faktor yang dapat diterima, yang mempengaruhi perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS adalah usia pada saat infeksi. Dewasa muda dan pria serta wanita dewasa yang terinfeksi HIV pada usia muda, biasanya lambat menderita AIDS, dibandingkan jika terinfeksi pada usia lebih tua. Adanya potensi interaksi antara infeksi HIV dengan infeksi penyakit lainnya menjadi masalah kesehatan masyarakat yang memprihatinkan. Interkasi utama yang sampai saat ini diketahui adalah interaksi HIV dengan Mycobacterium Tuberculosis (Mtbc). Mereka yang didalam tubuhnya mengidap infeksi Mtbc laten, jika terinfeksi HIV akan berkembang menjadi penderita TB klinis dengan cepat. Dikatakan risiko seorang dewasa terkena TB adalah 10%, namun jika mereka terinfeksi HIV maka risikonya menjadi 60 – 80% terkena TB. Interaksi antara HIV dengan Mtbc mengakibatkan terjadinya penderita TB paralel dengan HIV/AIDS. Di negara-negara Sub Sahara didaerah perkotaan 10–15 % orang dewasa mengalami infeksi HIV dan Mtbc secara bersamaan (“Dual Infection”), didaerah ini angka prevalensi TB meningkat 5–10 kali lipat pada pertengahan tahun 1990an. Tidak ada bukti konklusif yang menunjukkan bahwa infeksi lain termasuk TB mempercepat perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS.

Penanggulangan wabah - HIV saat ini sudah pandemik, dengan jumlah penderita yang sangat besar di laporkan di Amerika, Eropa, Afrika dan Asia Tenggara. Lihat 9A, diatas untuk rekomendasi.

Tindakan Internasional - Program pencegahan dan pengobatan global dikoordinasi oleh WHO yang dimulai pada tahun 1987. Sejak tahun 1995, program AIDS global dikoordinasikan oleh UNAIDS. Sebenarnya semua negara di seluruh dunia telah mengembangkan program perawatan dan pencegahan AIDS. Beberapa negara telah melembagakan keharusan pemeriksaan AIDS atau HIV untuk masuknya pendatang asing (terutama bagi mereka yang meminta visa tinggal atau visa yang lebih panjang, seperti visa belajar atau visa kerja) WHO dan UNAIDS belum mendukung tindakan ini.

Sumber: Manual Pemberantasan Penyakit Menular (I Nyoman Kandun)Surveilans Epidemiologi HIV AIDS

Pemeriksaan Penunjang Untuk Kolera

Pemeriksaan Penunjang Untuk Kolera: Kita yang tinggal di Amerika Serikat cenderung menerima begitu saja bahwa ketika kita masuk ke restoran dan memesan segelas air, apa yang kita akan terima adalah minuman yang aman dan bersih. Di Pakistan, bagaimanapun, orang tidak memiliki kemewahan ini. Telah diperkirakan bahwa 90% dari semua restoran di air melayani negara yang mengandung sejumlah bakteri yang tidak aman dan bahan kimia yang dapat berbahaya bagi pelanggan mereka untuk menelan. Meskipun ada standar bahwa mereka seharusnya bertemu dengan air yang mereka layani, pemerintah cenderung melihat dengan cara lain, meskipun kesehatan masyarakat dipertaruhkan.
Sejumlah bakteri hidup di perairan ini. Mereka adalah jenis yang menyebabkan disentri, tifoid, kolera, hepatitis A dan E, dan diare parah yang menyebabkan dehidrasi. Banyak pelanggan yang telah membaca tentang masalah ini di koran lokal terkejut bahwa pemilik restoran tidak mengambil tindakan pencegahan yang lebih untuk memastikan bahwa air yang mereka layani adalah aman dan bahwa pejabat pemerintah gagal untuk mendapatkan masalah di tangan. Mereka percaya bahwa fakta bahwa mereka sedang biaya untuk air mereka diberikan harus menanggung sebagian beban dalam persyaratan ditempatkan pada pemilik restoran, dan bahwa pemilik harus dihukum berat untuk pelanggaran air.
Pada pemeriksaan, ditemukan bahwa banyak restoran yang tersimpan air dalam kondisi standar. Sebagai contoh, air dapat disimpan dalam barel yang sebelumnya telah digunakan untuk menahan produk minyak dan kimia. Bahkan tangki penyimpanan bawah tanah yang dibuat hanya untuk air telah ditemukan dalam kondisi mengerikan. Pada bulan-bulan musim panas, masalah bahkan lebih besar, dan masih ada satu di otoritas sedang mencoba untuk melakukan sesuatu tentang hal itu. Sekitar 1,2 juta warga Pakistan meninggal karena penyakit waterbourne setiap tahun. Tidak heran bahwa orang-orang di lengan tentang masalah yang terus berlanjut.
Pencemaran air merupakan ancaman utama bagi kesehatan publik di seluruh negara Pakistan. Ketika diuji untuk konsentrasi bakteri pada tahun 2004, ditemukan bahwa air dipompa melalui sumur tabung sekitar 33% terkontaminasi. Angka itu melonjak ke 65% yang mengerikan pada tahun 2008. Sembilan dari sepuluh gelas air yang digunakan untuk minum seluruh Pakistan telah dianggap sebagai tidak layak untuk dikonsumsi manusia.
Audit yang dilakukan pada sumber air masyarakat, saluran distribusi, tangki penyimpanan air, dan sistem penyaringan telah menunjukkan bahwa sistem ini kuno dan dalam kondisi mengerikan.
Ketika pejabat Departemen Kesehatan dihubungi mengenai kekhawatiran masyarakat tentang keamanan air minum, mereka menanggapi dengan mengatakan bahwa mereka telah merencanakan untuk memulai investigasi di mana sampel air dari berbagai restoran akan dikirim ke laboratorium untuk analisis. Sejauh ini, bagaimanapun, masalah belum ditangani, dan orang-orang terus mendapatkan sakit dari air yang terkontaminasi. Orang-orang benar dalam penilaian mereka bahwa pemerintah perlu mengambil alih dan melihat bahwa masalah tersebut diperbaiki. Orang-orang membutuhkan air bersih untuk hidup, dan dalam dunia modern, itu adalah tanggung jawab pemerintah untuk berhenti menunda-nunda dan memenuhi kebutuhan ini.

Gejala dan Tanda Epitaksis

Gejala dan Tanda Epitaksis: Defenisi
Perdarahan dari hidung. Sering ditemukan sehari-hari, hampir sebagian besar dapat berhenti sendiri. Harus diingat epitaksis bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari suatu kelainan.
Gejala dan Tanda

Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang bersangkutan. Epitaksis berat, walaupun jarang merupakan kegawatdaruratan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal jika tidak cepat ditolong. Sumber perdarahan dapat berasal dari depan hidung maupun belakang hidung. Epitaksis anterior (depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a. etmoid anterior. Pleksus kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis terutama pada anak-anak dan biasanya dapat sembuh sendiri. Epitaksis posterior (belakang) dapat berasal dari a. sfenopalatina dan a etmoid posterior. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit jantung. Beberapa pemeriksaan yang diperlukan adalah Pemeriksaan darah Lengkap dan Fungsi Hemostasis
Penatalaksanaan

Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epitaksis adalah

Menghentikan perdarahan
Mencegah komplikasi yang timbul akibat perdarahan seperti syok atau infeksi
Mencegah berulangnya epitaksis

Jika pasien dalam keadaan gawat seperti syok atau anemia lebih baik diperbaiki dulu keadaan umum pasien baru menanggulangi perdarahan dari hidung itu sendiri.
Menghentikan perdarahan

Menghentikan perdarahan secara aktif dengan menggunakan kaustik atau tampon jauh lebih efektif daripada dengan pemberian obat-obat hemostatik dan menunggu darah berhenti dengan sendirinya. Jika pasien datang dengan perdarahan maka pasien sebaiknay diperiksa dalam keadaan duduk, jika terlalu lemah pasien dibaringkan dengan meletakan bantal di belakang punggung pasien. Sumber perdarahan dicari dengna bantuan alat penghisap untuk membersihkan hidung dari bekuan darah , kemudian dengan menggunakan tampon kapas yang dibasahi dengan adrenalin 1/ 10000 atau lidokain 2 % dimasukan ke dalam rongga hidung untuk menghentikan perdarahan atau mengurangi nyeri, dapat dibiarkan selama 3 -5 menit
Perdarahan Anterior
Dapat menggunakan alat kaustik nitras argenti 20-30% atau asam triklorasetat 10% atau dengan elektrokauter. Bila perdarahan masih berlangsung maka dapat digunakan tampon anterior (kapas dibentuk dan dibasahi dengan adrenalin +Vaseline) tampon ini dapat digunakan sampai 1-2 hari.
Perdarahan Posterior
Perdarahan biasanya lebih hebat dan lebih sukar dicari, dapat dilihat dengan menggunakan pemeriksaan rhinoskopi posterior. Untuk mengurangi perdarahan dapat digunakan tampon Beelloqk Mencegah komplikasi, sebagai akibat dari perdarahan yang berlebihan, dapat terjadi syok atau anemia, turunya tekanan darah yang mendadak dapat menimbulkan infark serebri, insufisiensi koroner, atau infark miokard, sehingga dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini harus segera diberi pemasangan infus untuk membantu cairan masuk lebih cepat. Pemberian antibiotika juga dapat membantu mencegah timbulnya sinusitis, otitis media akibat pemasangan tampon.
Etiologi

Seringkali epitaksis timbul spontan tanpa dapat ditelusuri penyebabnya, tetapi terkadang epitaksis ditimbulkan oleh trauma. Berbagai penyebab epitaksis dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu lokal dan sistemik. Penyebab lokal yang tersering adalah Trauma, infeksi, neoplasma dan kelainan kongenital. Penyebab lainnya adalah kelainan sitemik, seperti penyakit jantung, kelainan darah, infeksi, perubahan tekanan atmosfer dan gangguan endokrin.

Trauma

Perdarahan hidung dapat terjadi setelah trauma ringan, misalnya mengeluarkan ingus secara tiba-tiba dan kuat, mengorek hidung, dan trauma yang hebat seperti terpukul, jatuh atau kecelakaan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh iritasi gas yang merangsang, benda asing di hidung dan trauma pada pembedahan.


Infeksi

Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis juga dapat menyebabkan perdarahan hidung.


Neoplasma

Hemangioma dan karsinoma adalah yang paling sering menimbulkan gejala epitaksis.


Kongenital

Penyakit turunan yang dapat menyebabkan epitaksis adalah telengiaktasis hemoragik herediter


Penyakit kardiovaskular

Hipertensi dan kelainan pada pembuluh darah di hidung seperti arteriosklerosis, sirosis, sifilis dan penyakit gula dapat menyebabkan terjadinya epitaksis karena pecahnya pembuluh darah.


Kelainan Darah

Trombositopenia, hemophilia, dan leukemia


Infeksi sistemik

Demam berdarah, Demam tifoid, influenza dan sakit morbili


Perubahan tekanan atmosfer

Caisson disease (pada penyelam)

Informasi Serba-serbi Tes DNA

Informasi Serba-serbi Tes DNA: DNA terdapat pada inti sel dan mitokondria sel manusia. DNA membentuk suatu kesatuan untaian yang disebut kromosom di dalam inti sel. Setiap manusia memiliki setengah pasang kromoson dari ayah dan setengah pasang kromosom dari ibu. Hal inilah yang berdampak pada setiap individu membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayah. Dengan melakukan Tes Paternitas ataupun Tes Maternitas, dapat dilakukan pembandingan pola DNA pemilik DNA yang diselidiki dengan DNA kedua orangtua. Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA. Mulai dari sel mukosa di pipi bagian dalam, darah, kuku, sampai rambut. Sampel yang paling efektif adalah darah karena bisa dapat banyak DNA.
Namun dewasa ini proses pengambilan sampel sudah sangat canggih. Berkat kehadiran teknologi yang dapat menggandakan sampai jutaan kali fragmen suatu DNA yang akan diperiksa, sampel dapat diambil dari fragmen sampel terkecil sekalipun. DNA juga bisa ditemukan di dalam yaitu bagian dari sel yang menghasilkan energi yakni mitokondria. Keunikan pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA ini dapat digunakan sebagai penanda untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal/garis ibu.
Jika dikerjakan dengan standar operasi prosedur yang sistematis tepat dan benar. Tes DNA memberikan hasil lebih dari 99,99 persen probabilitas akurat. Namun proses tes DNA ini memerlukan waktu. Pada jasa penyedia tes DNA umumnya mengusulkan kompensasi waktu 3 (tiga) hingga 7 (tujuh) hari. Pada kondisi melangsungkan tes DNA dengan menggunakan alat canggih pun setidaknya memerlukan proses waktu beberapa jam untuk melaksanakan penahapan dengan cermat dan sistematis. Dalam kondisi darurat seperti peristiwa pemburuan target operasi seperti Osama bin Laden, kemungkinan pihak militer Amerika sudah menyiapkan data-data yang diperlukan untuk menyelesaikan tahapan-tahapan sebelumnya yang memakan waktu, dan ketika sampel DNA Osama telah didapat, “maka kemungkinan prosedur dipertimbangkan tinggal hanya menyelesaikan satu tahap perbandingan saja,” ujar Prof. dr. Frederick Bieber, ahli genetika dari Harvard Medical School.

Tips Mengajak Anak Untuk Melakukan Vaksinasi

Tips Mengajak Anak Untuk Melakukan Vaksinasi: Anda ingin tubuh anak Anda dilindungi dengan melakukan vaksinasi, tetapi Anda juga berharap bahwa prosedur vaksinasi tersebut terbebas dari rasa sakit, jadi anak Anda tidak perlu rewel untuk diajak melakukan vaksinasi lagi. Jangan khawatir, Anda mempunyai peran aktif yang dapat mengubah sikap anak Anda. Apa yang Anda katakan dan lakukan sebelum, selama dan setelah vaksinasi dapat membantu menenangkan anak dan mengurangi rasa takut terhadap vaksinasi.
Berikut adalah beberapa tips agar Anda tidak kesulitan untuk mengajak anak Anda melakukan vaksinasi:
Lakukan Vaksinasi Sesuai Jadwal
The American Academy of Pediatrics menyarankan agar sebagian besar anak mendapatkan vaksin sebelum berumur 2 tahun. Bayi tidak akan mengingat bagaimana rasa sakit yang dirasakannya saat melakukan vaksinasi sebelumnya, tetapi balita yang membutuhkan vaksinasi secara berkala baru akan kembali melakukan vaksin setelah mendapat dorongan yang keras dari orangtuanya.
Tersenyumlah
Sikap dan perilaku Anda lebih penting daripada yang Anda sadari, karena anak-anak mengartikan isyarat dari perilaku orangtua mereka. Jika wajah Anda tegang maka anak Anda akan ikut merasakannya. Lindsay Uman, PhD, psikolog di IWK Health Centre di Kanada Halifax, Nova Scotia, juga mengatakan bahwa sikap dan perilaku orangtua selama vaksinasi telah terbukti berulang kali menjadi penentu besarnya rasa sakit dan kecemasan yang dirasakan anak mereka.
Menariknya, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa saat orangtua meyakinkan anaknya dengan mengatakan ‘Tidak apa-apa’ ataupun ‘Jangan khawatir’, kecemasan anak cenderung meningkat, karena hal itu bisa diartikan oleh anak bahwa mereka akan mengalami suatu kejadian yang perlu dikhawatirkan.
Jujur
Apakah Anda pernah berbohong kepada anak Anda bahwa tidak akan ada suntikan saat melakukan vaksinasi, atau mengatakan bahwa tusukan jarum tidak akan terasa sakit? Sebenarnya jika Anda mengatakan hal yang sebenarnya, maka hanya akan ada sedikit kekhawatiran pada anak, tetapi jika Anda berbohong maka anak Anda tidak bisa mempercayai apa perkataan Anda lagi, dan hal itu bukanlah hal yang bagus untuk ditiru anak Anda.
Howard Bennett, MD, penulis buku Lions Aren’t Scared of Shots (buku bergambar untuk membantu mengurangi kekhawatiran anak-anak saat melakukan vaksinasi) yang juga seorang profesor ilmu kesehatan anak-anak di George Washington University School of Medicine berkata, dengan mengatakan bahwa suntikan vaksinasi tidak sakit bukanlah ide yang bagus, karena anak memang akan merasakan sakit, walaupun rasa sakitnya bervariasi antara satu anak dengan lainnya. “Respon yang lebih baik adalah sesuatu yang seperti, ‘Ini mungkin akan terasa sakit, tapi Mama/ Papa ada di sini menemani kamu, dan jika memang terasa sakit, rasa sakitnya hanya akan terasa sebentar saja.’”
Alihkan Perhatiannya
Mengalihkan perhatian anak sudah terbukti dapat mengurangi rasa sakit dan kecemasan yang berhubungan dengan jarum. Cara pengalihan perhatiannya juga tergantung pada usia anak Anda. Jika anak Anda masih bayi atau balita, maka Anda dapat mengalihkan perhatiannya dengan bernyanyi, cerita, atau bermain dengan mainan kecil. “Anak yang lebih besar lebih teralihkan dengan menonton video atau mendengarkan cerita atau musik. Orang tua juga dapat menggunakan ponsel untuk menampilkan film atau foto untuk mengalihkan perhatian anak-anak mereka selama prosedur vaksinasi.” ujar Bennett.
Buatlah Catatan
Anak-anak di atas 2 tahun cenderung hanya mengingat bahwa kunjungan vaksin sebelumnya menyakitkan, tanpa mengingat juga bahwa vaksinasinya tahun lalu hanya terasa sakit selama beberapa detik. Di sini Anda dapat berperan aktif dengan meminta anak Anda untuk membuat catatan kecil untuk mengingatkannya sendiri bagaimana pengalaman vaksinasinya yang terakhir. Contohnya seperti ‘Dear Andi, ini adalah catatan untuk mengingatkanmu bahwa hari ini kamu benar-benar khawatir dengan jadwal vaksin hari ini, tetapi ternyata tidak terlalu sakit saat melakukannya. Ingat hal ini saat kamu mempunyai jadwal vaksin berikutnya. Love, Andi.’
Berilah Penghargaan
Banyak dokter yang memberikan stiker atau permen untuk pasiennya yang telah melakukan vaksinasi. “Ini adalah caradokter yangberkata, ‘Terima kasih karena telah bekerjasama,’ dan, ‘Sayamenyesalkarena telah melakukansesuatu yang tidak menyenangkan’,”jelasBennett.
Tetapi Anda tidak perlu untuk menggantungkan adanya hadiah dari dokter, pujian karena berani melakukan vaksinasi seringkali cukup. Membawa buku atau mainan favorit anak, membawa makanan dari rumah, atau membawa anak Anda ke tempat bermain dalam perjalanan pulang juga terkadang efektif.

Alkohol Dapat Mengurangi Risiko Terkena Penyakit Jantung

Alkohol Dapat Mengurangi Risiko Terkena Penyakit Jantung: Satu tim peneliti dari University of Calgary meninjau ulang 84 studi yang menguji tentang konsumsi alkohol dan penyakit jantung. Mereka menyimpulkan bahwa orang yang minum alkohol dengan jumlah yang moderat mempunyai 14 sampai 25 persen lebih rendah untuk terserang penyakit jantung daripada mereka yang tidak meminum alkohol. Tim peneliti yang lain meninjau ulang 63 studi tentang hal yang sama dan menemukan bahwa dengan mengkonsumsi alkohol secara moderat (yang didefinisikan peneliti sebagai satu gelas sehari untuk wanita dan dua gelas sehari untuk pria) dapat meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL) secara signifikan. HDL ini memiliki efek pelindung dari penyakit jantung.
Temuan yang dipublikasikan 22 Februari secara online di BMJ ini telah menambah bukti dari penelitian-penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa mengkonsumsi alkohol secara moderat memiliki keterkaitan dengan penurunan risiko terkena penyakit jantung. Seorang pakar mengatakan bahwa penelitian ini memang tampak seperti mendukung adanya dukungan terhadap meminum sedikit alkohol untuk membantu jantung. “Dalam menangani isu-isu gaya hidup, pengonsumsian alkohol secara moderat dapat direkomendasikan sebagai bagian dari gaya hidup jantung sehat,” ujar Dr. Suzanne Steinbaum, seorang ahli jantung di rumah sakit Lenox Hill, New York.
Para penulis di studi kedua yang juga dari University of Calgary menyimpulkan, bahwa kandungan dari alkohol itulah yang mempunyai manfaat kesehatan dan bukan dari jenis dari minuman alkohol tersebut (anggur, bir, dan lain-lain). Namun, para penulis di studi pertama mencatat, bahwa meskipun aturan minum alkohol secara moderat muncul untuk meningkatkan kesehatan jantung, pesan tersebut perlu diimbangi dengan peringatan bahwa minum alkohol terlalu banyak tidak baik untuk kesehatan.
Kini diskusi tentang dampak alkohol pada penyakit jantung harus berfokus pada bagaimana mengintegrasikan bukti-bukti yang telah ada ke dalam praktek klinis dan pesan kesehatan, sehingga masyarakat awam tidak salah mengartikannya.

Tanda Gejala Penyakit Alergi

Tanda Gejala Penyakit Alergi: Apakah eksim sebenarnya? Hal ini didefinisikan sebagai alergi yang mempengaruhi lapisan luar kulit. Pemicu yang tepat dan penyebab eksim masih belum diketahui. Banyak ahli percaya bahwa dalam penyakit alergi tetapi mungkin juga keturunan. Mereka juga faktor luar yang mungkin menjadi penyebabnya. Apapun alasannya mungkin adalah penting untuk mengenali gejala eksim sehingga Anda dapat mulai untuk meringankan ketidaknyamanan. Langkah pertama dalam pengobatan eksim adalah mengakui seperti apa. Dalam kebanyakan kasus kulit Anda akan mulai gatal sebelum Anda melihat tanda-tanda visual eksim. Jelas kita semua gatal dari waktu ke waktu sehingga sangat sulit untuk mendiagnosa eksim ini sejak awal.
Sebelum lama Anda dapat mulai melihat ruam. Patch kering, kulit gatal biasanya muncul di leher, wajah, tangan, dan kaki. Kulit akan memiliki penampilan menebal. Ini semua adalah gejala eksim visual. Anak-anak mungkin memiliki bintik-bintik eksim muncul pada lipatan bagian dalam lutut dan siku. Bintik-bintik ini tidak seperti biasa pada orang dewasa. Anda harus memeriksa sejarah keluarga Anda untuk melihat apakah eksim adalah umum. Meskipun mungkin bagi siapa saja untuk menderita eksim itu lebih umum agar bisa turun-temurun.
Sementara tanda yang paling umum eksim adalah kulit kering dan gatal dapat menyebabkan masalah lain. Jika Anda mulai mengembangkan kerak coklat kekuningan cahaya, atau lepuh penuh nanah lebih dari patch eksim Anda, mungkin infeksi bakteri. Ini harus diobati dengan antibiotik yang diresepkan oleh dokter Anda. Penting untuk diingat bahwa sementara Anda memiliki eksim suar up Anda lebih rentan terhadap penyakit kulit virus. Eksim adalah patch rusak kering kulit. Kulit Anda tidak memiliki perlindungan biasanya. Penyakit seperti herpes atau cold sores dapat dengan mudah tertular jika Anda datang dalam kontak dengan seseorang yang memiliki mereka.
Jika Anda perhatikan banyak yang kecil, lepuh berisi cairan pada atau dekat patch Anda eksim itu bisa herpeticum eksim. Ini jarang terjadi, tetapi komplikasi yang berpotensi serius dari virus herpes simplex. Sangat penting bahwa Anda pergi ke dokter. Jika Anda mulai melihat gejala-gejala eksim yang terbaik untuk memulai rencana pengobatan. Setelah Anda mengenali gejala-gejala Anda akan lebih siap menghadapi dengan eksim Anda. Link di bawah ini berisi informasi lebih lanjut serta pilihan pengobatan untuk eksim Anda.

Manfaat Dari Adanya Aktivitas Fisik yang Dilakukan Anak-anak

Manfaat Dari Adanya Aktivitas Fisik yang Dilakukan Anak-anak: Tentu tidak mudah bagi Anda untuk mengajak anak beraktivitas fisik, sementara berbagai permainan online semakin marak dimainkan oleh anak-anak. Studi terbaru menemukan bahwa dengan menawarkan berbagai permainan aktif dalam waktu luang anak dapat meningkatkan aktivitas fisik anak-anak saat ini, tetapi strategi tersebut perlu disesuaikan menurut jenis kelamin mereka. Penelitian ini melibatkan sebelas grup, masing-masing grup terdiri dari anak-anak berusia 10 sampai 11 tahun dari 4 sekolah dasar di Bristol, UK. Fokus penelitian ini adalah; 1) persepsi ‘bermain’ bagi anak-anak, 2) berapa banyak dari permainan mereka yang termasuk permainan aktif, 3) konteks dari permainan aktif anak-anak.
Peneliti menemukan persepsi anak tentang bentuk permainan seperti apa yang mereka mainkan pada umumnya, dan pengelompokkan perilaku aktif dan pasif secara fisik. Anak-anak yang berusia 10 sampai 11 tahun melaporkan bahwa mereka sering terlibat dalam permainan aktif yang diajarkan oleh generasi mereka sebelumnya, dan yang ternilai bermanfaat secara fisik dan juga sosial. Rowan Brockman dari University of Bristol Centre for Exercise, Nutrition and Health Sciences, yang memimpin studi ini, mengatakan bahwa, “Anak-anak di masa kontemporer terlibat dalam permainan aktif yang bermanfaat secara fisik dan juga sosial. Hal ini menunjukkan bahwa setidaknya beberapa anak tidak lebih memilih menghabiskan waktu mereka dengan menonton TV atau bermain komputer.”
Seperti yang diterbitkan pada International Journal of Behavioural Nutrition and Physical Activity, anak laki-laki lebih memilih segala macam permainan “menendang” atau bermain sepeda, sedangkan anak perempuan lebih cenderung kurang menyukai aktivitas fisik yang sama secara spesifik seperti anak laki-laki. Selain itu, anak laki-laki tampaknya memiliki kebebasan yang lebih besar untuk berkeliaran dalam permainan aktif mereka dibanding anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak bermain dengan teman-teman tetangga mereka, tetapi anak perempuan lebih dibatasi untuk bermain bersama keluarga. Studi ini merupakan bagian dari proyek yang lebih besar, yaitu The Active Play Project (TAPP) yang meneliti kontribusi dari permainan aktif dengan keseluruhan aktivitas fisik anak-anak sekolah dasar.

Tanda Faringitis Akut

Tanda Faringitis Akut: Gejala-gejala khas dari faringitis akut tenggorokan, tenggorokan kering, demam ringan, kelelahan atau kelelahan, sakit kepala, menelan terasa sangat sakit, batuk dan keinginan untuk membersihkan lendir di tenggorokan membangun Anda. Tenggorokan Anda mungkin menjadi bengkak dan telinga Anda mungkin menyakitkan. Anda mungkin menjadi serak.
Ini semua terfokus pada tenggorokan anda.
Faringitis kronis adalah ketika Anda terus mendapatkan bentuk akut.
Jika Anda terus mendapatkan kondisi apapun, itu mengatakan bahwa tubuh Anda tidak cukup kuat untuk menyembuhkan Anda. Dengan kata lain, sistem kekebalan tubuh terganggu.
Pengobatan terbaik untuk kondisi apapun adalah untuk membangun sistem kekebalan tubuh Anda up. Ini jauh lebih unggul untuk mencari untuk membunuh bakteri. Bakteri ini bukan penyebab penyakit tersebut. Dikompromikan sistem kekebalan tubuh.
Ada banyak obat homeopati yang mengobati infeksi tenggorokan, tapi salah satu yang paling umum disebut hepar sulpuris.
Obat ini ditemukan dalam kit kebanyakan rumah resep homeopati, karena memiliki seperti beragam tindakan.
Seperti dengan menggunakan obat homeopati, Anda perlu melihat pertandingan gejala Anda kepada mereka obat. Jadi membuat daftar semua gejala Anda yang berhubungan dengan kondisi akut Anda. Mereka unik untuk Anda. Tidak ada dua orang akan memiliki gejala yang sama persis.
Sekarang melihat apakah mereka cocok salah satu gejala utama berikut yang kuat dari hepar sulph.
tenggorokan Anda memiliki jahitan atau sempalan seperti sakit

Anda sangat sensitif terhadap rasa sakit – mudah marah, banyak mengeluh

rasa sakit lebih buruk untuk dingin apa pun, termasuk udara dingin inspirasi

Anda mungkin batuk serak dan menggonggong

amandel anda bengkak

Anda menghasilkan dahak berwarna kuning hijau atau kuning (supuratif)
Jika Anda dapat melihat khususnya tiga besar gejala pada Anda, maka hepar sulph kemungkinan untuk benar-benar mengatasi faringitis Anda.

Berjemur Saat Tengah Matahari Dapat Membuat Tubuh Sehat

Terkadang masyarakat bingung tentang waktu yang tepat untuk berjemur di bawah sinar matahari. Kebanyakan dari mereka mengidentifikasi bahwa berjemur di tengah hari dapat meningkatkan resiko terkena kanker kulit. Namun sebuah rekomendasi kesehatan yang baru justru menyarankan agar masyarakat mendapatkan paparan sinar matahari yang sedikit, tanpa menggunakan suncream, di saat tengah hari. Tujuh organisasi kesehatan telah mengeluarkan saran secara bersamaan tentang vitamin D alami yang didapat oleh tubuh dari paparan sinar matahari. Vitamin D ini dapat membuat tulang menjadi semakin kuat dan dapat melindungi Anda dari penyakit Osteoporosis.


Cancer Research UK dan The National Osteoporosis Society juga menyetujui tentang paparan sinar matahari yang “sedikit dan sering” di musim panas, selama beberapa kali seminggu dapat bermanfaat bagi kesehatan.


Para pakar kesehatan pun kini mengatakan bahwa pergi ke luar di bawah sinar matajari yang terik di tengah hari adalah hal yang baik, selama Anda menutupi atau menggunakan sunscreen sebelum kulit Anda berubah menjadi merah. Profesor Rona Mackie, dari Asosiasi Dermatologi Inggris, mengatakan bahwa menggunakan perlindungan total dari matahari dengan kandungan suncream yang tinggi di setiap waktu juga tidak ideal jika dilihat dari segi kadar vitamin D. Bahkan Australia pun mengubah kebijakan untuk beberapa bagian wilayahnya, di mana perlindungan matahari mungkin tidak diperlukan selama beberapa tahun.


Paparan sinar matahari di Inggris memang tidak terlalu terik, belum lagi musim panas tidak berlangsung terlalu lama di sana. Berada di bawah paparan matahari Inggris selama 10 – 15 menit, tanpa suncream, beberapa kali seminggu adalah keseimbangan yang aman antara mendapatkan tingkat vitamin D yang memadai dan menghindari resiko terkena kanker kulit.


Pemerintah Inggris juga telah merekomendasikan secara resmi tentang pentingnya suplemen vitamin D bagi ibu hamil dan anak-anak di usia balita, namun para ibu masih banyak yang tidak sadar akan rekomendasi ini. Untuk lebih pastinya, para pakar kesehatan menyarankan agar para ibu berkonsultasi dengan dokter umum mereka mengenai hal ini. Di beberapa negara, musim panas memang terbatas lamanya. Namun, tidak perlu khawatir, saat musim dingin tiba, kadar vitamin D dalam tubuh masih dapat dijaga dengan mengonsumsi minyak ikan, hati, susu dan juga keju

Cara untuk Mengatasi Sakit Pinggang Saat Hamil

Cara untuk Mengatasi Sakit Pinggang Saat Hamil: Hamil bagi seorang ibu merupakan suatu kebahagian dan kebanggaan tersendiri, namun seiring dengan pertumbuhan rahim dan meregangnya otot otot bagian rahim maka seorang ibu yang sedang hamil akan sering merasakan nyeri pinggang.
Ada beberapa cara untuk mengatasi sakit pinggang saat hamil.
1. Jangan mengangkat barang barang berat
2. Berbaring rileks sambil beristirahat dapat membantu menghilangkan rasa nyeri
3. Jika sudah berbaring masih terasa nyeri maka ambillah posisi yang nyaman untuk duduk lalu angkat sedikit kaki dan jangan menyilangkannya
4. Kompres pingggang dengan air hangat sambil dipijat pelan pelan
5. Lakukan olah raga ringan secara rutin, misalnya senam dan jalan jalan agar tubuh tetap bugar
6. Minum air putih minimal 8 gelas sehari

Penyakit Kanker Kulit

Penyakit Kanker Kulit: Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian, mereka orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi penderita.
Penyakit Kanker Kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Ada tiga jenis kanker kulit yang umumnya sering diderita manusia, diantaranya adalah karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM). Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang paling banyak diderita. Kanker jenis ini tidak mengalami penyebaran (metastasis) kebagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit sekitarnya. Warna kulit yang terang dan sering terkena pijaran cahaya matahari keduanya diduga sebagai penyebab Karsinoma Sel Basal.

Tips Menghilangkan Rasa Sakit dan Nyeri Pada Lutut

Tips Menghilangkan Rasa Sakit dan Nyeri Pada Lutut: Seringkali ketika kita sedang melakukan kegiatan sehari hari, tiba tiba timbul rasa sakit dan nyeri pada lutut, jika anda juga mengalaminya cobalah lakukan beberapa tips di bawah ini :
Ada beberapa tips untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada lutut:
1. Ketika rasa sakit datang anda harus berusaha untuk tenang dan jangan panik, jaga kesimbangan tubuh dan jangan memaksakan diri untuk terus berjalan
2. Pada hari pertama lutut terasa sakit ambil es batu lalu kompres lutut selama 15 menit setiap jam
3. Pada hari kedua dan seterusnya setidaknya kompres lutut 4 kali dalam sehari
4. Ketika tidur, sanggah lutut dengan bantal agar lutut pada posisi tinggi
5. Gunakan penahan lutut.nak-anak yang tidak melakukan hal tersebut

Gejala dari Demam Tifoid

Gejala dari Demam Tifoid: Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih. Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan. Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).
Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam wakatu 8-14 hari setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung. Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39,4-40?Celsius selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat.

Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa. sehat adanya, seperti halnya menghindari rokok dan alkohol dapat memberikan efek yang signifika...