Tidak selamanya seorang bayi dapat dengan mudah menerima ASI. Bahkan pada beberapa kasus, ada bayi yang menolak untuk disusui pada jangka waktu lama (satu bulan) karena berbagai alasan yang mungkin sulit untuk dipahami.
Pada kondisi seperti itu, tanpa Anda sadari, sebenarnya bayi sedang mencoba untuk memberitahu bahwa ada sesuatu yang berbeda. Menurut Jay L. Hoecker, MD dari Mayo Clinic, situasi seperti ini memang tidak selalu mudah, apalagi untuk mencari tahu apa penyebabnya.
Berikut ini adalah beberapa alasan yang mungkin bisa menjadi penyebab kenapa bayi mogok menyusui:
* Nyeri atau tidak nyaman
Tumbuh gigi, sariawan atau sakit pilek dapat menyebabkan nyeri mulut selama menyusui. Selain itu, infeksi telinga pada bayi juga dapat menyebabkan rasa sakit selama mengisap. Kondisi lain seperti cedera atau nyeri akibat imunisasi juga menyebabkan ketidaknyamanan pada posisi menyusui tertentu.
* Penyakit
Hidung tersumbat atau pilek dapat membuat bayi Anda untuk sulit untuk bernapas selama menyusui.
* Stres
Sering tertunda ketika ingin menyusui atau lama berpisah dari Anda mungkin dapat menyebabkan kerewelan dan kesulitan saat menyusui.
* Aroma berbeda
Perubahan bau pada tubuh Anda karena parfum, lotion, sabun, atau deodoran dapat menyebabkan bayi kehilangan minat dalam menyusui. Perubahan rasa ASI yang dipicu oleh faktor seperti makanan yang Anda makan juga dapat memicu bayi mogok menyusui.
* Berkurangnya produksi ASI
Pemberian ASI yang diikuti dengan kebiasaan memberi susu formula atau memberikan empeng terlalu sering dapat berakibat pada berkurangnya pasokan ASI Anda. Produksi ASI berkurang juga bisa menjadi pertanda Anda mengalami kehamilan.
Solusi
Selama mogok menyusui, bayi akan cenderung menjauhi payudara sang ibu dan kemudian diikuti tangisan. Mogok menyusui dapat terjadi tiba-tiba, dan secara bertahap intensitas menyusui bayi akan berkurang.
Menurut Hoecker, umumnya jika bayi mogok menyusui, maka dalam beberapa hari ke depan mereka akan kembali tertarik untuk menyusui dan kembali ke pola menyusui yang normal.
Namun, terkadang menyusui pemogokan terus berlanjut selama beberapa minggu. Akibat pemogokan menyusui pada bayi, bukan tidak mungkin akan berdampak pada kondisi psikis seorang ibu karena merasa ditolak dan frustrasi. Hal terpenting yang harus Anda lakukan adalah tetap tenang dan jangan pernah sekalipun merasa berasalah.
Cobalah untuk bersabar saat Anda mengelola perubahan dalam kebiasaan makan bayi Anda. Coba lakukan cara lain untuk memberikan ASI pada buah hati Anda, misalnya dengan sendok, pipet gelas, atau botol. Selain itu, Anda juga dapat mempertimbangkan cara-cara dibawah ini:
* Teruslah mencoba
Teruslah tawarkan payudara Anda kepada bayi, terutama ketika dia mengantuk. Jika bayi Anda frustrasi, berhenti dan cobalah beberapa saat kemudian.
* Ubah posisi
Cobalah berbagai posisi menyusui. Jika bayi Anda merasa sesak, tempat dia dalam posisi tegak selama menyusui.
* Berdamai dengan gangguan
Cobalah menyusui bayi Anda dalam ruangan yang gelap, tenang tanpa gangguan. Jangan berbicara atau menonton TV sambil menyusui.
* Luangkan waktu berpelukan
Tingkatkan intensitas pertemuan Anda dengan bayi. Misalnya dengan lebih sering memeluk, membelai dan menenangkan bayi. Mandilah dengan air hangat bersama dengan bayi Anda skin to skin (kulit-bertemu-kulit) untuk membantu membangun kembali kepercayaan.
* Atasi masalah gigi bayi
Jika bayi Anda mulai tumbuh gigi, sebaiknya gosok gusi nya dengan handuk dingin atau jari Anda sebelum menyusui. Jika bayi Anda menggigit anda selama menyusui, slipkan jari Anda ke dalam mulut bayi untuk mengistirahatkan sejenak pemberian ASI.
* Mengevaluasi perubahan rutinitas
Pikirkan tentang segala perubahan dalam rutinitas Anda yang mungkin mengganggu bayi Anda. Apakah Anda mengalami stres? mengkonsumsi obat-obatan baru atau menggunakan produk baru? Apakah pola makan Anda berubah?
Hindari menggunakan parfum, sabun beraroma, lotion atau deodoran di sekitar payudara Anda. Jika pemogokan menyusui berlangsung lebih dari beberapa hari atau Anda khawatir bahwa bayi Anda tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, konsultasikan dengan dokter anak Anda.
No comments:
Post a Comment